Janji yang lain

5.5K 571 63
                                    

"Vel lama banget? Aku mau kasih kabar baik nih."

Tian sengaja menunggu Vely di depan lobi kantor membuat Vely mengerutkan kening, bukankah sekarang jamannya android? Lalu buat apa punya tapi dianggurin.

"Mas Tian nunggu Vely ada apa? Kenapa nggak telpon aja?"

Tian hanya menaikkan satu alisnya dengan senyuman menyeringai.

"Vel coba denger, aku dapat job.. ada designer baju muslim yang minta dibuatin website, kamu bisa bantuin bikin web designnya kan? Dia bilang berani bayar mahal."

Mendengar berita dari Tian, mata Vely langsung berbinar. Senyuman yang mengembang menjelaskan bahwa dia sangat senang. Kesempatan Vely dapat tambahan buat nambah kiriman ibunya dirumah.

"Nah kan aku lebih seneng liat ekspresi kamu waktu denger soal duit begini, daripada cuma sekedar telpon."

"Uh mas Tian ada aja.. tapi mas kenapa dia nggak coba jualan lewat platfrom yang udah ada dulu."

"Dia udah sukses lewat e-commerce sama sosmed. Sekarang dia mau lebih serius ngembangin usahanya biar lebih dikenal sekaligus buat brand image, apalagi permintaan dari luar udah semakin meningkat katanya."

"Oh gitu.. terus kapan kita ketemuan sama orangnya?"

"Nanti sore dia ngajakin ketemuan, sayangnya aku harus nganterin Mia ke dokter Obgin."

"Hah! Mas jangan bilang mbak Mia isi duluan.. kamu harus tanggung jawab mas."

Satu jitakan mendarat di kepala Vely, spontan Vely mengusapnya sambil meringis kesakitan. "Hus.. ngawur kamu. Mia udah dua minggu menstruasi belum selesai takutnya kenapa-napa aku mau anter periksa​. Makanya kalo bisa sore ini kamu ketemu sama orangnya.. nanti aku kirim alamat sama jamnya. Dia cewek kok jadi kalian bakalan nyaman ngobrol."

"Oh.. oke mas Tian, makasih ya kesempatannya. Nanti Vely yang ketemu sama orangnya deh. Udah ya Vely naik.. kerja dulu."

Tian menaikkan ibu jari ke arah Vely. Mereka berdua memang sering mengerjakan proyek sampingan di luar pekerjaan utama di Pharmasafe. Tetapi jelas mereka harus tetap profesional. Mampu membagi waktu dan konsentrasi agar tidak merugikan berbagai pihak.

"Ehm..."

Vely yang berdiri menunggu di depan elevator mendadak menengok kebelakang, jelas itu suara dehaman yang dipaksakan.

"Oh pak bos, pagi pak."

"Ngobrol sama siapa tadi?" Ucap Adjie yang terdengar seperti desisan.

"Oh itu tadi pak yang namanya mas Tian, bapak sudah lihat?"

Denting elevator menggiring konsentrasi mereka untuk segera masuk kotak besi itu setelah pintunya terbuka. Sepi sejenak karena hanya ada mereka berdua di dalamnya.

"Seneng ya pagi-pagi udah ngobrol."

Apaan pak bos ini? Vely diam saja enggan mengomentari Adjie yang dari tadi menatap Vely dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu Adjie menunjuk tangan kanan Vely.

"Itu bekal kamu?"

Vely mengangguk, "Bapak mau? Boleh."

Vely menyodorkan kotak bekal entah untuk kesempatan makan pagi atau siang. Tanpa sadar Vely memutar mata ketika mendapati Adjie tersenyum lebar. Giliran dikasih sarapan, uhh.. senyumnya receh ya pak.

"Saya makan sekalian dengerin kamu bacain rundown hari ini ya," Vely mengangguk, yah pak bos selalu menang.

Lima belas menit Vely membahas kegiatan Adjie hari ini sambil menunggui bosnya itu menghabiskan bekal. Sungguh.. Vely menelan ludahnya sendiri yang meratapi bekalnya na'as dihabiskan oleh sang bos.

Pak Adjie TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang