Puasalah Kamu Akan Sehat, Ternyata Hadits Palsu?
Thu 16 June 2016 | Hadits > Status Hadits
Pertanyaan :
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Tadi malam saya mendengar ceramah yang menyebutkan bahwa katanya hadits : puasalah maka kamu akan sehat, ternyata hadits palsu. Apa benar bahwa hadits itu ternyata palsu, ustadz?Mohon pencerahan.
Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hadits yang Anda tanyakan di atas memang cukup ngetop dan masyhur di tengah kalangan umat Islam. Biasanya digunakan para penceramah untuk memotivasi orang, dengan cara mengaitkan hikmah puasa dengan kesehatan.
Ceramah tarawih, kultum shubuh, pengajian dan berbagai forum majelis taklim selama sebulan penuh biasanya selalu dihiasi dengan hadits yang nash sebagai berikut :
صُومُوا تَصِحُّوا
Berpuasalah, kalian akan sehat.
Biasanya yang terpikir di benak para penceramah adalah ingin memberikan semangat, arahan dan motivasi kepada jamaah tentang betapa pentingnya puasa, dan betapa puasa itu punya banyak manfaat dari sisi kesehatan.
Pemberian motivasi ini memang penting, akan tetapi ketika mengutip hadits yang mana kita menisbahkan suatu perkataan kepada Rasulullah SAW, maka kita butuh rujukan yang kuat dan valid. Tidak boleh asal kutip begitu saja, agar jangan sampai kita malah kena dosa berdusta tentang Rasulullah SAW.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Ath Thibbun Nabawi sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidz Al-Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), oleh Ath Thabrani di Al Ausath (2/225), oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (3/227).
Dari sisi kekuatan periwayatannya, ternyata memang ada beberapa ahli hadits yang menilai hadits ini lemah, bahkan ada yang menilainya sebagai hadits palsu.
1. Lemah (Dhaif)
Hadits ini dinilai dhaif (lemah) oleh Al Hafidz Al Iraqi, sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab Takhrijul Ihya (3/108). Nashiruddin Al-Albani juga menyebutkan bahwa hadits ini lemah, sebagaimana tertera dalam kita Silsilah Adh Dha’ifah (253).
2. Palsu
Bahkan Ash-Shaghani agak berlebihan dalam menilainya. Beliau mengatakan hadits ini sudah masuk kategori maudhu' alias palsu, sebagaimana keterangan di dalam Maudhu’at Ash Shaghani.
3. Benarkah Esensinya?
Lepas dari apakah hadits itu lemah atau palsu, namun bagaimana kebenaran esensi hadits ini?
Jawabnya adalah bahwa orang yang berpuasa itu akan mendapatkan hikmah berupa badannya sehat, tentu tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebab secara ilmu kesehatan, ketika seseorang meninggalkan gaya makan dan minum yang berlebihan, tentu semua akan berdampak positif bagi kesehatan.
Sebab umumnya penyakit datang dari makanan yang masuk ke dalam mulut. Seperti ungkapan banyak orang : “mulutmu harimaumu”. Tetapi kali ini bukan karena salah ucap, melainkan salah dalam gaya makan.
Maka kalau orang berpuasa bisa bermanfaat buat kesehatan, memang ada benarnya, khususnya untuk kasus-kasus tertentu.
Tetapi ketika kita menyimpulkan bahwa puasa adalah terapi untuk semua jenis penyakit, dimana cukup dengan berpuasa, maka kita akan sehat wal afiyat, tentu perlu didiskusikan dan ditelaah lebih dalam.
Ada beberapa argumen yang melemahkan teori ini, antara lain :
Pertama, kita menemukan dalil Al-Quran yang menegaskan bahwa orang yang sedang menderita sakit justru dibolehkan tidak berpuasa. Kalau berpuasa itu pasti membuat badan menjadi sehat, seharusnya tidak perlu ada keringanan bagi umat Islam untuk tidak berpuasa ketika sakit. Sebab harusnya justru dengan berpuasa itu penyakitnya akan hilang dan kesembuhan akan datang.
Tetapi kenyataannya, justru orang yang sedang sakit malah dibolehkan tidak berpuasa.
Kedua, dalam kenyataannya, begitu banyak orang yang sehat, kemudian ketika memasuki bulan Ramadhan, atau seusai bulan Ramadhan, malah jatuh sakit dan bukannya malah sembuh. Fakta-fakta seperti ini tentu sudah bisa dijadikan hujjah, bahwa esensi hadits itu kurang sesuai dengan dalil-dalil qath’i yang lain.
Jadi kesimpulannya, boleh saja kita memotivasi orang untuk berpuasa dengan alasan bahwa diantara hikmah puasa bisa membuat badan kita sehat. Tetapi harus dengan catatan, bahwa kita jangan menggunakan hadits di atas, kecuali dengan menjelaskan bahwa hadits itu sendiri lemah derajatnya, bahkan ada yang bilang hadits itu palsu.
Selain itu, yang namanya hikmah itu bisa saja terjadi pada diri seseorang secara khusus, namun tidak ada jaminan hikmah itu berlaku pada setiap orang.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA
🌼🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
مختصر لمادة؛ علوم الحديث | Ringkasan Pembahasan Ilmu Hadist ✓
Espiritualبِسْــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم الحمدلله وكفى، وسلام على عباده الذين اصطفى. وبعد... Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw. Untuk memudahkan mempelajari Sebuah Hadist, maka ditunt...