18 : skakmat

67 14 32
                                    


Rio masih duduk di bibir kasur. Dia masih menunggu Putri kembali dari pasar. Dia kini menyeringai senang. Tadinya dia berniat untuk bercanda kepada adiknya soal permasalahan gadis di rollercoaster yang mirip dengannya.

Namun, Putri malah menunjukkan ekspresi ketakutan yang membuat dirinya curiga. Ya, meskipun Putri tadinya tidak menjawab pertanyaan darinya. Jangankan menjawab, Putri pun tidak menbantah candaan darinya yang membuat kakaknya itu bertambah yakin kalau Putri menyembunyikan sesuatu darinya.

Dia menjentikkan jarinya setelah ide cemerlang terlintas di kepalanya. Dia akan mencari petunjuk di kamar adiknya ini. Rio beranjak dari kasur menuju meja belajar adiknya. Dia mengacak acak setumpuk buku diatas meja belajar itu. Namun nihil. Ia tidak menemukan apa pun.

"Masa sih, Putri ngga punya diary atau apa gitu?" gumam Rio dengan tangannya masih mengacak acak meja belajar.

Tangannya kini beralih membuka laci di bawah meja belajar, meraba raba sesuatu di dalamnya, namun nihil. Ia tidak menemukan apa pun.

Ia kini beralih ke lemari pakaian Putri, ia membongkar pakaian yang tertumpuk rapi di lemari adiknya. Namun hasilnya tetap saja sama, ia tidak menemukan apa pun.

Rio menyerah. Ia tidak bisa menemukan secuil petunjuk. Dia kelelahan saat ini, Rio pun memutuskan untuk merebahkan dirinya di kasur milik adiknya.

Rio merasakan ada sesuatu yang keras di punggungnya. Dia sepertinya menindih sesuatu. Rio menaikkan sedikit tubuhnya dan tangan kanannya meraba kasur tempat ia merebahkan tubuhnya. Dan benar saja, ternyata itu adalah sebuah buku. Tidak, lebih tepatnya sebuah novel.

"Cinta dalam diam?" Rio membaca judul yang tertera di sampul buku berwarna ungu itu. Rio nampak tertarik dengan novel itu. Dengan posisi masih berbaring, Ia membuka halaman demi halaman dan membacanya sembari menunggu Putri pulang.

Rio masih fokus membaca novel itu hingga ketika ia membalik salah satu halaman, secarik kertas terjatuh dari dalam novel itu. Rio menutup novel, meletakkannya di samping tempatnya berbaring, lalu ia mengambil kertas itu dan membacanya.

"Walaupun aku tak bisa menyentuh mu, tidak bisa merasakan hangat genggamanmu, aku masih bisa memandangi mu, tertawa bersama mu, berbagi cerita bersama mu, membuat kisah cinta kita bersama - sama.
aku ingin seperti ini terus hingga akhir hayat ku."

~Azzahra Putri Humairah

~AF

Rio menyunggingkan senyumannya. "Sudah kuduga ... But, wait ... Who is AF?" Rio mengedikkan bahunya. "I will find out."

Rio melipat kertas itu lalu menyimpannya di saku celananya. Dia beranjak dari kasur dan melangkah ke luar kamar. Belum sempat ia membuka pintu, pandangannya menangkap tas berwarna cokelat di gantungan pintu yang tidak lain adalah tas milik adiknya.

Rio sebenarnya tidak berniat untuk membuka tas itu dan mencari kepingan puzzle yang akan membantunya menyingkap rahasia adiknya, namun kondisi tas yang setengah terbuka itu seolah memaksa Rio untuk menggeledah isi di dalam tas tersebut.

Rio mengambil tas yang tengah tergantung itu. Ia mulai menarik resleting yang setengahnya sudah terbuka. Tas itu telah terbuka seluruhnya menampilkan kotak berwarna hitam dengan ukuran dua kepalan tangan orang dewasa yang terselip di antara buku buku.

Rio mengambil kotak itu, didekatkannya kotak itu ke telinganya lalu diguncangnya perlahan. Rio mengguncang kotak itu beberapa kali berharap akan ada suara yang membantunya mengetahui ada apa di dalamnya.

I Love You, Princess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang