Setelah kejadian jambak jambakan antara Yana dan Rasya di atas meja kemarin, Yana dan Rasya diskors selama 3 hari. Mereka diberi surat peringatan pertama. Tak hanya mereka berdua saja yang dihukum, semua anak kelas 10 IPA 2 juga kena imbasnya, mereka dijemur di lapangan upacara sekolah dengan alibi tidak ada yang melerai perkelahian antara Yana dan Rasya serta membuat keributan di kelas.Tak hanya itu, malang bagi Azzam. Kemarin setelah dia menyanyikan lagu "Surat Cinta untuk Starla" ia berencana untuk menyatakan perasaannya kepada Putri. Namun, Yana dan Rasya merusak itu semua.
Kini Putri sedang memperhatikan penjelasan Bu Menit yang merupakan nama julukan yang diberikan anak kelas kepada Bu Dewi selaku guru matematika senior yang telah mengajar kurang lebih 20 tahun di SMA Pelita. Bukan tanpa alasan anak kelas memanggilnya dengan sebutan 'Bu Menit' Mereka memberikan julukan tersebut karena menurut mereka guru tersebut terlalu perfectionist dalam masalah waktu.
Semua berjalan baik baik saja hingga akhirnya Bu Menit meminta untuk PR yang diberikan minggu lalu untuk segera dikumpulkan. Putri membuka tasnya untuk mengambil buku matematikanya, namun nihil. Bukunya tak ada didalam tasnya. Ia mencari di laci mejanya namun tetap tak ada. Ia membongkar kembali isi tasnya namun ia tetap tidak menemukan buku matematikanya.
Azzam yang sadar akan kegelisahan Putri pun bertanya, "kenapa, Put?"
Putri mendongak, lantas berlirih, "Buku PR aku ngga ada, Zam."
"Lho bukannya dipinjem Siska, ya?" Putri baru ingat bahwa buku matematikanya dipinjam oleh teman sebangkunya -Siska- yang sudah 2 hari ini tidak masuk sekolah dengan alasan sakit.
"Yang ngga bawa PR silahkan maju kedepan." Ujar Bu Menit sambil menghitung jumlah buku PR yang sudah ditumpuk di meja guru.
Azzam memberikan buku PRnya kepada Putri dan tanpa aba aba dia sudah melangkah maju ke depan kelas, sebelum ia maju dia berpesan kepada Putri, "diganti aja namanya."
Putri awalnya mau menolak. Namun,melihat Azzam yang sudah maju ke depan kelas membuatnya mau tak mau menerimanya dan mengganti nama yang tertulis di sampul tersebut lantas mengumpulkannya ke meja guru.
Sebelum benar benar kembali duduk, Putri melirik Azzam dengan perasaan cemas dan dibalas dengan kode anggukan Azzam yang menandakan dia akan baik baik saja. Putri membuang nafas panjang. Bagaimana pun Putri tidak tega jika ia harus melihat Azzam dihukum karena telah membantunya. Putri kembali duduk di bangkunya.
"Habis, ya? Apa masih ada yang lupa bawa PRnya?" Tanya Bu Menit sembari melirik ke arah Azzam dan Reza yang lupa membawa PRnya.
Anak kelas menggeleng.
"Baiklah kalau tidak ada lagi, kalian berdua silahkan keluar kelas dan bersihkan toilet sampai jam pelajaran ibu habis!" Ujar Bu Menit kepada Azzam dan Reza dan dibalas dengan anggukan oleh keduanya. Mereka segera pamit dan berjalan ke luar kelas.
Putri memandang kepergian Azzam dengan rasa bersalah.
"Baiklah anak anak kita lanjutkan materi, buka buku paketnya halaman 135!"
0o0
Bel istirahat baru saja berbunyi, Azzam dan Reza menghentikan aktivitas membersihkan toiletnya dan segera pergi dari sana. Azzam memutuskan untuk menghilangkan rasa penatnya dengan duduk di bawah pohon cemara yang terletak di taman sekolah. Ia sebenarnya haus, tapi sekarang ini ia terlalu malas untuk bangkit dan membeli minuman hingga memutuskan untuk duduk di tanah di bawah pohon cemara sambil menikmati deru angin.
Azzam memperhatikan siswa siswi yang berlalu lalang di depannya, bahkan tak jarang ada yang menegurnya atau sekedar memberi senyuman. Azzam termasuk siswa yang populer di sekolahnya. Bukan karena wajahnya, namun karena prestasinya di bidang biologi bahkan ia pernah menjuarai olimpiade tingkat nasional.
Azzam baru saja ingin bangkit untuk membeli minuman dingin di kantin sekolah namun tertahan karena Putri muncul dengan membawa sekotak susu cokelat. Putri memutuskan untuk duduk tak jauh di samping Azzam.
"Nih buat kamu, thanks udah nolongin aku. Maaf ya karena aku, kamu jadi dihukum deh." Ujar Putri kepada Azzam sambil menyodorkan sekotak susu cokelat.
Azzam menoleh, ia melengkungkan senyuman karena Putri mengingatkannya dengan masa masa awal pertemuan mereka.
"Ah iya sama sama. Eh ngga usah, susunya buat kamu aja aku lagi puasa senin hehe." Azzam tak henti hentinya tersenyum saat ia mulai mereka ulang kenangan tersebut.
"Eh bukannya ini hari jum'at, ya?" Putri tertawa.
"Yah, kamu mah merusak masa masa nostalgia kita." Azzam ikut tertawa.
"Iya maaf, nih susunya." Putri kembali menyodorkan sekotak susu cokelat tersebut dan diterima oleh Azzam.
"Makasih, Put." Ujarnya seraya mulai meminumnya.
"Eh kamu masih inget ternyata sama masa masa awal kita kenalan." Ujar Putri.
Azzam mengangguk, "Aku ngga bakal pernah lupa hari dimana aku mengenal kamu."
Hati Putri kini berdesir pelan, dirasakannya kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya saat Azzam mengatakan kata itu. Tanpa sadar, kini pipi Putri memanas menampilkan semburat merah di pipinya.
"Mm..Putri, kamu-" Azzam sudah tidak tahan lagi untuk mengatakan secara jujur mengenai perasaannya. Namun ucapannya terpotong oleh bel masuk yang menandakan istirahat telah usai.
"Iya? Apa, Zam?" Tanya Putri penasaran.
"Ngga ah, ngga penting juga. Ayok masuk kelas."
Azzam bangkit dari duduknya diikuti Putri yang ikut bangkit dari duduknya. Mereka berjalan beriringan.
Mengapa susah banget sih buat bilang suka?
0o0
Maret, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Princess!
Fiksi Remaja"Mana ada Princess yang pipinya kayak bakpao?" Azzam dan Putri harus merahasiakan hubungan mereka berdua kepada semua teman temannya tak terkecuali para guru dan orang tua mereka.. Terkhususnya ayah Putri. Hubungan yang awalnya manis dipenuhi canda...