"Zam," panggil Putri.Azzam yang merasa dirinya terpanggil mendongak menatap Putri penuh tanya. "Kenapa, Ncess?"
Putri sempat terdiam, karena ia ragu untuk mengatakannya kepada Azzam. lantas kemudian melanjutkan bicaranya.
"Daniel kemaren nembak aku."
Azzam terbatuk. Posisinya yang tadi duduk menyender ke senderan bangku, kini menegakkan punggung. "Hah? Siapa?" Azzam terlonjak kaget ketika Putri mengaku kalau ia ditembak. Dan pada detik itu juga Azzam mencoba mengingat siapa itu Daniel.
"Daniel yang hari itu yang kamu bilang modusin aku itu lho, Zam."
"Terus kamu bilang apa?"
"Aku bilang makasih"
"Kok makasih?" Azzam sebenarnya kesal. Ia ingin marah kepada Daniel yang seenaknya saja merebut pacar orang. Tapi ia tidak tau harus marah ke siapa. Toh, Daniel juga Azzam pikir tidak tahu kalau mereka berdua sudah menjalin hubungan. Jadi ia berusaha untuk meredam emosinya saja saat ini.
Putri mengangguk. "Aku bilang makasih terus maaf."
Azzam mengerjap. Berusaha mencerna kalimat yang dilontarkan Putri.
"Iya, aku bilang makasih karena udah mau jujur tentang perasaannya. Terus aku juga bilang maaf kalo aku ngga bisa jadi pacarnya."
Azzam menyunggingkan senyumnya kepada Putri.
"Aku juga sebenernya bingung mau jawab apa, Zam. Aku kan pacar kamu. Aku mau jawab kalo aku udah punya kamu, tapi takutnya nanti dia nyebarin gosip. Terus kita ketauan, Zam. Jadi, aku bilang makasih sama maaf aja."
Kini Azzam benar benar tersipu. Ia tak kuasa menahan senyumnya saat ia mendengar kalimat;aku kan pacar kamu, dan aku udah punya kamu yang terlontar di bibir Putri. Bahkan ia tak menyadari kalau wajahnya sudah memerah saat ini. Ternyata Putri juga bisa membuat Azzam tersipu malu seperti ini. Dan secara tidak langsung juga, Azzam juga merasakan bagaimana rasanya tersipu malu persis seperti yang sering ia lihat kala ia menggombali Putri.
"Zam?"
Dengan senyum yang masih melekat di wajahnya Azzam bertanya. "I-iya?"
Raut muka Putri berubah. Ia terlihat panik saat ini. "Kamu demam? Muka kamu merah banget. Mau dianterin ke UKS?"
Azzam menggeleng. Senyumnya itu masih tak bosa bosannya ia tampilkan. Ia kini merasa menjadi lelaki paling bahagia di dunia.
"Aku ngga papa kok,"
"Tapi muka kamu-"
"Ini muka aku lagi proses penggantian kulit. Tenang aja."
Tentu saja Putri tidak akan mempercayai hal aneh yang Azzam katakan itu. Emangnya Azzam itu ular apa? Sebenarnya Putri ngotot ingin membawanya ke Ruang Kesehatan. Namun, menilik dari ekspresi Azzam yang tidak seperti orang sakit, malah Azzam kini sedang mesem mesem, ia mengurungkan niatnya.
"Kok kamu mesem mesem gitu?"
Azzam bingung harus menjawab apa. Masa iya, ia harud bilang kalau dia kini sedang baper dengan kalimat Putri barusan? Yang benar saja?! Hingga akhirnya teriakan gadis yang berasal dari belakang kelas membuat mereka berdua meneolehkan kepala.
Ternyata itu teriakan dari Anggun yang tengah kepedasan. Di belakang, terdapat Nisa, Rina, Anggun, Shasha, Reyna serta Rasha yang sedang duduk bersila di lantai. Mereka sedang men-challenge diri mereka sendiri untuk makan mi samyang yang warnanya sudah sangat merah yang sudah dipastikan Pasti sangat pedas. Disana cuman ada satu mangkuk mie, Rasha yang membawa mie itu, ia tadi menumpang memasak di kantin, dan membawanya ke kelas untuk dimakan bersama sama.
Rina yang melihat keberadaan Putri, langsung memanggilnya dan mengajaknya makan bersama.
Putri meneguk ludahnya sendiri. Ia tergiur dengan mie instan korea tersebut. Ia tanpa sadar sudah berjalan mendekati ke arah 6 gadis tersebut untuk sekadar mencicipi. Tapi siapa sangka, Azzam memanggilnya yang membuatnya berhenti berjalan.
"Mau kemana kamu?" Azzam tentu sudah tau bahwa Putri akan berjalan menuju ke arah 6 gadis itu.
Belum sempat Putri menjawab, Azzam sudah melarangnya dengan tegas, "ngga boleh! Kamu jangan sok sok berani makan pedes! Kamu itu ngga tahan pedes, kalo kamu lupa." Azzam mengigatkan.
Putri mengerucutkan bibirnya, "sekali ini aja, Zam. Pengen." Putri memohon kepada Azzam agar ia diperbolehkan untuk memakan mie yang kelihatannya sangat menggiurkan itu.
"Ngga, boleh! Bahaya buat lambung kamu!"
"Segigitan aja, deh!"
Azzam menggeleng. "No!"
"Dikiiiiiiit aja, ya? Ya? Ya? Boleh, ya, Zam?"
Azzam menggeleng nafas gusar. "Gini aja, aku beliin makanan lain aja deh dari kantin, mau?"
Putri berpikir sejenak, akhirnya ia memutuskan, "yaudah!"
Azzam tersenyum penuh kemenangan. "Oke! Kamu tunggu disini, ya?" Setelah berkata demikian, Azzam pergi meninggalkan kelas dan berlari menuju kantin.
Putri membuang nafasnya berat. Denga sesekali melirik ke arah 6 siswi itu yang terlihat sangat enak menikmati mie pedas itu. Reyna bahkan menggeleng gelengkan kepala ketika mie itu masuk ke mulutnya. Shasha yang sudah dari tadi mengipas ngipasi wajahnya yang kini sudah berkeringat. Dan wajah Nisa yang sudah merah padam dengan ber-Hah ria.
Pandangan Putri kini sudah terfokuskan ke arah mie yang tampak menggoda Putri untuk memakannya. Ditambah dengan teriakan dari Anggun dan Rasha yang memanggil dirinya untuk ikut bergabung. Putri sedang berada di dalam kebimbangan saat ini.
Hingga akhirnya Putri memilih bergabung dengan ke-6 siswi itu. Tak mengindahkan larangan Azzam dan lebih memilih memuaskan lidah dan perutnya.
Kini lilitan mie di garpu sudah berada di tangannya. Sebelum menyendokkannya ke dalam mulut, ia melirik sekilas pintu. Untuk memastikan Azzam belum datang. Beruntung bagi Putri, karena Azzam belum kembali juga dari kantin yang akhirnya membuat Putri melahap mie itu.
Tepat setelah itu, Putri bangkit dan menjerit. Mie ini pedas nya sangat gila sekali. Putri merasakan sensasi pedas yang terasa panas sekali di lidahnya. Putri berdesis kemudian ber-hah. Ia berlari ke tasnya demi mengambil botol air minumnya.
Putri menenggak habis isi air minum di botolnya hingga habis tak bersisa. Merasa kurang, ia beralih mengambil botol air minum teman sebangkunya -siska- tanpa permisi terlebih dahulu kepada si empunya.
6 siswi di belakang panik melihat reaksi Putri yang kepedasan. Mereka bangkit dan dengan cepat membantu Putri. Shasha dan Nisa yang mengipasi wajah Putri. Anggun, Rina dan Reyna sudah berlarian mencari air lagi untuk Putri. Tapi yang paling heboh itu Rasha. Ia berteriak panik dengan mengatakan; "ASTAGHFIRULLAH! PUTRI KESURUPAN!"
Minta ditampol emang si Rasha. Tapi, beruntung setelah itu, Azzam yang memang sudah kembali dari kantin dengan berbagai macam makanan mendengar kegaduhan dari dalam kelasnya, segera berjalan cepat masuk ke kelas.
Dan beruntungnya lagi, Azzam membawa dua cup pop ice cokelat di kedua tangannya. Putri yang melihat Azzam yang sudah masuk dengan membawa es, langsung berlari ke arah Azzam dan langsung memegang cup dan menyedot isinya. Merasa kurang, Putri kembali melakukan hal yang sama dengan es di tangan Azzam yang satunya lagi.
Azzam tertegun. Pasti kini wajahnya sudah merah lagi. Bagaimana tidak?! Saat Putri mengambil cup dari tangan Azzam, Putri tidak benar benar mengambil cup itu dan Azzam tidak benar benar melepas dan memberikan cup itu yang membuat mereka seperti berpegangan tangan dengan waktu yang cukup lama.
Ah sial wajah Azzam memerah lagi.
0o0
a/n
Double kill pemirsahh!
Azzam sampe dibuat merah dua kali sama si Princess!
Vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Princess!
Teen Fiction"Mana ada Princess yang pipinya kayak bakpao?" Azzam dan Putri harus merahasiakan hubungan mereka berdua kepada semua teman temannya tak terkecuali para guru dan orang tua mereka.. Terkhususnya ayah Putri. Hubungan yang awalnya manis dipenuhi canda...