Vely tepat waktu datang ke kantor, sesuai permintaan Adjie pagi ini mereka harus melakukan persetujuan dengan RS Mitra Medica seperti kesepakatan tadi malam di acara anniversary orang tua dokter Satriya.
Sampai di depan lobi saat akan menaiki lift Vely bertemu dengan seorang seniornya dulu saat di divisi IT. Dia Chandra, dua tahun bergabung dengan Pharmasafe sebelum Vely.
"Vel pak kabar?" Sapanya ramah ketika mereka berdua sudah berada di dalam lift.
"Mas Chandra.. kabar Vely baik mas."
"Vel sekarang tambah sibuk ya, lama nggak ketemu. Aku pengen lho kita ngobrol-ngobrol lagi."
Satu tatapan mata yang sering dihindari dari Vely. Menurut Vely, Chandra itu ramah tetapi entah matanya membuat Vely risih, berbeda dengan pak Adjie yang memiliki mata tajam tetapi ada kejujuran di dalamnya.
"Waduh.. pagi-pagi sudah mikirin pak bos aja." Batin Vely dengan pemikiran sedikit mengelana dengan pesona bos tampannya.
"Halo! Vely.. kamu melamun." Ucap Chandra dengan melambaikan tangan dihadapan Vely.
"Maaf mas." Senyum Vely.
"Oh ya aku ada susu steril buat kamu. Kata Tian kamu jarang sarapan, diminum ya."
"Ooh.. makasih banyak mas." Dengan ragu Vely menerima dua susu kaleng yang disodorkan Chandra. Keduanya berpisah saat Chandra berhenti di lantai empat.
Vely sedikit terkejut saat mendapati bosnya sudah berdiri didepan mejanya dengan menatap jam tangan yang semalam dipakai.
"Oke sepertinya kamu siap berangkat sekarang."
Vely melongo. "Pak, ini saya baru sampai belum menyiapkan MoU-nya."
Adjie menyodorkan satu binder pada Vely.
"Sudah siap Vely. Kita berangkat sekarang."
Vely terperangah, akhirnya ia mengalah mengikuti Adjie dari belakang. Mereka memasuki lift yang sama. Tau begini tadi Vely tak perlu naik kelantai lima, cukup menghubungi dan menunggu Adjie dibawah.
"Sempat ya belanja dulu." Ucap Adjie dengan melirik pada dua kaleng susu ditangan Vely.
"Bukan pak ini tadi dikasih, bapak mau?"
"Dikasih? Sama siapa?"
"Mas Chandra."
Satu alis Adjie berjengit. "Kemarin si Tian Tian itu sekarang Chandra." Adjie mencibir dalam hati.
"Nggak, saya nggak suka gratisan. Nanti ada peletnya bisa berabe."
Vely mendesis mendiamkan saja ucapan bosnya itu.
🍉
Pertemuan dengan pihak Mitra Medica terbilang lancar, Vely sangat luwes dalam berkomunikasi dengan mereka dan Adjie merasa terbantu untuk itu.
"Terima kasih Vely kamu bekerja dengan baik hari ini." Ucap Adjie dengan ketulusan yang terpancar di wajahnya.
Vely tertegun dia tersenyum sambil tertunduk, senyum aneh dimata Adjie saat dia tak pernah melihat Vely tersenyum demikian selain nyengir lima jari.
"Kenapa? Ada yang salah?"
"Emm.. hanya.. bapak baru saja tertawa dengan guratan mata yang tertarik. Bapak jarang seperti ini."
Mata keduanya bertemu, mereka terdiam sesaat dengan senyum yang belum hilang dari keduanya.
"Benarkah.. saya tak pernah selega ini. Sejak kenal kamu akhir-akhir ini sepertinya saya sering tertawa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Adjie Tampan
Fiksi UmumAdjie Tama Panduwinata (31 tahun) Mereka memanggilku Adjie Tampan kependekan dari Tama Panduwinata, selain itu memang wajahku diatas rerata. Otak jangan ditanya memiliki IQ 125 pasti kalian tau bagaimana menghadapi orang cerdas sepertiku. Tapi saat...