Hari ini puasa pertama bagi semua umat islam. Dan (Namakamu) ngerasa puasa tahun ini tuh beda banget. Tadi malam di masjid sekitar tempat tinggalnya nggak ada terawih, udah gitu dia pengen banget jalan-jalan subuh tapi ngga boleh. Pokoknya cuman bisa diem aja di rumah.
Karena cuman diam di rumah, (Namakamu) jadi bosen banget. Mana kayaknya abis sahur, Iqbaal lanjut tidur lagi. Soalnya info WhatsApp dia terakhir dilihat pukul 05:00 am. Kalo udah kayak gini (Namakamu) nggak tahu lagi mau ngapain selain main Mobile Legends.
1 jam berlalu. (Namakamu) masih terus bermain. Begitupula beberapa jam lagi yang terlewat, hingga ia tidak sadar jika ponselnya sudah lowbet sekali dan mati. Akhirnya dia jadi afk deh.
"Sialan. Nggak nyadar lagi." Ucap (Namakamu). Dia beranjak dari kasur untuk mengecas ponselnya.
Setelah itu, (Namakamu) memutuskan untuk keluar kamar. Sekarang masih pukul 3 siang, jadi dia mutusin buat nonton televisi. Sekalian nonton ceritanya iklan marjan. Iya, (Namakamu) emang suka banget nungguin ceritanya marjan.
Tapi udah daritadi (Namakamu) nungguin iklan marjannya nggak nongol-nongol juga. Kan jadi kesal sendiri, soalnya dia nggak mau lihat iklan lain.
"Ini si marjan lagi libur apa gimana sih?" Tanya (Namakamu). Tangannya sibuk memencet-mencet tombol remote.
Tok tok!
(Namakamu) yang lagi duduk terpaksa bangun saat denger pintu utama rumahnya diketuk karena emang cuman dia yang lagi di luar kamar. Dia jadi heran, siapa yang ingin bertamu di masa korona seperti ini?
"Iqbaal?" (Namakamu) terkejut melihat Iqbaal berdiri di depannya sambil tersenyum. Dari muka dan matanya, kelihatan banget kalo Iqbaal baru bangun.
"Lo ngapain? Mau numpang makan? Beras lo abis?"
"Puasa bego." Ucap Iqbaal.
"Oh iya. Terus lo mau ngapain?"
"Main. Udah awas gue mau masuk. Harus jaga jarak." (Namakamu) mempersilahkan Iqbaal masuk. Tak lupa menyuruh Iqbaal mencuci tangan dan memakai hand sanitizer yang udah disiapin buat orang yang dari luar rumah. Pokoknya keluarganya (Namakamu) tuh waspadanya pake banget.
Rumah (Namakamu) dan Iqbaal emang sampingan. Terus orang tua mereka juga ngebiarin kalo mereka mau main, asal harus di dalem rumah dan jaga jarak. Mereka sih iyain aja biar cepet.
"Ngapain nih?" Tanya (Namakamu) sambil duduk di sofa depan televisi. Sementara Iqbaal duduk di lantai yang agak jauh dari dia terus nyandarin kepalanya di sofa, matanya dimeremin.
"Nonton film."
(Namakamu) langsung mengangguk semangat, "nggak kepikiran dari tadi."
Tangan (Namakamu) segera menindis remote televisinya, mengganti layarnya--yang tadi sinetron--menjadi youtube.
"Kartun aja kali ya."
"Horor."
(Namakamu) menatap Iqbaal, "horor-horor. Gue cabutin juga itu bulu kaki." (Namakamu) menunjuk betis Iqbaal.
Walaupun ngomel, dia tetep nyari film horor sesuai permintaan Iqbaal. Dia emang paling nggak suka nonton film horor kecuali ada temen nontonnya. Mata (Namakamu) terus mencari film yang bagus hingga berhenti di film yang judulnya tag.
"Itu aja." Suruh Iqbaal. Dia kini sudah duduk di sofa sambil naikin satu kakinya. Berasa Iqbaal yang punya rumah.
Film baru aja dimulai tapi (Namakamu) udah nutup muka dia pake bantal. Iqbaal sebenarnya pengen ngeledekin, tapi karena lagi puasa, dia males ngomong banyak. Selain itu, males nambah dosa dia.
"Lah? Kepalanya ditebas pake apa?" Iqbaal bingung, dia tadi tidak terlalu memperhatikan. Perasaan seingat dia, nggak ada parang di sekitar cewek yang di bus tapi kenapa kepalanya tiba-tiba pada ketebas semua?
"Pake angin, Iqbaal! Terus dia nggak kena karena nunduk buat ngambil pulpen. Makanya kalo nonton perhatiin!" Ucap (Namakamu). Dia aja yang takut, bisa ngerti sama jalan ceritanya.
"Keren dong. Harusnya dibuatin sinetron, judulnya 'pulpenku menyelamatkan hidupku." Ucap Iqbaal terus ketawa. (Namakamu) juga ikut ketawa. Bener juga, kalo pulpennya nggak jatuh kan dia nggak selamat.
"Garing." Ucap (Namakamu) setelah berhenti tertawa.
"Terus kenapa lo ketawa?"
"Kasian aja. Jadi gue sumbangin ketawanya."
Film terus berlanjut hingga adegan di tempat--yang seperti goa buat mereka kaget, mana mama (Namakamu) keluar dari kamar lagi. Untung aja, (Namakamu) langsung ngeskip bagian itu sebelum mamanya ngelihat. Iya, dibagian itu si cowok sama cewek pemeran utama mau gitu deh.
"Eh Iqbaal." Sapa mama (Namakamu).
"Iya tante."
"Bosen, ya di rumah?"
Iqbaal mengangguk, "bosen banget."
Mama (Namakamu) mengangguk terus lanjutin jalan ke dapur. Mau buat makanan untuk buka puasa, soalnya udah mau jam 4.
"Lanjut lagi." Suruh Iqbaal saat mama (Namakamu) udah nggak di dekat mereka. Tadi emang filmnya di pause sama (Namakamu).
***
F
ilmnya udah abis, tapi (Namakamu) sama Iqbaal nggak ngerti jalan ceritanya.
"Endingnya nggak jelas banget." Ini mereka lagi sibuk ngomentarin film yang mereka tonton.
"Masa iya manusia nikah sama kepala babi hahaha. Lo mau, Baal nikah sama kepala babi? Udah gitu kenapa semua tamu malah mau buka baju." Iya, tadi emang ada adegan kayak gitu. Pokoknya mereka harus pinter-pinter ngeskip kalo nggak mau dapet dosa.
"Nggak mau. Gue maunya sama elo aja."
"Ngapa jadi gue. Emang gue kepala babi?"
"Lah lo ngerasa?" Tanya Iqbaal.
"Si tolol malah ngatain."
"Puasa bego. Ga boleh ngomong kasar."
(Namakamu) menyipitkan matanya menatap Iqbaal. Dia nasehatin orang tapi nggak sadar kalo dia juga gitu. Dari pertama dateng tadi aja dia udah ngatain (Namakamu) 'bego'.
"Belom aja ini remote melayang, Baal."
"Melayang kayak gimana? Kayak angin yang nebasin kepala? Ntar kepala gue copot, lo mau tanggung jawab? Bengkel lagi tutup noh."
"Hubungannya bengkel sama kepala apaan, monyet?"
Iqbaal tertawa, "iq jongkok lo. Mending jadi anak tk lagi deh."
Niat Iqbaal buat ngomong irit sama nggak ngatain (Namakamu) jadi batal deh. Dia lupa, kalo sama (Namakamu) tuh pasti emang harus ngomong panjang lebar.
"Pamit dah gue. Udah mau buka." Ucap Iqbaal. Matanya menatap jam yang ada di dinding.
"Yaudah sana."
"Bodo." Ucap Iqbaal terus berdiri.
Nggak langsung pulang karena dia teriak dulu sambil ngadep ke dapur, "tante Iqbaal pulang dulu." Setelah ada jawaban 'iya' dari mama (Namakamu), baru deh dia jalan ke pintu.
"Bentar malem login. Kita mabar."
(Namakamu) mengangguk semangat. Dia tersenyum sambil menunjukkan 2 jempolnya. Dia paling seneng kalo udah mabar sama Iqbaal karena selalu dilindungin, dibantu ngambil buff--walaupun Iqbaal juga butuh-- terus kalo ada musuh (Namakamu) selalu nyampahin Iqbaal. Hahaha jadi sayang deh, pikir (Namkamu).
Setelah Iqbaal udah keluar dari halaman rumahnya, baru deh (Namakamu) nutup pintu. Dia nggak nyadar kalo sekarang udah mau buka puasa. Papanya juga udah pulang dari kantor. Pokoknya (Namakamu) harus terima kasih sama Iqbaal, karena puasanya jadi lancar pas cowok itu datang.
Tbc
Kehabisan ide, jadi bingung mau buat cerita kayak gimana.
Udah gitu rada garing soalnya lagi korona jadi nggak ada kejadian lucu yang kepikir di kepala gue :'
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] P U A S A (TAMAT)
FanfictionHanya cerita tentang Iqbaal dan (Namakamu) untuk menemani kegabutan kita saat sahur, puasa, dan nungguin buka puasa. ........................................................................................... Follow ig: @vitaans._