Vely memicingkan mata mengingat lagi dimana dia berada, yang jelas ini bukan kamarnya. Tangan kirinya terasa kram saat kesadaran mulai menghampiri, oh... Ia tertidur meringkuk di sofa ruangan bosnya. Spontan Vely mengusap kedua pipinya memastikan tak ada anak sungai yang mengalir disana.
Gerakannya belum disadari orang-orang disekitarnya, seingatnya tadi ia ikut lembur bersama Adjie, Rama dan Tian. Beberapa hari kurang tidur membuat Vely serasa seperti zombie, memilih pulang dan tidur di mess bukan pilihan tepat karena Tian dan Mr. William membutuhkan backup saat ini sampai pelaku pembobol data benar-benar tertangkap.
Vely memang bukan ahlinya secure programming tapi setidaknya ia bisa mengontrol debug yang terdapat dalam program seperti apa yang telah diajarkan Tian. Sungguh Vely beruntung empat tahun mengenal Tian, ia banyak mendapat manfaat selain beberapa proyek freelance mereka.
Vely menatap Tian yang duduk dibalik meja komputer tepat di seberang sofa. Teman seperjuangan Vely itu terlihat sangat serius. Di samping Tian tidak kalah serius ada Rama yang sepertinya masih sibuk mengetik sesuatu. Lalu dimana Adjie sekarang? Vely mengedarkan pandangan, tepat di depan perutnya ada punggung tegap Adjie yang terlihat sibuk menekuni laptop dihadapannya.
Wait!! Demi apa ini? tepat di depan perutnya ada punggung tegap Adjie terlihat sibuk menekuni laptop dihadapannya??
Vely menyadari ternyata posisi mereka sangat dekat sekarang, detak jantung Vely bergemuruh seketika. Ia kembali menutup mata berpura-pura masih terlelap, sementara ia masih memikirkan akan bertindak apa. Mengingat rasa canggung tertidur di depan bosnya sendiri.
Bertepatan saat itu pula tangan kiri Adjie mengusap pelan kepala Vely, "mau sampai kapan tidur terus, nggak malu ngorok depan cowok?"
Spontan Vely terbelalak, "bapak serius saya ngorok?"
Adjie menghentikan gerakan tangannya diatas kepala Vely dan mengulum senyum membuat tingkat kegantengan pak bos meningkat, Vely sampai harus berkedip beberapa kali mungkin ia takut kelilipan percikan kegantengan Adjie.
Sementara dua pria dihadapan dua sejoli yang masih hangat-hangatnya mendapat status baru itu mencebik malas, "Ram, bau kencur nggak lo?" Bisik Tian. "Kagak, baunya sih jahe tapi kayaknya rasa kencur deh," mereka berdua terkekeh.
Vely menatap Rama dan Tian bergantian, menanti jawaban dari tatapan mata. Tapi rupanya dua pria itu tampak cuek mengabaikan Vely.
"Saya pesankan delivery ice cream biar kamu semangat," Vely masih melongo saat Adjie berdiri menuju meja kerjanya dan mengambil handphone disana, lalu keluar ruangan begitu saja.
Punggung Adjie yang sudah hilang ditelan pintu memberi kesempatan Rama dan Tian untuk meng-intograsi Vely. "Eh lo kasih apa pak bos jadi kayak gitu?"
"Maksud mas Tian apa?" Tanya Vely balik tapi tidak mendapatkan jawaban, Rama berjalan mendekati Vely kemudian menarik tangan kiri gadis itu.
Rama mengangkat lengan Vely dan menunjukkannya pada Tian, "noh liat tuh Yan, cincin warisan jatuh ke tangan Vely. Apa gue bilang cuma nunggu waktu buat Adjie sadar perasaannya."
"Ih mas Rama... Apaan sih?" Vely mencoba mengelak.
"Gaya lo Vel, sama kita aja rahasiaan. Siapa lagi yang bisa kasih cincin berlian kalo bukan pak bos tampan."
Vely diam tak bisa menjawab, padahal ia sudah berusaha menyembunyikan berlian dengan memutar cincin terbalik. Bagian berliannya ada di telapak tangan agar tak terlihat, tapi sayangnya masih ketahuan Rama juga. Malu sih, mau bagaimana lagi jika dilepas ia takut bos tampan akan marah.
💕
Adjie masuk keruangan dengan membawa beberapa Cornetto dan Goldenfil choco crunchy, kemudian meletakkannya diatas meja. Mengambil satu ice cream cone itu dan membukanya untuk Vely. Jelas Vely tersipu malu saat menerimanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Adjie Tampan
Narrativa generaleAdjie Tama Panduwinata (31 tahun) Mereka memanggilku Adjie Tampan kependekan dari Tama Panduwinata, selain itu memang wajahku diatas rerata. Otak jangan ditanya memiliki IQ 125 pasti kalian tau bagaimana menghadapi orang cerdas sepertiku. Tapi saat...