21

428 70 1
                                    

"Aaa Mama! Aku capek."

Udah daritadi (Namakamu) sibuk menggerutu karena ngebantuin Mama buat kue stick keju. Karena hari ini dia libur, jadi dia bantuin Mamanya lagi untuk bikin kue lagi. Terus kata Mama, hari ini buat stick keju dulu. Capek banget tau di gulung-gulungnya.

"Ck dikit lagi. Sabar elah." Decak Bryan. Menurutnya (Namakamu) itu riweh banget, padahal kan dia juga ikut bantu dari awal. Tapi dia nggak ada tuh protes-protes.

"Sirik aja."

"Hm hm mulutnya." Tegur Mama.

(Namakamu) cemberut. Dikit-dikit salah. Komen dikit salah, diem juga salah.

"Mama mau goreng yang ini lagi." Ucap Mama.

(Namakamu) membuang napas sambil nyenderin badannya. Ini tulang dia serasa mau remuk aja. Bayangin mulai dari jam 8 mereka udah mulai kerja dan sekarang sudah pukul 2. Jadi, udah 6 jam dia duduk terus, ya walaupun kadang-kadang dia berdiri juga sih.

"Eh mau tau nggak?" Tanya Bryan. Ia kini sudah memegang ponselnya setelah mencuci tangan menggunakan air yang sudah mereka sediakan untuk mencuci tangan. Soalnya adonan stick keju itu gampang mengeras dan itu nggak nyaman banget buat telapak tangan.

"Nggak."

"Dih yaudah. Tentang Iqbaal padahal." Ucap Bryan dengan tenang. Ia masih menatap ponselnya dan sesekali mengetik sesuatu.

"Apa?"

Bryan langsung menoleh sambil tersenyum meledek, "Suka lo sama Iqbaal?"

(Namakamu) melotot, "Nggak ya."

"Halah ngaku aja. Kelihatan banget."

(Namakamu) jadi salah tingkah sendiri, dia langsung berpura-pura mencuci tangan juga agar nggak natap Bryan. Soalnya muka Bryan sekarang tengil banget, pengen dia cakar.

"Kata Iqbaal lo suka aneh. Kayak di mall kemarin, lo tiba-tiba marah nggak jelas setelah ketemu Dianty." Jelas Bryan. Nadanya masih tetap tenang walaupun wajahnya kini lagi godain (Namakamu) biar dia ngaku. Nggak tahu aja Bryan tuh kalo (Namakamu) sekarang lagi deg-deg ser.

"Hilih nggak ya. Sotau itu anak."

Bryan tertawa lalu mendorong dahi (Namakamu), "Bego si lu. Kelihatan banget kalo lo suka sama dia."

(Namakamu) tidak menjawab. Dia hanya menye-menye sambil menekan-nekan remote. Ceritanya lagi mau nyari-nyari siaran. Terus dalam hati dia berpikir, kalo Bryan tau, kenapa Iqbaal nggak tahu? Seenggak peka itukah Iqbaal?

"Mau gua bantu kaga? Jago nih gua."

"Bantu apa?"

"Lo sama Iqbaal. Tapi ngaku dulu, lo suka kan?" Tanya Bryan. (Namakamu) melotot sambil membekap mulut Bryan, keras banget ngomongnya. Kalo Mama denger kan ribet jadinya.

"Pelan-pelan ngomongnya Ucup!"

Bryan menyingkirkan tangan (Namakamu) dengan kasar, untung nggak dia gigit karena puasa.

"Ngaku cepet. Berubah pikiran nih gua."

"Iya-iya gue suka. Jangan kasihtau Mama." Ancam (Namakamu). Bryan sih ngangguk aja.

"Ngapain bisik-bisik?" Tiba-tiba Mama datang sambil tolak pinggang. Kayak cenayang aja deh Mamanya, suka banget datang tiba-tiba.

"Nggak papa." Jawab Bryan dan (Namakamu) serempak.

"Yaudah. Ayo bantu Mama lagi. Yang di dalem udah selesai digoreng."

(Namakamu) mengangguk lalu mulai melakukan gerakan seperti tadi. Mencuil adonan, digulung-gulungkan di tangannya, terus dia taruh ke tempat yang udah di taburi terigu. Semoga aja pinggangnya masih utuh setelah ini.

Tbc

Kira" Bryan mau bntu apa?

Jan lupa vomment!

[3] P U A S A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang