15

473 77 0
                                    

(Namakamu) lagi duduk di atas ranjang sambil natap jarinya yang dia gerak-gerakin. Ceritanya dia lagi ngitung sesuatu. Wajahnya serius banget, alisnya sampai hampir menyatu.

Nah dia udah berhasil ngitung. Sekarang adalah puasa ke-19. Berarti puasa tinggal sebelas hari dong. Wah (Namakamu) nggak nyadar sama sekali.

Tiba-tiba (Namakamu) terpikir sesuatu, apakah lebaran nanti masih ada yang masiara--bertamu ke rumah orang? Soalnya kan lagi korona. Kalo rumahnya (Namakamu) sih bakal open karena kata mamanya mereka tetap bikin kue lebaran. (Namakamu) jadi seneng banget, itu artinya kalo nggak ada yang masiara, dia deh yang bakalan habisin kue lebarannya hehe.

Dan yang bikin dia lebih seneng, besok mamanya dan bunda bakalan pergi beli bahan kue barengan. Itu artinya (Namakamu) dan Iqbaal bisa ikut. (Namakamu) tersenyum membayangkan hari esok. Akhirnya setelah berhari-hari tidak kemana-mana, ia keluar juga dari kandangnya ini hahaha.

"Mama!" (Namakamu) keluar kamar terus nyariin mamanya. Rencananya dia mau mastiin kalau besok itu mereka harus jadi perginya.

"Mama muda.. hahaha."
"Ma!"
"Omaaa."
"Mamakuu."

(Namakamu) ngebuka pintu kamar orang tuanya. Ternyata mamanya lagi nonton drakor di televisi, nggak tahu deh cara nyambunginnya kayak gimana. Dasar mama gaul, udah gitu yang ditonton sama mamanya adalah drakor yang lagi viral itu, yang tentang perselingkuhan. Giliran (Namakamu) yang pengen nonton drakor itu malah dilarang, katanya masih kecil.

"Kenapa?" Tanya mama sambil menekan tombol pause.

"Besok jadi kan," (Namakamu) tersenyum lebar sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Jadi apa?"

"Ih mama mah pelupa. Yang itu loh.."

Renita--mama (Namakamu)--menatap datar gadis itu, orang lagi seru-seru nonton malah diganggu. Udah gitu diajak main tebak-tebakkan pula. Istigfar aja kata mama (Namakamu).

"Yang mana?"

"Beli bahan kue, jadikan?"

"Diliat besok aja."

(Namakamu) berdecak, wajahnya yang tadi ceria langsung cemberut, "Pokoknya harus jadi." Rengeknya.

"Udah sana keluar. Ganggu aja." Ucap Renita. Tangannya bergerak seperti sedang mengusir.

"Besok jadi ya Ma. Muachh!" Ucap (Namakamu) lalu menutup pintu kamar orang tuanya.

Dia kembali berjalan menuju kamarnya. Jalannya sambil loncat-loncat pula, kayak jalan anak kecil. Tau kan?

Drrtt drrtt

Drrtt drrtt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo. Samlekom."

"Kumsalam. Kenapa nelpon?"

(Namakamu) mengernyit menatap ponselnya. Ini Iqbaal lagi ngelawak apa gimana?

"Ngelawak pak?"

"Nggak."

"Oh."

"Ya."

Astagfirullah sabar (Namakamu). Tarik napas, buang. Tarik lagi, buang lagi. Kayak yang mau ngelahirin aja wkwk.

"Eh besok kata bunda jadi kan?"

"Apanya?"

"Beli bahan buat kue."

"Nggak tahu. Gua ngga ada nanya ke bunda."

"Yaudah gih tanya dulu."

"Males."

(Namakamu) berdecak. Kenapa semua orang jadi menyebalkan sih? Dia kan jadi pengen makan orang kalo kayak gini. Untung aja lagi puasa.

"Haha becanda. Kata bunda nanti diliat besok.

"Kok samaan? Emak gue juga ngomong gitu."

"Janjian kali."

"Yaudah kita juga janjian. Besok kita harus siap-siap biar kalo kata nyokap ngga jadi, kita tinggal bilang kalo kita berdua udah siap. Masa mau dibatalin. Pinter kan gue!"

"Bener juga. Okelah."

"Yaudah. Itu aja bye."

"Eh bentar. Lo nelpon gua cuman buat ngomong ginian?"

(Namakamu) lagi-lagi berdecak, "Yang nelpon elo siapa ege. Ada juga lo yang nelpon gue."

"Dih ga jelas lo. Udah ya, gua matiin. Lagi sibuk."

(Namakamu) menatap ponselnya yang sudah tidak tersambung dengan panggilan Iqbaal. Dia menghela napas dan mencoba berpikir positif. Kali aja Iqbaal kepentok tembok cina, makanya makin bego.

Tbc

Akhirnya mama (Namakamu) punya nama🤣

[3] P U A S A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang