Azzam menghempaskan kasar tubuhnya ke atas kasur. Setelah mengantar Putri ke rumahnya, ia memutuskan pulang ke rumah. Di perjalanan tadi, ia menggerutu kesal sampai sampai tidak fokus ke jalanan yang membuatnya hampir menabrak seekor kucing yang sedang menyebrang.
"Kok gue bego banget sih!? Tinggal ngungkapin perasaan aja susah! Padahal tinggal dikit lagi tadi." Azzam menjambak rambutnya frustasi.
"Bodoamat ditolak ato diterima, pokoknya gue harus ngungkapin perasaan gue. Secepetnya." Azzam bermonolog pada dirinya sendiri.
Azzam mendengus kesal. Ia memutuskan keluar dari kamarnya menuju kamar kakak perempuannya, ia berharap agar mendapat pencerahan dari kakaknya.
Di rumah sedang tidak ada orang kecuali dirinya dan kakaknya -Elsa-. Orang tuanya sedang sibuk mengurus restoran milik mereka. Ya, kedua orang tua mereka adalah seorang Chef terkenal di kotanya.
Azzam mengetuk pelan pintu kamar kakaknya tersebut. Kemudian ia menyanyikan lirik lagu dari film Frozen sama ketika Ana mengetuk pintu kamar Elsa. "Elsa?" Panggil Azzam di sela sela ketukan pintu yang semakin lama semakin keras.
"Do you wanna build a snowman?
Come on lets go and play
I never see you anymore..."Azzam menyanyi dengan suara yang dibuat buatnya seperti anak kecil.
"...Come out the do-" Belum selesai Azzam menyanyi, dari balik pintu Elsa sudah melempar sepatu yang disusul dengan teriakan kesalnya.
"Bacott!'
Azzam tertawa. Tak lama kemudian terdengar suara kunci diputar dari balik pintu. Pintu dibuka sedikit dan keluarlah kepala kakaknya dengan mata hitam dan rambut kusut. Sudah hampir 5 hari kakaknya itu tidak mandi dengan alasan ingin menamatkan series drakornya. Padahal, memang dirinya saja yang malas mandi
Elsa sudah tamat sekolah sejak 2 tahun yang lalu, ia sekarang sibuk dengan bisnis onlinenya. Sebenarnya, orang tuanya mampu untuk membiayai biaya kuliah Elsa. Tetapi, Elsa tak mau, ia berjanji akan kuliah tahun depan. Ia ingin fokus dengan bisnisnya terlebih dahulu.
"Kenapa?" Tanya Elsa kepada sang adik.
Azzam tidak menjawab pertanyaan dari kakaknya, ia langsung mendorong pintu dan langsung masuk ke dalam kamar kakaknya. Baru satu langkah ia masuk, Azzam langsung dikejutkan dengan kamar kakaknya yang bisa dibilang, "anjir, berantakan banget!" Meja belajarnya berantakan, lantai lantainya penuh dengan sisa bungkus makanan, dan baju kotor berserakan. Sungguh jorok sekali kakaknya ini.
Azzam tidak ambil pusing dengan itu, toh, memang sifat kakaknya seperti itu. Jadi, ia dengan langkah gontai berjalan ke tempat tidur dan langsung merebahkan dirinya ke atas kasur dan disusul oleh kakaknya.
"Woy kenapa lu? Asem banget tu muka." Tanya Elsa sambil kembali menekan tombol play dari laptop bergambar apel yang digigit sebagian. Ia melanjutkan acara nonton drakor berjudul 'crash landing on you' yang sempat tertunda.
"Kak, mau nanya," Azzam menatap langit langit langit kamar dengan tangannya memainkan boneka gajah biru milik kakaknya.
Elsa hanya berdehem tanpa menengok ke arah Azzam, ia masih fokus dengan acara nonton drakor miliknya.
"Kak Rio nembak kakak dulu pake apa? Maksudnya gimana cara dia nembak kakak?" Tanya Azzam yang kini ikut menatap ke layar laptop.
Elsa menghembuskan nafas kasar. "Ngga usah sebut sebut nama cowo bangsat itu!" Ujarnya masih fokus ke layar laptop.
Azzam mengerenyitkan dahinya lalu ia bertanya, "lho, kenapa?"
"Gue udah putus, bego!" Ketusnya dan langsung mendapat tatapan ingin tau oleh Azzam.
"Kapan?" Tanya Azzam.
"Kepo lu! Sana sana keluar dari kamar gue!" Elsa mendorong dorong tubuh Azzam kasar. Namun Azzam masih bertahan, ia tak mau keluar sebelum ia dapat pencerahan.
"Eh, eh iya iya iya! Gue ga bakal bahas dia lagi!" Sebenarnya Azzam masih kepo kenapa kakaknya bisa putus? Padahal yang ia lihat sebelumnya, hubungan mereka masih baik baik saja.
Elsa mendengus. Ia mencoba kembali fokus dengan drakornya.
"Kak, gue mau curhat nih," Azzam mulai berbicara dengan matanya yang masih ikut melihat kedua pasangan korea yang berada di dalam laptop kakaknya.
"Mau minta dibeliin apa lagi?" Elsa menjawab tanpa menoleh kepada Azzam.
"Astahgfirullah, su'udzon aja jadi orang" Azzam berdecak.
"Trus? Mau minta uang?"
"Woy! Otak lo kok negatif terus sih? Heran dah." Azzam menggeleng gelengkan kepalanya dan setelah itu ia melemparkan boneka gajah ke kepala kakaknya.
"Ya, itu kan memang kebiasaan lo. Lo kesini kan emang cuman ada maunya."
Azzam menghela nafasnya. "Iya sih, tapi kali ini beda. Gue mau curhat soal cewe ke lo." Azzam mulai bangkit dan duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok.
Elsa menoleh. Tumben tumbenan adiknya yang satu ini curhat masalah cewe kepadanya. Bahkan kalau dipikir pikir, ia tidak pernah mendengar Azzam curhat kepadanya, apalagi soal cewe. Elsa tampak tertarik. Tidak, lebih tepatnya ia hanya kepo. Ia menekan tombol pause di laptopnya.
"Cewe? Siapa?" Tanyanya. Elsa mulai bangkit dan ikut menyandarkan tubuhnya di tembok tepat di samping Azzam.
"Gue suka sama anak kelas. Cantik. Baik. Tipe gue banget pokoknya." Azzam menjawab. Ia mengambil bantal dan memeluk bantal itu.
Mendengar itu, Elsa tertawa. "Ah ciee, udah gede ternyata adiknya kakak yang satu ini." Elsa menggoda Azzam dengan menyenggol pelan tubuh Azzam.
"Udah gas aja, tembak langsung." Usul Elsa.
Azzam menoleh, lalu ia menghembuskan nafas panjang. " Itu dia masalahnya, gue ngga berani, kak."
"Nggak berani?" Elsa membeo.
"Gue takut kalo dia ngga suka sama gue, terus dia malah ngejauh dari gue."
Elsa mengangguk. Ia mulai paham dengan cerita adiknya ini. "Lo udah coba buat nembak?" Tanyanya.
Azzam mengangguk lesu. "Udah, berkali kali malah. Tapi gue tahan, ngga jadi ngomong suka ke dia. Kayak yang gue bilang tadi, gue takut kalo dia nolak gue dan kita pisah."
"Coba aja dulu buat nembak, kalo lo ngga nyoba, lo ngga bakal tau, kan?" Elsa mengamati wajah adik nya yang kini terlihat tak bersemangat.
"Usul aja nih, cewe itu suka ditembak dengan cara yang anti mainstream. Yang unik. Pokoknya yang ngga biasa." Katanya lagi.
"Hm... Okelah, entar gue pikirin lagi." Azzam mulai berjalan dengan malas keluar kamar kakaknya menuju ke kamarnya.
"Gercep ya! Ntar dianya diambil orang, lo bakal nyesel seumur hidup lo!" Teriak Elsa sebelum Azzam benar benar keluar dari kamarnya.
0o0
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Princess!
Novela Juvenil"Mana ada Princess yang pipinya kayak bakpao?" Azzam dan Putri harus merahasiakan hubungan mereka berdua kepada semua teman temannya tak terkecuali para guru dan orang tua mereka.. Terkhususnya ayah Putri. Hubungan yang awalnya manis dipenuhi canda...