24 : Putri & Drakor (2)

50 10 22
                                    


Beruntungnya, firasat Azzam yang tadi tidak terjadi. Azzam terus mengedarkan pandangannya ke segala arah, demi memeriksa jikalau ada Daniel. Aman. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Daniel. Bahkan jika diperhatikan lagi, koridor ini sepi. Tidak ada siswa-siswi yang mereka temui di sepanjang jalan. Hal itu membuat Azzam mengerutkan dahi.

"Kok sepi?" Azzam bertanya.

Putri menoleh ke arah Azzam yang berada tak jauh di sampingnya. "Hmm?"

"Ini, koridornya kok sepi? Ngga ada orang lewat lagi selain kita berdua."

"Kan masih jam pelajaran, Zam. Tadi kelas kita, kan jamkos."

Azzam mengangguk kecil. Benar juga. "Terus ngapain kamu mau ke kelas Kak Hafsah kalo sekarang lagi jam pelajaran?"

Putri menghela nafas lelah. "Duh, gini lho, Zam, jarak antara kelas kita ke kelas Kak Hafsah itu kira-kira makan waktu 5 menit. Nah, bel istirahat, 6 menit lagi bunyi, jadi ... " Putri menjeda kalimatnya.

"Jadi?" tanya Azzam.

"Jadi, pas Kak Hafsah keluar kelas, kita udah di depan kelasnya, Zam. Ngerti?"

Azzam manggut-manggut. "Ngerti, Bu."

"Heh! Ihh, Azzam! Emang aku mirip Ibu-ibu apa?" Putri melipat tangannya di depan dada dengan mengerucutkan bibirnya.

Azzam terkekeh. "Miriplah dikiiit."

"Yaudah, terserah Pak Azzam, deh!"

Azzam memicingkan matanya dengan sudut bibir terangkat. "Balas dendam, nih?"

"Gatau."

Azzam menyeringai. "Ciee Bu Putri-nya ngambek, ciee."

"Ihh, Azzam!"

Azzam tertawa. "Iya, iya, udah."

Putri berbelok ke kanan diikuti Azzam. Mereka melangkah ke anak tangga menuju lantai atas.

"Bu?" panggil Azzam

"Hm?" Putri menoleh ke arah Azzam yang kini sedang menahan tawa.

"Tuh, kan, kamu sendiri nyaut dipanggil 'Bu'."

Putri mengerjap. Ia baru sadar. "Ihh, Azzam!"

Azzam terkekeh lagi. "Ohiya, gimana kabar Maza?"

"Allhamdulillah baik. Kemaren baru lahiran."

"Lahiran?"

"Iya. Maza kawin sama kucing tetangga."

Azzam tertawa kecil. "Ohiya, Pupu kangen sama kamu katanya. Disuruh main kerumah kamunya. Main sama Pupu."

"Ihh, Azzam!"

Azzam terkekeh. "Kamu masih takut?"

Putri menggeleng kecil. "Ngeri bukan takut!" Putri mengoreksi. "Kamu kok betah banget sama dia? Mukanya serem gitu."

Putri menapakkan kakinya ke anak tangga terakhir diikuti Azzam. Mereka kembali berjalan.

Azzam tertawa pelan. "Pupu itu lucu, kamunya aja yang bilang serem."

Putri mengerucutkan bibir.

"Ohiya, Ncess?"

"Hmm? Apa?"

"Tadi kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"

Putri mengangkat alis. "Kapan?"

Azzam menghela nafas. "Tadi. Waktu kamu balik dari mejanya si Anggun."

"Oh abis dari nonton Drakor?" tanya Putri dan dibalas anggukan kecil oleh Azzam.

Putri mengulum senyum. "Nggak. Aku cuma baru tau kalo kamu itu orangnya romantis."

Azzam menautkan alis dengan senyum kecil mengembang di sudut bibirnya. "Romantis?"

Putri mengangguk kecil. "Iya, romantis. Tadi, kan, aku nonton Drakor sama mereka, eh, ada adegan cowo yang sama percis perlakuannya kayak kamu. Kata Anggun, cowo itu romantis. Nah, aku baru sadar kalo kamu itu ternyata romantis."

Azzam tersenyum. "kebanyakan nonton Drakor, kamu!"

"Eh, biarin orang cowonya ganteng-ganteng semua." Putri menjulurkan lidahnya ke Azzam.

"Liatin aku aja terus, gapapa, kok!"

"Ih, gamau. Kamu jelek!" Putri tertawa.

"Eh? Awas kamu, ya!"

Putri tertawa dengan mempercepat larinya. Azzam tak mau kalah, ia ikut berlari mengejar Putri.

"AZZAM JELEK!" Putri berteriak di sela-sela tawanya.

"PUTRI LEBIH JELEK!" Azzam berteriak dengan kedua tangannya ia angkat ke sudut bibirnya sehingga teriakannya lebih keras.

Jadilah mereka berdua berlari di sepanjang koridor kelas 12. Tak menghiraukan bel yang berbunyi. Tak menghiraukan tatapan mata orang-orang yang melihatnya. Mereka hanya tau satu hal: mereka sangat bahagia.

0o0

I Love You, Princess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang