Pak Adjie kenapa?

3.6K 472 24
                                        

"Pak, mas Rama sudah siap menunggu bapak di lobby utama."

"..."

"..."

"Pak?"

"Iya.. saya dengar."

Decakan Adjie terdengar tak seperti biasa, suara bariton yang tenang hilang berganti dengan suara bernada tinggi, hal ini membuat Vely berpikir ada apa gerangan dengan bosnya. Pasalnya dari pagi tadi Adjie terlalu tak terjangkau, Vely kesulitan berkomunikasi dengannya.

"Apakah ada yang ingin bapak sampaikan?" Tanya Vely masih berusaha memecah kebisuan sang bos. Sayangnya Adjie tetap bersikeras menutup mulut.

Akhirnya Vely memilih kembali ke meja kerja, tetapi tepat saat akan berpamitan, suara Adjie kembali terdengar meski sedikit ragu.

"Semua persiapan saya untuk ke Jogja nanti malam sudah siap?"

Vely lega akhirnya fungsinya sebagai sekretaris akan berguna juga, ia tersenyum hingga matanya menyipit sebelum menjawab pertanyaan Adjie.

"Sudah pak, seperti permintaan bapak untuk berangkat langsung dari kantor. Koper yang diantar supir dan semua keperluan bapak sudah saya siapkan di ruang istirahat."

Adjie menjawab ucapan Vely dengan menganggukkan kepala.

"Selama saya pergi kamu tidak boleh pergi kemanapun."

"Maksud bapak?" Dahi Vely mengernyit.

"Maksud saya.. kamu hanya boleh pergi ke kantor setelahnya langsung kembali ke mess."

"Tapi pak, bagaimana kalau..."

"Bagaimana kalau saya butuh kamu sewaktu-waktu? Kamu harus siap standby 24 jam!" Potong Adjie.

Tanpa sadar vely menghembuskan nafas panjang, kesal. "Fungsinya sekretaris nggak gini juga kali pak," keluh Vely dalam hati.

"Profesional Vely!"

Kesal, gemas dan tersinggung menjadi satu menghadapi sikap bosnya ini. Dari pagi diam saja dan sekarang membuat aturan aneh, Vely kembali mengatur nafas agar lebih tenang.

Tapi tanpa disangka Adjie berjalan kearahnya, menatapnya dengan menyipitkan mata mengubah senyumnya menjadi sinis, di mata Vely Adjie terlihat berbeda sekarang.

Vely yang tidak tau menahu, meremas jemarinya yang tiba-tiba terasa dingin. Dia memundurkan kakinya satu langkah tepat saat Adjie berdiri hampir satu meter di depannya.

Seperti tidak terpengaruh dengan perubahan Vely yang menjadi ketakutan, Adjie terus memajukan langkah seiring dengan Vely yang memundurkan langkah.

"Loyal terhadap atasan yang menggaji kamu juga termasuk kategori profesional Vely."

Adjie terus memajukan langkah sementara Vely semakin terdesak, karena dibelakangnya sudah ada pintu kokoh yang terbuat dari kayu jati yang terpahat halus.

"Standby dan nggak leha-leha sama pacar kamu juga bagian dari itu.. tau?!" Ucap Adjie tegas.

Pacar?? Siapa yang sedang berpacaran apalagi di jam kerja? Atau?... Semua pertanyaan silih berganti dalam otak Vely.

Vely menundukkan pandangan tatkala wajahnya sudah sangat dekat dengan bosnya. Dia benar-benar risih dan ketakutan.

Suasana kaku diantara mereka pecah tatkala terdengar dengungan handphone seperti suara lebah, Vely sedikit lega saat Adjie menerima panggilan dari handphone di saku jasnya.

Adjie menempelkan ponsel di telinga kanan, wajahnya yang semula menghadap Vely kini beralih menghadap sisi kanannya.

"Lo dimana? Gue nungguin dari tadi," suara Rama dari seberang tidak mendapat jawaban apapun karena Adjie segera mematikan sambungan dan kembali memasukkan ponsel dalam saku.

Pak Adjie TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang