"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam, nah tamu kita satu lagi sudah datang."
Semua orang fokus melihat bergantian pada Bunda Satriya dan seseorang yang baru datang. Saat ini mereka duduk di meja makan panjang, tetapi makan malam belum dimulai, menunggu satu tamu bunda yang belum hadir.
"Mas Rama." Ucap Vely pelan.
Rama lelaki yang baru datang itupun tak kalah kaget dengan Adjie dan Vely.
"Lho kalian saling kenal?" Tanya dokter Tejo.
"Saya asisten pak Adjie, om."
Rama menyalami semua pria yang ada dan Bunda, sebelum menyerahkan sekotak tiramisu untuk Bunda.
"Wah kebetulan yang menyenangkan, ya sudah kita mulai makan malamnya dulu saja. Rama duduk samping Nadine ya, tinggal kursi itu." Ucap Daddy.
Tapi belum sampai Rama duduk, Nadine sudah bersuara. "Bang Satriya bisa tukeran kursi?"
Rama menghela nafas pelan tetapi tidak luput dari perhatian Adjie dan Vely yang duduk berseberangan dengan Nadine.
"Nadine jangan gitu, kalian udah besar kok masih mau berantem aja." Tegur Satriya.
"Sayang, Rama kesini buat Bunda jadi kamu harus hargai itu." Kali ini bunda yang menginterupsi dengan lembut.
"Maaf ya semua, selamat menikmati hidangan ini." Ucap bunda yang lebih ditujukan pada tiga tamunya.
"Emm.. maaf Bu apakah ada masakan yang menggunakan udang?" Tanya Adjie setelah mereka selesai berdoa.
"Hanya Cah brokoli itu yang menggunakan udang. Ada apa nak Adjie?" Tunjuk bunda pada satu piring berbentuk lonjong.
"Maaf Bu, karena Vely alergi udang."
Mata Vely terbelalak, ia yang memiliki riwayat alergi saja tabu menanyakan hal itu. Bosnya dengan terang-terangan menanyakan pada tuan rumah yang menjamu. Ini jelas memalukan bagi Vely.
"Wah nak Vely kamu memiliki atasan yang sangat perhatian."
Vely hanya tersenyum canggung, sedangkan Adjie tetap dengan wajah datarnya tak menghiraukan semua mata menatapnya. Bukan karena tersinggung lebih karena takjub karena seorang atasan yang perduli pada bawahannya.
Jelas hal inipun tak lepas dari pengamatan Rama dan Nadine yang duduk diseberang. Rama melempar senyum kecil pada Vely, tapi anehnya mendapat tatapan tajam dari Adjie. Seolah dua sahabat itu sedang berbicara dengan mata. "Perhatian dengan anak buah bro?" "Cukup lanjutkan saja makanmu."
Makan malam berlangsung dengan tenang, beberapa kali mereka mengobrol ringan saat hidangan penutup disajikan. Rama terus saja memberikan senyuman dan kerlingan mata pada Adjie.
Tapi bukan Adjie jika tak tahan banting menghadapi keusilan sahabatnya itu, meski sebenarnya Adjie sangat ingin mencekik Rama sekarang.
Berbeda dengan aura yang terjadi diantara Rama dan Nadine. Seperti ada kutub utara dan selatan medan magnet yang saling tolak menolak saat bertemu. Rama memilih mengabaikan itu.
💝
Ketika makan malam usai, mereka berkumpul diruang keluarga. Hanya Afra istri dokter Satriya yang izin untuk beristirahat lebih cepat karena kehamilannya yang sudah memasuki bulan kedelapan membuatnya lebih cepat lelah.
Satriya yang menemani istrinya untuk beristirahat kemudian kembali menemani para tamu yang mulai membahas soal bisnis.
"Rama ternyata nggak off karena ada undangan dari dokter Tejo? Tau gitu kita berangkat bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Adjie Tampan
General FictionAdjie Tama Panduwinata (31 tahun) Mereka memanggilku Adjie Tampan kependekan dari Tama Panduwinata, selain itu memang wajahku diatas rerata. Otak jangan ditanya memiliki IQ 125 pasti kalian tau bagaimana menghadapi orang cerdas sepertiku. Tapi saat...