Good morning sun shine... (: anjay kelamaan gahol sama Abrian nih pasti bunda jadi alay gini :( well yeah semalem buka chap ini dan baru ngeh ternyata uwuw juga... So that happy reading :D
______
Renata melirik ponselnya. Memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul tiga. Lalu kembali lagi ke komputernya. Mencoba focus pada teks reading di depannya. Matanya terus bergerak ke sana kemari mencoba memahami teks deskripsi tentang Canis Majoris, the brightest star in our galaxy, yang entah kenapa sedikit lebih susah dari biasanya. Entah sudah berapa kali ia membaca baris yang itu-itu saja. Oh ayolah bacaan dari Nat Geo adalah favoritenya, tapi kenapa memahami satu line saja terasa begitu susah.
Ia lalu menyerah, kembali melirik ponselnya. Dengan gemas mengambilnya dan memeriksa ikon hijau sebuah aplikasi berkirim pesan yang biasanya sudah berisik sedari pagi. Tapi sayangnya, sudah tiga hari ini ia tidak menemukan apa-apa dari seseorang yang gemar sekali mengiriminya pesan-pesan sampah.
Biasanya sejak pagi, sejak ia membuka mata, ada-ada saja kelakuan seseorang yang menyapanya. Entah mengiriminya pesan random ataupun tautan postingan lucu dari Twitter. Atau kadang hanya sebuah keluhan. Atau kadang jika sedang narsis-narsisnya orang itu akan dengan penuh percaya diri mengiriminya foto selfie. Yang paling menyebalkan jika laki-laki itu dengan kurang ajarnya mengiriminya pesan suara hanya untuk menggodanya.
Sial Abrian. Tanpa Renata sadari ia sudah senyum-senyum sendiri.
"ciyeeee... asyik banget kak chattingan sama masnya." Suara Kanina tiba-tiba sudah mengintrupsinya. Gadis itu tahu-tahu sudah mengambil tempat di sebelah Renata dengan senyum merekah mengembang di wajahnya.
"beneran udah jadian ya kak lo?" selidiknya iseng menengok ponsel Renata sambil menyesap es lilin di tangannya.
"jadian apa sih?"
"itu... sama Mas-Mas ganteng Ninja hitam. Eh bukan, CBR merah ding yang... eh apa yang motor seharga ginjal itu sih kak? Apa namanya Dukati? Ducati?" Kanina bingung sendiri. "gilak... cowok lo kok banyak banget sih kak. Gonta ganti mulu. Udah kayak ganti display picture aja."
"ngawur." Sahut Renata memukulkan kertas tipis ke arah Kanina. Yang dipukul justru tertawa lalu membenahi posisinya.
"satu orang semua itu tuh."
"gils... tajir bener dong cowok lo, kak. Kata Rayan satu Ducati aja bisa buat DP rumah di daerah BSD. Cari cowok tajir kayak gitu dimana sih kak?"
"he's not my boyfriend."
"LEBIH GOKIL LAGI DONG." Refleks gadis itu meninggikan suaranya. Membuat Renata lagi-lagi melayangkan kertas yang dipegangnya ke arah Kanina.
"buset belom jadi pacar aja udah sebucin gitu. gimana kalo udah beneran jadi. Sumpah gak nyangka gue kak lo se-expert itu."
"ngaco..."
"ih beneran gue mah. Pernah kan waktu itu waktu lo lembur gak tahu waktu gitu, gue lihat dia nungguin lo dari jam lima. Karna beberapa kali gue udah lihat langsung, gue iseng samperin kan masnya itu, beuh... wangi banget kak..."
"apa sih lo, Nin." Gemas Renata mendengar komentar Kanina yang justru kemana-mana.
"hehehe... sorry... sorry. Abis ganteng banget sih kak, mana keliatan rada bad boy kek di novel-novel lucu anak muda gitu..." kekeh Kanina tanpa malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperceptible Boundary [COMPLETED]
Fanfiction"Mas Abrian... aku suka kamu." Ujar gadis itu tiba-tiba, tepat di pinggir lapangan sekolah saat tak ada siapapun di sana. Tepat sebelum Brian melanjutkan langkah menuju hall utama untuk pertunjukan bandnya. Gadis itu terlihat sangat biasa, tanpa ro...