"aku bakal jajanin kamu jajan enak kalo kamu bisa buat dia nemuin aku sepulang sekolah." Ujar gadis bermata kucing dengan kuciran rambut tinggi kepada teman satu mejanya. Renata, gadis yang sedang diberikan perintah itu, masih memperhatikan keramaian di sebelah sana yang dipadati oleh teman-teman satu kelasnya.
Ah, bukan tidak hanya teman satu kelasnya, jumlahnya hampir menyentuh teman-teman satu angkatannya justru. Ditambah beberapa wajah asing yang tidak begitu ia kenali. Gadis bermata sipit yang hampir tertelan pipi chubby itu yakin kakak kelas-kakak kelasnya yang tergabung dalam genk popular menyebalkan di sekolahnya juga berada di sana. Menjerit menyebalkan seperti Babon betina.
Setelah ia pikir-pikir, tidak ada yang istimewa dengan laki-laki berpipi tirus itu. Apa hebatnya memang dari seseorang yang sedang duduk bersila sambil menggulung kabelnya? Laki-laki itu jelas hanya sedang mencari perhatian saja. Ayolah sejak kapan vokalis band harus bersusah payah menggulung kabel selepas gladi resiknya? Apa gunanya staff panggung itu dipekerjakan jika pekerjaan remeh itu masih dikerjakan oleh pemain bintang ya?
Renata benar-benar tidak mengerti kenapa gadis-gadis itu bahkan Joana, teman satu bangkunya, dapat begitu menyukai laki-laki tengil tak bermasa depan sepertinya. Bukankah jelas ada yang salah dengan mata bahkan selera mereka? Renata yakin, satu-satunya kelebihan laki-laki itu hanyalah tampang genkster yang dapat membuat siapapun berfikir ulang jika ingin membuat masalah dengannya -yang sialannya juga memang lebih tampan dari kebanyakan teman laki-lakinya-.
"jajan enak apa emang?" tanya gadis itu melepas permen Milkita yang sedari tadi disesapnya sambil memperhatikan laki-laki yang Joana sebutkan dari kejauhan.
"Yashinoya. All you can eat, sekenyangmu." Jawab gadis itu.
"berapa kali?"
"sekali doang lah."
"sekali tok? Ya rugi di aku to." Jawab gadis itu cepat memulai perhitungan. "ini ya itunganku. Satu, aku yang bikinin surat cintamu, dua aku yang nemuin dia, tiga aku bisa aja ditempiling sama dia karena udah gak tahu diri ngasih Mas itu surat cinta..." Renata cukup sadar diri dengan penampilannya. Laki-laki sok tampan di seberang sana pasti akan jijik mendapat pengakuan cinta dari seseorang seperti dia. Ya meskipun bukan dia juga pelakunya, tapikan tetap saja, Renata yang akan bertempur di sana.
"...Belom lagi kalo aku diisin-isinke mase. Belom lagi Mbak-Mbak angkatan atas yang suka sok ngelabrak angkatane dewe. Belom lagi aku harus nanggung isen. Masak bayaranku cuma satu kali makan kenyang di Yashinoya. Tambahin to."
Gadis cantik bermata kucing itu sempat menggeram sambil menatap tajam teman sebangkunya yang sudah mulai kurang ajar mempermainkan harga bisnisnya. Siapa sih yang ngajarin si gendut ini hitung-hitungan? Bisa rugi bandar juga dong princess, kalo dia harus mengenyangkan perut gentong temannya satu minggu penuh.
"oke deal satu minggu. Tapi dia beneran harus jadi pacar aku ya..."
Gadis gemuk itu hanya menunjukkan ibu jari dan telunjuknya sebagai jawaban.
_____
Mas-mas caper yang lagi gulung kabel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperceptible Boundary [COMPLETED]
Fanfiction"Mas Abrian... aku suka kamu." Ujar gadis itu tiba-tiba, tepat di pinggir lapangan sekolah saat tak ada siapapun di sana. Tepat sebelum Brian melanjutkan langkah menuju hall utama untuk pertunjukan bandnya. Gadis itu terlihat sangat biasa, tanpa ro...