24. Goodbye Oppa

3.1K 328 57
                                    

Kadang, emosi yang sulit kita kendalikan, itu akan membuat dada kita sesak, dan jika kita tidak kuat, efek nya pasti akan pingsan, begitu juga dengan Rose, melihat Rio dalam kondisi koma membuat nya sakit, juga takut karena Rio bisa saja pergi meninggalkan dia.

Dan siapa sangka, sifat dingin, acuh, pendiam dan tegas nya Rio mampu membuat Rose luluh, mampu membuat Rose jatuh sejatuh jatuh nya, pada pengawal yang belum genap setengah tahun bekerja untuk nya itu.

Tak perlu jadi terkenal, tak perlu pakaian mahal, tak perlu terlihat tampan, untuk mendapatkan hati seorang Park Chaeyoung, cukup jadi diri sendiri yang apa ada nya, Rio sudah mampu mengobrak abrik hati dan perasaan Rose saat pertama kali bertemu, Rose memang langsung terpesona pada Rio di kantor YG saat itu, hanya sang gadis terus berusaha menolak untuk mengakui perasaan nya dengan berusaha memusuhi dan membenci Rio, tapi dia gagal, tanpa sadar dia terus membicarakan Rio saat sedang menelpone Joonhoe, yang memicu kecemburuan dan kemarahan idol tampan itu, pada waktu Rio datang ke dorm dihari pertama nya bekerja, Rose dengan percaya diri akan menjawab iya, jika Joonhoe mengutarakan perasaan nya, tapi, tanpa alasan yang jelas, Rose menolak ketika Joonhoe meminta nya untuk menjadi kekasih idol pria itu, semua karena Rose mulai meragu akan perasaan nya pada Joonhoe.

Sehari setelah Rose pingsan, dia boleh meninggalkan rumah sakit, dan dia menghabiskan waktu seharian untuk beristirahat di hotel.

Keesokan hari nya, Rose kembali ke rumah sakit untuk mengunjungi Rio, kali ini hati nya sudah mulai tertata, dan menjadi lebih kuat sekarang, Rose melihat seorang perawat perempuan membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil hendak memasuki ruang ICU dimana Rio berada, Rose hanya bisa menatap tanpa berani bertanya, dan dia melihat perawat itu menyeka tubuh polos Rio dengan handuk basah yang dibawa sang perawat tadi.

"Sayang" panggil ayah Park saat Rose sedang duduk termenung di bangku luar tempat dia biasa menjaga Rio.

"Ne appa?" Jawab Rose menoleh pada sang ayah.

"Kamu sudah bertemu Rio kan" Rose mengangguk dengan ucapan ayah Park.

"Kamu juga sudah melihat keadaan nya. . ." Ayah Park menghentikan ucapan nya, lalu menarik nafas dalam dan menghembuskan nya, ibu Park yang berada disebelah kiri sang putri pun segera merai telapak tangan Rose dan mengusap-usap nya, perasaan Rose mulai tak enak.

"Besok kita kembali ke Korea" lanjut ayah Park, Rose membelalakan kedua mata nya, kaget dan tak terima dengan ucapan tuan Park.

"Tidak appa, tidak, aku ingin bersama Rio oppa disini" tolak Rose sambil terus menggelengkan kepalanya.

"Sayang, kamu sudah terlalu lama meninggalkan member mu, mereka mencemaskan mu, besok kita kembali ya, di Korea kamu tidak akan langsung bekerja, manager oppa masih memberimu kelonggaran waktu 5 hari" bujuk ibu Park dengan suara lembut nya, sang putri sudah mulai menangis, tak ingin meninggalkan Rio sendirian disana, karena Yunho juga kembali ke Korea untuk beberapa hari.

"Aku menginap disini kalau begitu" datar nya, dia kemudian berdiri dan berjalan menuju toilet dan melanjutkan tangis nya disana, sendirian.

Merasa tenang, Rose pun keluar, ayah dan ibu Park menatap nya cemas dsn khawatir.

"Sayang. . . " panggil ayah Park.

"Appa dan eomma ke hotel saja, biarkan aku di sini malam ini" kembali Rose menolak ajakan orang tua nya untuk kembali ke hotel, mengalah, hanya itu yang bisa dilakukan oleh kedua orang tua Rose, mereka akhirnya meninggalkan sang putri di rumah sakit sendiri, menemani Rio untuk terakhir kali nya.

Rose hanya diam membisu, menatap sendu ke arah jendela kaca yang menampakan tubuh Rio yang tak sadarkan diri, dan tengah malam, dia pun masuk ke kamar Rio setelah mendapat persetujuan dari perawat jaga, dia hanya duduk menatap wajah Rio untuk dia simpan dalam ingatan nya.

Keesokan hari nya
Ayah dan ibu Park pun kembali datang ke rumah sakit untuk menjemput sang putri, dan Rose, dia baru keluar dari kamar mandi saat sang ayah dan ibu sudah menunggu nya di bangku biasa.

"Kita harus segera ke bandara sayang" ucap ayah Park lembut, Rose mengangguk.


"Aku akan berpamitan dengan oppa sebentar ne" ijin Rose

"Baiklah, appa tunggu disini" jawab ayah Park

Lagi, Rose harus memakai baju steril demi untuk bertemu Rio, sang pemilik hati, rasanya terlalu berat bagi Rose untuk meninggalkan Rio dalam keadaan seperti ini.

"Oppa" lirih Rose sambil menautkan jari-jari tangan kiri nya ke dalam sela-sela jari tangan kanan Rio.

"Hari ini aku harus kembali ke Korea, jaga diri oppa baik-baik ne, dan segera lah bangun, aku butuh oppa disisi ku" ucapnya sambil mengusap kasar air mata yang menetes dengan tangan kanan nya.

"Aku mencintai mu oppa, selamat tinggal"


Cup

Rose mengecup kening Rio dengan air mata yang menetesi kepala pemuda itu, dengan berat hati, Rose pelan-pelan mulai melepaskan tautan tangan mereka, dan segera keluar meninggalkan Rio, Rose tak menyadari jika setelah dia membalik kan badan nya, air mata Rio juga mengalir, meski masih terpejam, dia bahkan mulai menggerakan jari tangan yang tadi di genggam oleh Rose.

"Ayo appa, eomma, aku sudah siap" ucap Rose begitu keluar dari ruang ICU dengan suara sengau nya, ibu Park mengusap-usap punggung putri nya, mereka pun berjalan keluar, Rose sampai tak sadar, jika beberapa perawat terlihat berlari tergesa melewati nya untuk menuju ke ruangan tempat Rio di rawat.

Di dalam pesawat, gadis itu terlihat murung menatap keluar jendela.

Di dorm
Lisa, Jennie dan Jisoo sudah tak sabar untuk menunggu kedatangan member nya itu setelah 3 minggu tak bertemu.

Ceklek

Rose masuk dengan ekspresi wajah yang pucat.


"Rosie" lirih Jennie iba, Rose menatap sendu pada ketiga sahabat yang sudah seperti saudara nya sendiri itu, Lisa yang peka pun segera menghampiri gadis chipmunk nya itu, lalu memeluknya, dan itu berhasil membuat Rose menangis hebat, Jennie dan Jisoo tak tinggal diam, mereka ikut memeluk Rose yang selama ini ternyata menahan segala tangis dan perasaan nya untuk tidak dia luapkan sepenuh nya di depan appa dan eomma nya, karena tak ingin kedua orang tua nya itu cemas, dan sekarang, dia akhir nya mampu melepaskan semua beban yang dia menggunung di hati dan perasaan nya, Rose melepaskan segala kegundahan, kesakitan, kecemasan, dan ketakutan yang dia simpan berhari-hari, hanya di depan member nya lah, Rose dapat menjadi dirinya sendiri.





Rose pov on

Rio Maheveen, nama yang sajaningnim sebutkan saat kami sedang latihan pagi itu, beliau bilang, dia lah yang akan menjadi pengawal kami, ku lihat Lisa begitu antusias mendengar kabar itu, karena dia yang tomboy, akan terasa memiliki seorang teman yang bisa dia ajak melakukan hobby nya yang mirip laki-laki, tapi aku tak terlalu ingin tahu tentang sosok nya, sampai akhir nya kami bertemu di ruangan sajangnim, pertama melihat, aku benci dengan wajah cuek nya yang menurutku menyebalkan itu, dan ditambah dia begitu pendiam tak banyak bicara, membuatku semakin membenci nya, karena itu menyebabkan kecanggungan diantara kami, dan baru kusadari, jika aku terlalu membenci nya, itu membuatku jadi sering membicarakan nya di telpone dengan Joonhoe kala itu, dan rasa kesalku pada nya, membuatku sengaja ingin merepotkan nya dengan nekat pergi jogging, yang akhir nya malah merugikan ku sendiri, sikap gentle nya lah yang membuatku kagum pada nya, dan puncaknya, aku mulai mencintai dia saat dia menyelamatkan ku dari si brengsek Joonhoe, di dekatnya, dan selama aku masih dalam jangkauan penghlihatan nya, aku merasa aman, segala cara ku tunjuk kan untuk memberi dia isyarat bahwa aku menaruh perhatian pada nya, tak ada yang berhasil, sampai dia akhir nya mengucapkan kalimat sakti itu, tapi dalam keadaan yang sangat aku benci, nyawaku terasa seperti di cabut dari raga ini kala melihat darah nya yang membasahi kedua tangan ku, melihat orang yang ku cintai hampir meregang nyawa membuatku nyaris gila, melihat nya tak berdaya di ruang ICU membuat hati ku sakit, semangat dan gairah hidup ku pun ikut mati, aku mencintaimu oppa, tolong, jangan tinggalkan aku.



Rose pov end


#TBC

The BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang