Happy Satnight bareng Renata Abrian everyone...
____
"kak Rere..." panggil Jojo muncul dari balik pintu dengan setengah badan mengintip ke arah Renata yang sedang bersantai membaca novel di tangannya. Gadis itu terlihat asyik sambil menyilangkan kakinya. Di temani semilir angin sore yang berhembus ringan membelai rambutnya yang tergerai.
"hemm...? Ada apa Jo?"
"ada temennya Bang Kevin." Lapor Jojo mendekatinya.
"ya panggilin abang dong. Orangnya lagi molor di kamar kan?"
"tapi kata kakaknya itu dia mau ketemu kak Rere." Renata mengerutkan dahinya. Merasa aneh dengan pernyataan adik kecilnya. Ia tidak pernah merasa kenal dengan teman-teman abangnya. Ia bukan adik yang cukup baik dengan harus mengetahui segala hal tentang kakaknya hingga ke lingkup pergaulannya. Dan Kevin juga bukan tipe kakak yang cukup baik yang memaksa adik-adiknya untuk mengetahui kegiatannya di luar rumah.
"kakak itu loh kak, yang kalo ke sini sukanya manggil kak Rere 'Gisella'." Ujar Jojo lagi menambahkan informasinya.
Gisella? Hanya ada satu orang yang memanggilnya sedemikian rupa. Astaga. Itu bukan Abrian kan? Buru-buru Renata melongok ke bawah dari pembatas rooftop yang melindunginya. Di bawah sana, ia dapat melihat Ducati hitam yang terparkir rapi di garasi.
"kakaknya suruh masuk aja Jo. Bilang kak Rere ada di rooftop." Ujar Renata menyuruh Jojo memanggil Abrian menyusulnya.
Renata buru-buru melempar novelnya dan memakai selimut pantai yang sudah tersampir di kursi malasnya. Dengan tergesa-gesa ia mengikatkan kain lebar itu melingkari pinggangnya, menutupi paha mulusnya yang terpapar begitu saja. Akan sangat berbahaya jika menemui Brian dengan tampilan menantang seperti itu. Ayolah tamunya ini kan Abrian Thomas Hutagama, yang suka mikir mesum kemana-mana.
Tak berselang lama Abrian muncul dari balik anak tangga. Laki-laki itu terlihat casual seperti biasa. Dengan jaket denim yang sudah ia tanggalkan menyisahkan kaos putih dan celana jeans hitamnya.
"ngapain lo?" ujar Brian jahil menatap Renata masih berdiri berkacak pinggang dengan mata sedikit menyipit dan tangan yang terangkat menghalau cahaya keemasan sore yang mengenainya.
"lo yang ngapain? Sok ngide ke sini pula sore-sore. Gabut banget ya lo." Balas Renata tanpa menghilangkan suara galaknya seperti biasa. Brian hanya tersenyum dibuatnya. Laki-laki itu lalu menepuk sebelah tempat duduknya. Mengisyaratkan Renata untuk duduk di sebelahnya.
"gak mau. Bahaya kalo deket-deket sama lo." Selak Renata galak mempertahankan tempatnya. Brian tidak merasa tersinggung sama sekali.
Laki-laki itu justru tersenyum sambil berdiri menghampiri Renata. Sengaja memperlambat langkahnya dan menatap lekat ke arah Renata. Sedikit banyak membuat gadis itu semakin mengeratkan ke dua tangannya di depan dada. Membuat pertahanan terakhirnya saat melihat tatapan Brian yang mengintimidasinya.
"apaan sih Bri...agak sanaan dong. Jangan deket-deket." gumam Renata berusaha menjauhkan diri.
"takut amat Gi. Emang mau gue apain sih?"
"ya lo ngapain deket-deket?" balas Renata sambil melarikan pandangannya. Tidak berani sama sekali menatap Brian di depannya. Astaga... apa yang sedang dilakukan pria tinggi ini, sih? Jantung Renata ingin melompat rasanya jika terus seperti ini.
Brian berhenti di depannya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya. Menarik ujung kaos putih Renata yang sedikit tersingkap memamerkan sedikit belahan perut datarnya.
"besok-besok kalo tahu gue ke sini mending pake mukena aja deh, Gi. Panas dingin gue liatnya."
"ABRIAN..." teriak Renata kesal mendengar bisikan Brian tepat di telinganya. Membuat laki-laki berkulit tan itu terpingkal melihat Renata kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperceptible Boundary [COMPLETED]
Fanfiction"Mas Abrian... aku suka kamu." Ujar gadis itu tiba-tiba, tepat di pinggir lapangan sekolah saat tak ada siapapun di sana. Tepat sebelum Brian melanjutkan langkah menuju hall utama untuk pertunjukan bandnya. Gadis itu terlihat sangat biasa, tanpa ro...