9. Khalid Kaca Negara

2.1K 377 12
                                    

Yay I do double update tonight... Hihi... Please enjoy and do not forget press the star button if u like it :D happy reading...

-

Renata sudah duduk manis di dalam mobil saat Khalid baru saja menempatkan diri di balik kemudinya. Dari pergerakannya barusan, Renata sempat melihat laki-laki itu memasukkan dua bungkusan besar ke jog belakang.

Sepertinya hubungan laki-laki ini dengan orang daerah sini cukup akrab. Beberapa kali ia tampak memelankan laju mobilnya sambil membunyikan klakson menyapa beberapa warga yang ia temui. Hmm... mungkin benar sebelum sekaya sekarang laki-laki ini pernah tinggal di sini.

"oh iya, tadi saat menunggu Mbak Renata..."

"Renata aja please..." Khalid nampak bingung dengan Renata yang tampak salah sambung. Begitupun dengan dirinya sendiri. Renata tidak tahu keberanian darimana yang membuatnya ingin menepis jarak dengan menghilangkan panggilan 'Mbak'.

"gak usah pake 'Mbak', Mas. It's actually kinda strange hearing you call me 'Mbak'. Besides, I guess you are much older than me."

"oh... oke." Jawab Khalid mengiyakan cepat.

"Saya tadi sempat mampir ke counter dan membeli ini." Laki-laki itu mengulurkan gulungan headset putih. Masih terlihat baru dengan penggulung kabelnya yang masih terlihat kaku.

"untuk?"

"mungkin saja kamu bosan di jalan dan ingin mendengarkan lagu?" jawab Khalid sedikit ragu. "saya benar-benar tidak bisa menyetir dengan music yang menyala. Maaf jika sebelumnya saya terdengar arogan. Semoga kamu bisa memakluminya. Saya bukan orang yang cukup menyenangkan memang."

Wow... what a long convo. Renata membatin.

"terima kasih." Jawab Renata sekenanya tetap menerima. "sebenarnya kamu gak perlu sampai beli, Mas. Aku juga punya kok. Tadi aku juga salah. Seharusnya aku tanya kamu dulu keberatan apa enggak."

"it's okay."

Khalid tidak begitu mempermasalahkannya. Ia lalu melonggarkan dasi, menarik sebuah tumblr putih yang tersimpan di handle pintu dengan sebuah logo NGO yang kala itu langsung menarik minat Renata.

"wow... Mas Khalid tahu soal 4Ocean juga?"

"bukannya 4Ocean itu memang terkenal ya? Iklannya muncul terus di timeline saya."

"ya emang terkenal sih. Tapi gak banyak orang yang ngeh." Ujar Renata menurunkan suaranya. "pernah kan waktu itu aku posting salah satu videonya si status Whassap aku, eh temenku malah pada salah focus nanyain mau liburan kemana dong. Kan kesel." Curhat gadis itu melipat bibirnya. Membuat wajah galaknya justru berubah menjadi lucu. Pergerakan Renata itu tak luput dari ekor mata Khalid, membuat laki-laki berhidung mancung itu tersenyum tipis.

"Kok kamu bisa punya tumblr itu sih, Mas? Kalo cuma tahu lewat iklan kayaknya gak mungkin banget deh sampe iseng beli. Harga stuffs yang ada di sana kan lumayan pricey. Eh tapi kalo sekelas kepala divisi macem Mas Khalid sih gak kehitung pricey."

"salah satu teman kuliah saya berteman baik dengan Alexander."

"Alexander? Alexander yang mana Mas?" tanya Renata. Gadis itu tiba-tiba membolakan mata sambil menatap ngeri Khalid di sebelahnya. "ini kita gak lagi ngomongin 'the surfer' Alexander Schule yang punya inisiatif buat buat bikin Ocean Clean Club yang ngebersihin pantai-pantai di sepanjang pesisir Bali, Florida, sampe Haiti bareng-bareng sama Andrew Cooper itu kan?"

Khalid tidak menjawab. Hanya menoleh sekilas memperhatikan wajah tercengang Renata.

"seriusan Mas? Mas Khalid temenan sama pendiri 4Ocean yang legend itu? Like really? Wow... kok keren banget sih Mas."

Khalid menggaruk pelipisnya. Tidak paham di bagian manakah keren yang dimaksud Renata. "saya tidak berteman dengan Alex ataupun Andrew. Saya hanya kebetulan memiliki teman yang sama dengan mereka."

"ya sama aja dong Mas. Temennya Mas Khalid juga temennya mereka. Jadi secara gak langsung kamu udah temenan sama mereka juga. Kok bisa sih Mas? Temennya Mas Khalid tuh orang Bali?"

Khalid menggeleng.

"anak surfer jangan-jangan?"

Khalid masih menggeleng sambil sesekali menatap Renata yang telah memutar tubuhnya menghadap Khalid sepenuhnya. Gesturenya tentu saja berbeda dengan tadi saat mereka dari Jakarta. Gadis itu mulai berbicara banyak dan menghilangkan raut permusuhan yang terlihat kentara. Oh ayolah, dia tidak menjadi seorang kepala divisi HR di usia muda tanpa alasan. Percuma saja dia mengabiskan 10 tahunnya –in total– mendalami karakteristik manusia jika tidak dapat membaca setidaknyaman apa gadis ini tadi.

"dulu saat di Minnesota saya cukup aktif menjadi environmentalist di kegiatan-kegiatan kampus."

"Mas Khalid kuliah di Minnesota?" ulang Renata. "wow. Tapi setahu aku di Minnesota itu gak ada School of Human Psychology yang murni deh. Dulu waktu mau lanjut S2, aku sempet riset UMN juga soalnya. Education Schoolnya kan termasuk bagus setelah Stanford. Tapi ternyata gak di situ rejekinya." Curhat Renata yang kini menekuk sudut bibirnya ke bawah, menunjukkan raut sedihnya.

"terus dulu waktu di UMN kamu ambil major apa Mas?"

"Department of Educational Psychology. Tepat di bawah kampus Education and Human Development."

Woah... keren banget.

"berarti kamu gak parallel dong Mas post graduatenya? Kok bisa jadi HR sih? Setahuku orang-orang HR itu lulusan Psikologi murni bukan ke spesialis pendidikan konseling gitu."

"parallel kok. Setelah lulus dari Ilmu Psikologi UPH, I was listed in Msc. Psychology of Individual Differences of Edinburgh University."

Double WOW. Her jaw is officially dropped now.

Dulu sekali saat pertama kali Kanina mengabsen laki-laki Alphabeta yang sangat mungkin diprospek di kantor mereka, nama Khalid Kaca Negara juga tidak luput dari The Most Eligible Bachelor dalam daftarnya. Berlatar belakang keluarga dengan kondisi ekonomi, etika, dan pendidikan yang mumpuni, gadis itu juga pernah menyebut bahwa Khalid adalah lulusan luar negeri.

Yang tidak pernah Renata sangka adalah laki-laki ini langsung menyabet dua gelar Masternya sekaligus dari universitas-universitas terbaik dunia. Bukan hanya sembarang universitas luar negeri tentunya.

"kenapa?"

"ha?" Renata mengangkat kepala.

"kenapa kamu jadi diam saja?"

Renata menggeleng lemah sambil memaksakan senyumnya. "Mas Khalid, Mbak Feby, Arrayan, kalian semua keren. Aku jadi ngerasa kecil banget Mas."

"kenapa harus ngerasa gitu? Nothing special actually."

"tahu Mbak Feby sama Arrayan lulusan Melbourne University aja udah bikin aku ketrigger. Ini tambah tahu kalo Mas Khalid lulusan langsung dua univ bergengsi dunia. Sumpah aku ngerasa kecil banget Mas. Rasanya kayak gak pantes aja duduk semobil sama masnya." Jelas Renata dengan suara sedihnya.

Yang dicurhati justru tertawa. Lagi-lagi Renata dapat dengan jelas melihat guratan halus di sekitar mata tajamnya di tambah dua taring lucu di antara deretan giginya.

"jadi lulusan terbaik Linguistic Master Program of Indonesia University juga keren kok."

"ya kalo dibandingin sama kamu mah aku kalah jauh banget Mas. Jadi nyesel banget dulu pernah sombong."

Khalid tersenyum, "gak papa. Semua orang pernah sombong pada masanya."

"ih bisa ngelucu juga lo, Mas?"

Eh...

_____

Imperceptible Boundary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang