Satu

1.3K 66 9
                                    

Pagi yang cerah, matahari telah menampakkan sinarnya, suara burung yang berkicauan dan ayam jantan yang berkokok, serta matahari yang mulai menampakkan sinarnya.

Seorang gadis berambut sepinggang itu, mulai menggeliat kecil di atas kasurnya dan mulai membuka kedua matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Mematikan alarm dan mulai beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Setelah mandi, ia berganti pakaian dan segera bergegas berangkat ke kampus, karena hari ini ia ada kelas pagi.

Gadis tersebut adalah Amaliya Zahra atau yang kerap disapa Liya. Gadis tersebut sekarang ini sudah berusia 19 tahun.

Amaliya keluar dari kamarnya menuju ke meja makan. Di meja makan sudah ada Bella, mamanya.

"Mama masak apa? Apa ada yang bisa Liya bantu ma?" ujar Amaliya seraya tersenyum manis menatap Bella, mamanya.

"Tidak perlu, sana kamu berangkat, dan satu lagi jangan panggil saya mama, saya bukan mamamu!" ujar Bella dengan cuek.

Senyum manis yang tercetak jelas di bibir Amaliya perlahan mulai memudar. Menghembuskan napas kasar, kemudian ia meraih tangan mamanya untuk ia cium namun sang mama terlebih dahulu menariknya dengan kasar. Mendapat respon seperti itu dari mamanya, itu sudah menjadi sarapan paginya setiap hari.

***
Sesampainya Amaliya di Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI di daerah Bandung, Amaliya mulai melangkahkan kakinya ke dalam Universitas tersebut untuk menuju kelasnya, yaitu kelas jurusan dokter. Tetapi ketika ia sampai ditengah jalan menuju kelasnya, ada yang memanggil namanya dan ternyata yang memanggil namanya adalah Syifa Maharani, sahabatnya.

"Li, lo dipanggil bu Rani, suruh keruangannya katanya," ujar Syifa.

"Oh ya, terima kasih atas informasinya, kalau begitu gue kesana dulu ya, bye Syifa." Amaliya mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan bu Rani, sementara Syifa sudah berjalan menuju kelasnya.

***
Sesampainya Amaliya di depan ruangan bu Rani, gadis tersebut mulai mengetok pintu itu sebanyak 3 kali.

Tok tok tok

Setelah Amaliya mengetok pintu, terdengar sahutan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk kedalam. Sedetik setelahnya, Amaliya mulai memutar knop pintu dan masuk kedalam seraya mengucapkan salam.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, silahkan duduk Amaliya, ibu sudah menunggu." Lalu, Amaliya mengangguk patuh dan langsung duduk di depan bu Rani.

"Ada apa ya bu Rani memanggil saya kesini?" ujar Amaliya.

Bu Rani tampak menghela napas kasar, kemudian beliau memulai berbicara,

"Begini Amaliya, kamu sudah telat membayar uang semester an selama 1 bulan. Kapan kamu akan membayarnya Amaliya? Kalau kamu tidak segera membayarnya, terpaksa kamu akan di DO dari kampus ini," ujar bu Rani panjang kali lebar.

Amaliya yang mendengarnya pun hanya diam seraya menerima amplop putih yang diberi oleh bu Rani.

"Saya akan mengusahakannya bu, tapi tolong saya jangan di DO bu." Amaliya berbicara seraya menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Baiklah, saya pegang ucapan kamu," ujar bu Rani.

"Yasudah bu, kalau begitu saya pamit keluar, Assalamualaikum," ujar Amaliya.

"Iya silahkan, Waalaikumsalam," ujar bu Rani.

Kemudian, Amaliya keluar dari ruangan bu Rani dan tak lupa menutup pintunya kembali. Ia memutuskan untuk ke kelasnya dulu dan menyimpan amplop putih tadi ke dalam tasnya.

My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang