19 : Modus

64 14 21
                                    


Siang ini, Putri baru saja selesai menunaikan shalat dzuhur di mushola sekolahnya. Sekarang ia sudah memakai sepatu setelah tadi ia memasangnya sambil duduk di undakan tangga teras mushola. Putri bangkit berdiri dan berjalan kembali ke kelasnya dengan tas kecil yang berisikan mukenah berada di genggaman tangannya.

Putri itu orang yang sangat ramah dan murah senyum. Di perjalanannya menuju kelas bahkan tak jarang ia menyapa atau hanya sekadar tersenyum kepada teman temannya. Atau tak jarang juga mereka yang pertama menyapa Putri, dan tentu saja Putri akan balas menyapa.

Terlepas dari hal itu, Putri juga disegani oleh teman temannya. Ya, semua orang sudah tau bahwa Azzahra Putri Humairah itu adalah anak dari salah satu guru yang mengajar di sekolah ini. Terlebih saat mengetahui bahwa ayah Putri atau lebih sering di kenal dengan Pak Umar oleh siswa siswi di SMA Pelita adalah guru killer yang disiplin, membuat murid khususnya anak laki laki tak berani macam macam dengan Putri.

Tapi sepertinya, seorang lelaki yang berjalan cepat yang mencoba menyamai langkah kaki Putri ini adalah lelaki nekat. Dalam hatinya, ia sudah berniat untuk menyapa gadis yang sukses merebut perhatiannya akhir akhir ini.

"Put," panggilnya membuat sosok yang merasa dirinya terpanggil berhenti dan menoleh ke belakang.

"Eh, siapa ya?" Putri mengerenyitkan dahinya bingung, lantaran Putri tidak mengenal sosok di depannya ini tapi kenapa dia bisa tau namanya?

"Gue Daniel." lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Daniel menjulurkan tangannya.

Putri segera menungkupkan kedua tangannya dengan menundukkan kepala. Daniel yang malu karena tadi dirinya hanya berjabatan tangan dengan angin pun memaklumi dan segera menarik tangannya kembali.

"Ada apa? Ada yang bisa aku bantu?"

Lelaki bernama Daniel itu mengangguk cepat, "lo mau bantu?"

"Ya, tergantung sih, kalau aku mampu, kenapa enggak?"

Daniel tersenyum merekah, "lo pasti mampu,"

Putri mengerutkan dahi. "Mau minta tolong apa?"

"Duh, gimana, ya? Hp gue ilang, boleh minta tolong di telfonin? Siapa tau ada yang angkat."

"Ooh gitu," Putri segera mengambil ponselnya yang ia selipkan di tas kecil mukenahnya. "Nomornya berapa?"

"Ncess?"

Kepala Putri tertoleh ke arah Azzam yang memanggilnya. Azzam berjalan mendekati Putri yang ia lihat sedang mengobrol dengan orang asing.

"Ada masalah apa, Ncess?" Tanya Azzam.

"Gak ada masalah apa - apa kok, Zam. Ini si Daniel minta tolong."

Daniel yang mendengar namanya disebut hanya tersenyum kepada Azzam.

"Ketik aja nomernya." Putri menyodorkan benda pipih miliknya itu kepada Daniel, yang membuat lelaki itu tersenyum senang.

Daniel menekan beberapa tombol, namun saat ia hendak menekan tombol hijau panggilan, ponsel Putri yang ia pegang di rebut paksa oleh Azzam.

"Lo bisa minta tolong ke temen lo yang lain!" Azzam mengamankan ponsel Putri dengan memasukkan nya ke saku celananya.

Daniel tak terima. "Lo siapa?"

Azzam tak menjawab, ia malah menaikkan sebelah alisnya dan memberikan pertanyaan yang serupa. "Lah, Lo siapa?"

Daniel menggertakan giginya. Ia sudah terpancing emosi dengan sosok di depannya ini. Namun, ia tetap mencoba tersenyum karena mau jaga image nya sebagai anak baik baik di depan Putri.

"Modus! Gue tau apa yang lo perbuat! Sebelum gue buat lo malu, lebih baik lo pergi," Ketus Azzam.

"Zam?" Putri menatap heran Azzam yang kini berada tak jauh di sampingnya. Ia bingung apa yang Azzam maksud.

Daniel menatap Azzam sinis. Kemudian ia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Kini tatapan Azzam beralih ke arah Putri. Ia menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan bantuin orang sembarangan! Kamu tau nggak yang dia mau itu apa?"

Putri mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu ia menggeleng. "Enggak. Emang apa?"

"Kamu itu tadi di modusin, dia secara tidak langsung lagi nyoba ngedapetin nomer kamu!"

Putri terkesiap. Ia baru sadar.

Namun ia juga baru menyadari sesuatu yang membuatnya menyeringai. "Ooh, ada yang lagi cemburu ternyata." Putri menggoda Azzam lalu pergi meninggalkannya. Azzam termangu.

Benar juga.

Namun, setelah itu Putri kembali lagi ke Azzam yang bahkan tak bergerak satu inci pun dari sana. "Tapi tunggu dulu deh, Zam," Azzam mendongak. "Aku baru inget, kamu dulu juga minta tolong telfonin Hp kamu, 'kan? Kamu dulu ngakunya Hp kamu ilang, terus pas akun udah pulang, aku dapet pesan dari nomer ngga dikenal yang ternyata itu kamu," Putri menjeda kalimatnya yang membuat Azzam terkesiap. "Kamu dulu modusin aku juga, ya?"

Azzam benar benar mati kutu saat ini.

"Ng - anu, Ncess aku mau ke mushola dulu, ya. Takut keburu bel, daaah!" Azzam cepat cepat pergi dari sana sebelum Putri kembali mengintrogasi dirinya lagi.

Putri mengedikkan bahu. "Dasar tukang modus!" detik kemudian ia malah tertawa mengingat dulu Azzam meminta nomernya.

0o0


Ciah Daniel ketauan modusin Putri-nya Azzam

Azzam tukang modus, ya, Put?

I Love You, Princess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang