29

433 73 8
                                    

"(Namakamu)."

Mendengar namanya di panggil, (Namakamu) menoleh. Ia saat ini sedang duduk di teras rumah bersama kucing peliharaannya. Iya emang nggak pernah diceritain karena kucingnya nggak gaul.

Ada Iqbaal yang berdiri nggak jauh dari tempat (Namakamu) duduk. Dia cuman make baju kaos warna biru gambar spiderman sama celana hitam. Dan sekarang lagi natapin (Namakamu).

"Kenapa?" Tanya (Namakamu). Soal masalah perkataan Iqbaal kemarin udah nggak dia pikirin. (Namakamu) sih orangnya lebih sering bodoamat. Buktinya setiap dia gagal ngejalanin misi beberapa waktu lalu, besoknya (Namakamu) masih tetap ngelakuin kan? Harusnya kan dia malu haha.

Iqbaal nggak ngejawab. Dia cuman berjalan maju ke arah (Namakamu) dan mau duduk di dekatnya. Saat dia udah duduk di samping (Namakamu), gadis itu langsung ngebuat jarak 2 meter lebih. Dalam hati (Namakamu) ngomong; udahlah nggak cuci tangan, mau duduk deket bidadari lagi.

"Lo marah gua ngomong kayak kemarin?" Tanya Iqbaal. (Namakamu) sebenarnya udah menduga hal ini bakal terjadi. Soalnya dia kan princess jadi kalo ada yang marah ke dia, pasti mereka yang minta maaf. Itu pemikiran dangkal (Namakamu) doang sih.

"Marahlah. Dikit doang tapi, soalnya gue nggak baperan."

"Sorry. Kemarin gua terlalu bingung sama yang terjadi, terlalu kaget sampai nggak tahu harus ngomong kayak gimana lagi." Ucap Iqbaal.

"Iya." Kasihan Iqbaal. Udah ngomong panjang lebar, ngatur kata-kata biar gampang dimengerti sama (Namakamu) yang dongo, dan juga udah siapin mental. Eh cuman dijawab dengan 1 kata 3 huruf. Sabar Baal.

"Jadi," Iqbaal menoleh pada (Namakamu) yang lagi nunduk sambil goyangin jari kakinya. Kucing (Namakamu) masih ada di situ, tepatnya di tengah (Namakamu) dan Iqbaal. Dia jadi pendengar yang baik.

"Bener kata bang Bryan?"

"Soal apa?"

"Lo suka gue," kata Iqbaal. Nadanya udah sedikit ngegas karena (Namakamu) rada-rada ngeselin jadi cewek. Ditanya malah nanya balik kan Iqbaal jadi kesel.

"Menurut lo?"

"Meong meong." Kucing (Namakamu) yang bernama 'Pus' ikut menyahut.

"Kalo bener, kenapa waktu itu lo pengen banget foto bareng cowok di Indomaret."

Ah (Namakamu) jadi inget kejadian itu. Saat masih awal-awal puasa itu loh, yang (Namakamu) ngefotoin orang tapi blitznya menyala. Foto itu masih ada di hpnya tapi nggak dijadiin walpaper lagi karena muka Iqbaal saat itu ngerusak suasana banget.

"Kan gue maniak cogan!" (Namakamu) langsung ngegas.

"Berarti lo suka sama semua yang ganteng?"

"Iyalah. Kayak Chanyeol misalnya," ucap (Namakamu) tanpa dosa sambil tersenyum. Dia mulai menghalukan oppa-oppanya yang akan berkunjung ke rumah. Terus ngomong 'saranghaeyo' ah sial (Namakamu) malah baper sama halunya sendiri.

"Kalo kita pacaran, lo bakalan terus suka sama setiap cogan?" Tanya Iqbaal dengan cepat. Dia gugup banget sumpah, padahal saat mau nembak cewek lain Iqbaal nggak segugup ini deh.

"Lo nembak gue?" Tanya (Namakamu) terus noleh ke Iqbaal.

"Lo ngerasa gue tembak? Kan gue nanya doang."

