23 : Putri & Drakor

62 12 23
                                    


Azzam menekuk siku tangan kanannya di atas meja dan jari jari tangannya dibiarkannya menopang dagu. Kejadian mie samyang kemarin masih berputar jelas di kepala Azzam. Dimana Putri tanpa sengaja dan tanpa sadar memegang tangan Azzam. Lihat, memikirkannya saja sudah membuat wajah Azzam memerah.

Ya, mungkin bagi sebagian pasangan itu adalah hal lumrah dan biasa saja. Tapi bagi Azzam dan Putri? Tentu saja tidak! Azzam baru pertama kali memegang tangan Putri dan begitu pun sebaliknya. Tapi sungguh, itu bukan permasalahannya. Yang menjadi permasalahan bagi Azzam adalah: salah satu cup pop ice itu sudah Azzam minum. Ya, saat di jalan menuju kelas tadi, Azzam melirik isi cup yang isinya kepenuhan, jadi, supaya isinya tidak tumpah, Azzam meminumnya.

Dimana letak masalahnya? Tentu saat Azzam meminum pop ice itu. Dia menyedot isinya melalui straw yang sama dengan Putri. Jadi, secara tidak langsung mereka ... Ah sudahlah.

Azzam tak mau lagi memikirkan hal itu. Ia kini mempunyai masalah yang lebih rumit sekarang.

Putri menonton Drakor. Tidak. Ralat. Hobi baru Putri adalah menonton Drakor. Sekilas tidak ada yang salah dengan itu. Namun sekali lagi, tidak bagi Azzam. Putri menonton Drakor adalah hal yang gawat. Sudah berapa kali Azzam melarang Putri untuk menontonnya, tapi Putri adalah Putri. Bukan Putri namanya kalau tidak keras kepala.

Seperti sekarang ini, Putri dengan beberapa siswi lainnya kini sedang berkerumun di bangku pojok belakang di tempat duduk Anggun. Mereka sedang menonton Drakor lewat laptop Anggun yang sengaja ia bawa ke sekolah.

Azzam menghela nafas lelah. Ia memandang Putri dari kejauhan. Dari tempatnya, Azzam bisa melihat mata Putri berbinar ketika menonton drama itu. Azzam sebenarnya ingin pergi kesana lalu menarik lengan Putri untuk menjauh dari kerumunan itu, tapi sayangnya itu hanya akan menjadi angan semata. Azzam tidak akan berani melakukannya. Ralat. Azzam tidak akan sanggup melakukannya.

Jika Azzam melakukannya --menarik lengan dan membawa Putri menjauh, entah apa reaksi para siswi disana. Mereka Pasti akan berpikir yang tidak tidak. Yang akhirnya menjadi gosip dan bahan perbincangan. Jika Azzam nekat melakukannya, apa bedanya dengan bunuh diri? Tentu, Azzam tidak mau melakukannya.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya gadis berpipi bulat tersebut kembali dengan wajah sumringah. Kedua sudut di bibirnya terangkat yang membuat Azzam ikut mengangkat sudut bibirnya. Raut muka senang terpancar jelas di wajah Putri.

"Dih, kenapa senyum-senyum gitu?" Azzam tertawa kecil. Niatnya untuk memperingati Putri untuk berhenti menonton drama itu sirna begitu saja ketika melihat ekspresi Putri.

Putri dengan senyum yang masih melekat hanya menjawab pertanyaan Azzam dengan gelengan.

"Kenapa, sih? Kamu tadi nonton apa? Lanjutan series kemaren?" Azzam bertanya kembali.

Putri diam sejenak. Ia mencoba mengingat namun gagal. Putri mengecilkan bahu. "Gue lupa."

Azzam mengerjap. Ia mengerutkan dahi. Sepertinya ada yang salah dengan ucapan Putri tadi. Tapi apa?

"Kenapa sih, Zam?" Putri yang bingung dengan perubahan raut wajah Azzam bertanya.

"Tunggu, kamu tadi bilang apa?"

Mata Putri menyipit. Kemudian ia menjawab secara hati hati. "Kenapa ... Sih, Zam?"

Azzam menggeleng. "Nggak, bukan yang itu. Tapi yang pertama."

"Gue lupa?"

Yap. Seperti yang Azzam dengar. Ada yang salah. Putri menggunakan subjek yang tidak seperti biasanya. Ia memakai kata 'gue' bukan 'aku'. Namun terdengar lucu jika Putri yang mengatakannya.

Putri mengerutkan dahi. "Lo kenapa, sih?"

Lihat. Putri mengulanginya lagi.

Azzam menghela nafas. "Siapa yang ngajarin kamu gitu?"

Putri menaikkan kedua alis. "Gitu gimana, Zam?"

"Ya ... Gitu."

Putri kembali mengerutkan dahi bingung. "Lo ngomong apa sih?"

Oke, sekarang Azzam ketakutan. Azzam tidak percaya kalau sosok di hadapannya ini adalah Putri. Azzam mulai waspada. Siapa tahu sosok di depannya ini adalah penyihir yang menyerupai Putri Atau yang lebih parahnya lagi adalah bagaimana kalau sosok di depannya adalah alien yang mengendalikan Putri dan berusaha menguasai dunia? Atau ... Atau bagaimana kalau sosok di depannya ini adalah Putri yang sedang di rasuki setan? Memang sedikit lebay, tapi siapa tahu, 'kan?

"Siapa kamu?" Azzam mendelik. Ia mulai menginterogasi sosok di depannya ini.

Putri meringis. "Gue Putri."

Azzam berighstifar. Kemudian tangannya bergerak mengitari kepala Putri dengan mulutnya merapalkan do'a. Azzam merukiyah Putri. "Siapa kamu? Pergi dari tubuh Putri! Pergi dari tubuh inces! Pergi!" Azzam terus mencoba berinteraksi dengan 'sosok' di depannya hingga akhirnya Putri dengan sengaja menginjak sepatu Azzam.

Azzam meringis kesakitan. Putri menatap Azzam dengan mengerucutkan bibirnya kesal. "Kamu kira aku kerasukan apa?"

Azzam tersenyum senang lalu ia mengucap hamdallah ketika menyadari Putri-nya kembali sadar. Sepertinya usaha Azzam berhasil. 'Sosok' yang berada di tubuh Putri tampaknya telah pergi. "Ncess, kamu pasti ngga percaya, tadi kamu aneh banget, tahu nggak? Kamu ngomongnya aneh. Aku awalnya bingung tapi aku tau kalo pasti ada 'sosok' yang ganggu ditubuh kamu. Makanya aku bacain do'a." Azzam mengoceh heboh.

Putri melongo tak percaya. Tapi setelah itu ia malah cemberut kesal kepada Azzam. "Ihh, Azzam! Aku nggak kesurupan, tahu! Terus kapan aku ngomongnya aneh?"

"Tadi, kamu bilang gini nih; Gue lupa! Gue Putri! Lo kenapa? Lo ngomong apa sih? Ya, pokoknya gitulah. Aneh. Kamu biasanya nggak pernah ngomong gitu."

Putri menghela nafas. "Itu namanya bahasa gaul, tahu! Lagian, kamu sama temen temen kamu ngomongnya juga gitu, kok."

Azzam tersenyum tipis. "Ya, aku juga tahu kalo itu bahasa gaul, tapi kalo kamu ngomongnya malah jadi bahasa aneh, tahu! Lagian, kamu kok tumben. Siapa yang ngajarin pake gue-lo?"

"Anggun."

Ah ... Anggun. Seharusnya Azzam tahu dari awal. Gadis itu telah banyak meracuni otak Putri. Entah apa saja yang telah Anggun katakan.

"Tadi dia bilang pas aku ngomong pake kata aku-kamu, dia nyaranin aku ngomong pake kata gue-lo. Katanya biar gaul. Ngga cuman itu aja lho, Zam! Aku juga jadi banyak tahu kosakata baru kayak alig, cabut, anjir, anjay, tapi aku ngga tau artinya apa. Apa lagi, ya? pokoknya banyak deh! aku sampe lupa, nanti katanya dia bakal catetin kosakata anak gaul. Nanti pulang sekolah dia kasih."

Azzam ternganga. Anggun sudah kelewatan. Gila. Anggun memang gila. Azzam akan bicara kepada Anggun nanti.

"Ohiya, aku sampe lupa mau ke kelas Kak Hafsah. Mau ikut ngga, Zam?"

Azzam menggeleng. Dia masih syok dengan penuturan Putri. Dia harus segera bicara kepada Anggun setelah ini.

"Yaudah, aku pergi." Putri melangkah keluar kelas. Keluar pintu dan berbelok ke kanan.

Azzam menghembuskan nafas panjang. Dia baru saja ingin menemui Anggun ketika pikiran tak enak itu muncul.

Bagaimana kalau Putri kembali bertemu dan diganggu oleh Daniel?

Tanpa pikir panjang Azzam langsung berlari dan menyusul Putri.

0o0

a.n

Hoaaamss ...

I Love You, Princess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang