Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Melihatnya menangis membuatku murka, murka pada keparat yang telah membuat air matanya jatuh dan murka pada diriku yang pecundang ini karena tak sanggup membuatnya tetap bahagia.
•••
"Honey?" ujar Alex yang spontan membuat bulu kuduk Virgo berdiri.
Gadis itu mundur beberapa langkah untuk mengindari Alex yang semakin mendekatinya.
"Kenapa kamu menghindari calon tunangan mu, hm?" tanya Alex masih berusaha mendekati Virgo.
"Kamu juga sepertinya makan tidak teratur lagi, hm? Kamu membeli banyak snack, tidak seperti biasanya." lanjut Alex sesaat setelah melihat keranjang belanjaan Virgo yang memang banyak mengambil cemilan.
"Berhenti, Alex." suruh Virgo dengan suara gemetar.
"Kenapa kamu terdengar ketakutan? I'm your boyfriend, right?" tanya Alex dengan nada merayunya.
Langkah Virgo terhenti saat punggungnya sudah menyentuh chiller tempat minuman dingin, tak ada ruang baginya untuk mundur lagi.
"Alex, kumohon." pinta Virgo dengan nada memelas.
"Memohon untuk apa, Honey?" tanya Alex "untuk kembali ke Amerika?"
Virgo memejamkan matanya pasrah saat Alex semakin dekat dengannya, ia merasakan sentuhan di tangannya kemudian dengan tenaga yang cukup kuat tubuhnya ditarik kearah samping membuatnya hampir berteriak karena ketakutan.
"Mau apa lo?" suara bariton itu terdengar tak asing untuk Virgo, ia membuka matanya dan melihat Leo telah berdiri di depannya sembari memegang tangannya, jadi yang menarik Virgo tadi itu Leo?
Alex menghela nafas kasar, frustasi melihat wajah Leo, "Wah, lo selalu mengganggu waktu gue." keluh Alex.
Leo tersenyum sinis, "Berarti waktu nggak berpihak sama lo."
"Jangan coba memprovokasi gue, ya?!" ingat Alex.
"Kalau lo nggak mau berurusan dengan polisi Indonesia, lebih baik lo pergi aja dari sini." beritahu Leo.
"Lo mengancam gue? Wah, lo belum tau? Lo yang bakal masuk penjara kalau macam-macam sama gue, bangsat!"
Amarah Leo seketika melonjak ke ubun-ubunnya, namun Virgo menahan tangan Leo yang hampir melayang menghantam wajah Alex.