(Namakamu) mendengus, gagal baper deh dia. "Pertanyaan lo nggak mutu." Ketusnya yang ngebuat Iqbaal tersenyum dari sana.

"Kalo gue nembak mau nggak?"

"Apa?"

"Bego banget sih lo. Maksud gue, kalo gue nembak lo mau terima apa nggak," astagfirullah. Emang ada ya orang yang mau nembak tapi ngatain dulu?

"Tergantung. Kalo nembaknya setelah buka gue nerima, kalo sekarang sih nggak." Jawab (Namakamu) enteng.

"Kenapa gitu?"

"Gini ya Met, gue kan udah susah puasa dari awal sampai hari terakhir gini. Terus tiba-tiba semua puasa gue nggak bakalan di terima cuman karena gue pacaran sama Jamet kayak lo." Jelas (Namakamu).

Iqbaal mengernyit, "Apa bedanya kalo lo nerima setelah buka puasa?"

"Adalah. Kan udah nggak puasa lagi."

Iqbaal ketawa saat denger ucapan (Namakamu). Rasa gugupnya seketika hilang karena ketololan gadis ini. Emang ya kalo sama orang bego kita bawaannya jadi santuy.

"Eh btw, lo mau nembak gue beneran? Bukannya lo suka gue sebagai teman atau sodara doangan?"

Iqbaal ngangguk, "Tadinya sih gitu. Tapi setelah gue pikir, gue nggak mau suka jadi temen lo aja. Kalo jadi saudara, kita nggak ada hubungan darah dan gue nggak mau jadi incest." Kata Iqbaal. Pembicaraan orang bar-bar memang beda, santai banget ngomongin perasaan mereka.

Btw, Iqbaal beneran mikirin hal itu dari semalem. Dia malah nggak bisa tidur saking mikirin semua hal tersebut dipikirannya yang males mikirin sesuatu tapi dia paksa untuk berpikir sehingga pikirannya jadi penuh karena terlalu memikirkan sesuatu. Wkwk.

"Meong!"

"Eh Pus sejak kapan di situ?" Tanya Iqbaal yang baru sadar ada si Pus di sampingnya, mungkin karena terlalu gugup tadi, Iqbaal jadi nggak nyadar kalo Pus udah ada sejak dia dateng. Eh jadi menurut Iqbaal, yang daritadi mengeong tah siapa? (Namakamu)?

"Daritadi bego." Ini yang nyahut (Namakamu) bukan kucingnya. Soalnya Pus bukan kucing super yang bisa ngomong kayak di kartun-kartun gitu.

Iqbaal mengangguk terus berdiri. Dia ngelihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 04:48 sore. Setelah itu noleh ke (Namakamu) yang lagi ngelus-ngelus kepala Pus. Sebenernya dia masih pengen di sini, tapi karena Iqbaal lagi disuruh Bunda, jadi nggak bisa. Ini dia cuman singgah aja karena ngelihat (Namakamu) lagi duduk sendirian.

"Bentar malem gue ke rumah lo ya. Kita takbiran bareng."

"Berdua?"

"Ngajak yang lain kalo mau."

(Namakamu) tersenyum senang dan mengangguk semangat. Dia udah lama nggak ketemu teman kompleksnya dan akhirnya mereka bakalan ketemu lagi. Ah seneng banget!

"Iya mau."

"Dibolehin lo?" Tanya Iqbaal. Lebih ke ngeledek sih, soalnya (Namakamu) kan suka dilarang ngumpul-ngumpul sama Mamanya.

"Ntar gue maksa Mama biar bolehin. Lagian kan bapaknya si Randy polisi, kalo dia dibolehin, berarti secara nggak langsung polisi udah ngebolehin kita ngumpul." Ucap (Namakamu). Dia tersenyum karena otaknya yang pintar. Iqbaal sih iya aja. Terus pamit pergi dari rumah (Namakamu).

Tbc

Satu lagi trus tamat awokwok

Endingnya udah ketebak banget ga sih? Haha

[3] P U A S A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang