Part Bonus

698 75 2
                                    

"Beb ambilin kue rambutan dong," ucap Iqbaal dengan nada manja. (Namakamu) tersenyum lalu mengangguk.

"Iya sayang." Kata (Namakamu).

"Minum juga. Suapin juga dong By,"

"Iya-iya. Kamu nggak mau makan burasa Baal?" Tanya (Namakamu) sambil mengelus rambut jambul Iqbaal.

"Mau kalo disuapin."

"Manja sih," (Namakamu) tersenyum gemas sambil mencubit hidung Iqbaal.

"Sakit!"

"Utututu maap ya." Ledek (Namakamu).

"Woi bengong aja!"

Iqbaal terkejut saat punggungnya digeplak dengan keras. Dia tersenyum prihatin saat melihat pelakunya. Itu (Namakamu). Si perusak kehaluan Iqbaal. Padahal kan asik banget dia ngehaluin (Namakamu) jadi cewek imut gitu.

"Sakit," rengek Iqbaal. Ia mencoba melakukan hal yang ada di halunya tadi. Namun bukannya diperlakukan gemas oleh (Namakamu)--seperti yang ia harapkan, gadis itu malah menarik jambul Iqbaal yang sudah susah payah ia rapikan sebelum ke rumah (Namakamu). Memang ya, realita tidak seindah ekspetasi.

"Alai." Ketus (Namakamu).

Sekarang pukul 10 pagi. (Namakamu) dan Bryan udah selesai solat Ied daritadi.

Dan sekarang rumah (Namakamu) rame banget sumpah. Ada teman-teman kompleksnya dan Bryan, kak Ersya, dan beberapa keluarga terdekat (Namakamu). Dia pikir kue lebarannya mau dihabisin sama dia sendiri karena nggak akan ada yang datang, eh ternyata rumahnya malah rame.

"Assalamualaikum." Ucap Bryan yang baru datang dari luar rumah. Dia abis pergi beli es batu untuk ditaruh di sirup yang bakalan mereka minum.

Mereka semua lagi duduk melantai di ruang tamu, dialasin karpet sih sebenarnya. Kursi-kursi yang ada di ruang tamu udah dipindahkan di halaman dan teras rumah (Namakamu).

"Waalaikumsalam. Beli berapa?" Tanya kak Ersya. Bang Bryan dan kak Ersya udah taken lagi dari sejam yang lalu. Gercep sekali abangnya itu.

"Dua nih."

"Pecahin sana bang, terus bawa ke sini." Suruh (Namakamu). Dia lagi duduk bersila sambil makan kue stik keju hasil kerja kerasnya waktu itu. Di sampingnya ada Iqbaal yang lagi main hp sambil nepuk-nepukin lutut (Namakamu). Emangnya lututnya bantal yang lagi dijemur apa, sampe ditepuk-tepuk gitu.

"Ogah. Lo aja, gua kan udah pergi beli." Tolak bang Bryan.

"Kamu sekalian aja Bryan. Jangan suruh-suruh adeknya." Ucap kak Ersya. (Namakamu) auto mengangguk sambil tersenyum senang. Ada untungnya juga ya duduk di dekat kak Ersya.

"Yaudah iya." Ucap bang Bryan lalu berjalan masuk ke dapur, pokoknya dia paling nggak bisa menentang ucapan Ersya. Hahaha bucin.

"Aldi kamu mah!" Teriak Salsha tiba-tiba. Bang Angga yang ada di dekat Salsha aja sampe terangkat sedikit karena teriakannya yang melengking.

"Ribut anjir." Ketus Caitlin.

"Iri bilang bos!" Teriak Salsha.

"Iqbaal gue nggak sampe anjir. Ambilin dong itu," tanpa mempedulikan teman-temannya yang sibuk bertengkar, (Namakamu) tetap melanjutkan makan kue lebarannya. Soalnya menurut dia, kapan lagi bisa kayak gini, Mama kan nggak ngebolehin dia buat makan-makan ini kue.

"Yang mana?"

"Itu kue rambutan."

"Berapa?"

"Ambil sama toplesnya dulu. Tangan lo kotor itu."

[3] P U A S A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang