Daripada kelamaan di draft jadi bunda upload aja... HUAHAHAH... HAPPY READING EVERYONE :')
_____
Setelah malam pertama Brian menjemput Renata dan berhasil mempengaruhi gadis itu untuk makan bersama, malam-malam berikutnya terjadi begitu saja. Sudah tidak ada protesan ataupun keluhan yang keluar dari bibir tipis yang selalu membuatnya harus ekstra mengolah emosinya.
Mereka akan pulang dan makan bersama, entah di luar entah di rumah Tante Manda, meskipun tidak setiap hari. Namun Brian akan menyempatkan sebisanya. Jika tidak bisa, ia akan memaksa Renata mengunggah foto menu makan malamnya. Meskipun setelah itu Renata akan mengomel semalaman. Mengatakan Brian alay-lah, norak-lah, menyebalkan-lah dan berbagai umpatan lain yang justru membuat Brian gemas sendiri menghadapi gadis kecilnya ini.
Jujur saja, Brian tidak pernah melakukan hal cheesy sejenis mengingatkan makan atau istirahat kepada teman kencannya yang sudah-sudah. Pasangannyalah yang biasanya melakukan hal cringey itu.
Tapi entah mengapa ia tidak bisa tidak peduli. Rasanya menyenangkan mengganggu gadis itu setiap hari. Jika bisa, ia akan mendekap gadis itu seharian untuk movie marathon di atas sofa sambil berpelukan. Meskipun ia tahu pasti hal remeh semacam itu tidak akan pernah terjadi. Oh ayolah yang tengah ia hadapi sekarang adalah Renata Gisella Salim yang paling anti dengan hal-hal berbau cuddling ataupun flirting. Karena itu, dua minggu ini terasa begitu menyebalkan ketika ia begitu ingin mendekap gadis itu di pelukannya namun selalu tidak bisa. Lagi-lagi karena ini Renata.
"Bang Iyan iki hawane bungahi tenan kok. Senyum-senyum terus dari tadi." Ujar Daniel sudah mengambil tempat di sebelah Brian dengan memindahkan kaki panjang laki-laki itu ke samping. Jam sudah menunjukkan pukul enam kurang. biasanya mereka akan mengambil jeda sesaat hingga nanti jam delapan.
"enggak cuma dari tadi yo. Udah dari kemarin-kemarin malah." Sahut Satria dari tempatnya. Laki-laki itu duduk bersila sambil mengupas supit sekali pakainya, malam ini menu makan malam mereka adalah satu set chicken bento lengkap dengan potongan tipis sawi putih yang membuat Daniel cemberut sesekali.
"lo gak makan lagi Bang?" tanya Ajun lebih normal. Laki-laki itu lalu bergabung bersama Satria, duduk menyila sambil menyesap minuman kalengnya.
"gue makan di luar lagi ya..." Jawab Brian meraih jaket kulit dan kunci motornya.
"ati-ati lo Bang sama pawangnya." Celetuk Ajun iseng yang hanya dihadiahi lambaian tanpa benar-benar Abrian perhatikan.
"Bang Kevin juga pergi yo?" Daniel kembali mengabsen. "kalo Bang Iyan yang pergi tuh aku masih paham. Kalo Bang Kevin ngilang tuh kenapa to? Udah beberapa hari ini dia juga suka ilang-ilangan kayak Bang Iyan."
"lagi ngedate juga kali." Sahut Satria mulai memakan bentonya.
"HEH... BANG IYAN SAMA BANG KEVIN ITU GAK LAGI PACARAN DIEM-DIEM DI BELAKANG KITA KAN?"
"yaudah sih kalo mereka mau pacaran?"
"HEH MOSOK? YO KAN KASIHAN MBAK-MBAK CANTIK KEMARIN YANG BAWA MARKOBAR KE SINI. MASAK BANG KEVIN SUKANYA SAMA BANG IYAN."
"Ya maksudnya mereka pacaran sama ceweknya masing-masing. Bukannya mereka yang pacaran berdua.."
"yo salahe dewe Bang Sat kalo ngomong gak jelas." Daniel ganti menyalahkan kakaknya. "heh... Jun... arep neng ngendi to? Kok malah lungo..."
"bentar cewek gue nelfon." Balas Ajun santai mengambil tempat menghindari si duo bujang.
"loh kan do pergi mentingin pacare dewe-dewe kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperceptible Boundary [COMPLETED]
Fanfiction"Mas Abrian... aku suka kamu." Ujar gadis itu tiba-tiba, tepat di pinggir lapangan sekolah saat tak ada siapapun di sana. Tepat sebelum Brian melanjutkan langkah menuju hall utama untuk pertunjukan bandnya. Gadis itu terlihat sangat biasa, tanpa ro...