Amarah Rama

3.8K 462 38
                                    

"Memang kenapa kalo saya makan dengan bos kamu?"

"Aku sudah bilang... jauhi Adjie!"

"Grow up! Adjie nggak keberatan dinner bareng."

"Asal kamu tau, Adjie dan Vely sudah bersama dan kamu nggak bisa pisahin mereka."

Nadine hanya menghembuskan napas kasar, ia kesal mengapa Rama selalu menuduhnya ingin mendekati Adjie.

"Kenapa? Nyesel?" Suara Rama lebih seperti desisan.

"Nyesel? Nggak ada di kamus Nadine," ketus Nadine, ia melanjutkan langkah menuju gerbang. "Tapi ada yang buat aku nyesel yaitu kamu!"

"Iya kamu nyesel ninggalin aku karena aku nggak jadi dokter sesuai keinginan kamu?"

Intonasi Rama pelan tetapi ada nada sinis dan dingin disetiap kata yang ia ucapkan. Rama berdecak dan melanjutkan ucapan ketika mendapati Nadine menjadi bungkam.

"Ya Tuhan, Nadine.. segitu cintanya aku, segitu sayangnya aku sama kamu! Sampai aku buta seperti orang bodoh. Tapi kamu tetep ninggalin aku. Untungnya aku sadar duluan cinta nggak bisa jadi alasan cukup kuat buat aku ngelepas impianku, cuma buat nurutin keinginan sepele kamu. Itu namanya budak bukan cinta. Aku nggak mau dapetin cinta kamu dengan cara begitu."

Nadine tetap menunduk dan diam, ia tak sanggup menatap manik Rama. Ia takut mata itu akan membuatnya tenggelam dan terjatuh sekali lagi. Sama seperti dulu.

"Harusnya kalo kamu tulus cinta aku, kamu nggak butuh embel-embel dokter di depan namaku."

Desis Rama sinis tepat di hadapan Nadine. Cairan bening berhasil lolos dari sepasang mata keduanya yang sudah merah sedari tadi.

Rama mendengus untuk membuang sesak didalam rongga dadanya. Tak perlu menunggu jawaban Nadine, Rama berbalik akan meninggalkan gadis yang telah menguasai hatinya sejak dulu.

"Maaf." Ucap Nadine tiba-tiba ketika menyadari Rama akan pergi. Dua langkah Rama tertahan mendengar Nadine. Tapi ia masih enggan berbalik untuk menatap gadis itu.

"Jika kamu lupa, dulu kamu yang bilang ingin nyenengin papi kamu. Dan kita sama-sama tau apa yang diinginkan papi kamu. Mati-matian aku jauhin kamu biar kamu fokus UN. Sekuat hati aku terus dorong kamu untuk masuk FK. Buat apa? Karena aku ingin orang yang aku cintai puas bisa bahagiain orang yang disayanginya terlebih dahulu. Kamu nggak pernah tau sekeras apa aku nahan diri untuk sekedar bisa lihat kamu, aku takut ganggu kamu yang akhirnya malah itu bikin kita terus aja berantem. Kamu nggak pernah tau aku sakit karena itu. Lalu tiba-tiba dengan entengnya kamu keluar gitu aja dari FK. Aku sakit disaat aku usaha biar kamu bisa nyenengin papi, tapi kamu malah lepasin gitu aja. Kenapa? Karena disisi lain.. bahkan aku nggak tau gimana caranya bisa nyenengin Daddy aku sendiri. Sedangkan kamu bisa."

Suara Nadine bergetar seiring air mata yang terus meluruh. Rama menunduk membuang nafas kasar, lalu berbalik menghadap Nadine menepis jarak keduanya.

"Damn it sama gelar kamu, aku nggak perduli!" Teriak Nadine.

Kaki Nadine kini tak sanggup menopang tubuhnya lagi tepat saat itu Rama memeluknya. Kuat-kuat jemari Nadine mengenggam ujung kemeja Rama.

Rama Menyerah.

Rama tau bahwa dulu sangat mudah ia mewujudkan keinginan papinya agar bisa menjadi dokter, sedangkan Nadine.. hampir seluruh masa remajanya habis tanpa kehadiran Daddy gadis itu seutuhnya, karena saat itu setelah lulus kedokteran di luar negeri, Daddy Nadine mengabdikan diri di daerah terpencil di luar Jawa.

Rama sangat tau keinginan papinya, sedangkan Nadine untuk tau apa keinginan Daddy-nya saja tak bisa karena minimnya waktu untuk bertemu. Bahkan dulu komunikasi tak semudah sekarang.

Pak Adjie TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang