Epilog

950 19 0
                                    

Tiga tahun kemudian...

Hari ini, tepat jam 10:00 pagi. Ketiga remaja itu telah di wisuda. Raut bahagia begitu terpancar jelas di wajah ketiganya.

Fahri, Bella, Rafly, Risa, Vino, Diva pun turut hadir untuk melihat anak-anak mereka di wisuda.

"Selamat ya sayang." Bella mencium kedua pipi Amaliya dengan sayang.

"Thanks you mama," balas Amaliya.

"Satya, selamat ya, mama bangga sama kamu." Risa memeluk Satya dengan erat dan dibalas tak kalah eratnya oleh Satya.

"Terima kasih mama," balas Satya seraya mengurai pelukannya.

"Selamat ya sayang." Diva mencium kening anaknya.

"Makasi mamaku," balas Syifa.

Papa-papa mereka hanya menatap mereka semua dalam diam.

"Sudah selesai peluk-pelukannya?" tanya Vino.

"Sudah, memangnya kenapa?" ketus Diva.

"Ya nggak papa si." Diva hanya memutar bola matanya jengah.

***
"Jadi, kalian bertiga sudah resmi jadi dokter kan?" tanya Risa.

"Sudah ma," ucap Satya mewakili.

Saat ini semuanya sedang berada di rumah Syifa ya.

"Jadi dokter apa kalau boleh tau," ucap Bella.

"Dokter anak," ucap Amaliya.

"Dokter bedah," ucap Satya.

"Dokter kandungan," ucap Syifa.

"Woww," takjub Bella.

"Kalian apa bekerja di rumah sakit yang sama?" tanya Rafly.

"Iya pa/om," balas mereka serempak.

"Kalian kan udah dapat pekerjaan nih. Apa sudah siap juga untuk mencari jodoh?" Fahri menaik turunkan alisnya menggoda.

"Papa apaansih," ucap Amaliya.

"Iya nih, kita mau fokus ke karir dulu," timpal Syifa.

"Om ini, bisa aja," ucap Satya.

"Kan Syifa belum punya calonnya. Nah kalian berdua kapan kalian mau melangkah lebih dari ini?" goda Risa.

"Ya, Satya sih tergantung Kitanya aja," jawab Satya enteng. Sementara Amaliya menatapnya dengan tajam.

"Kalau Liya sih, terserah Satya aja," ujar Amaliya.

"Ck, lo berdua dari tadi teserah-terserah mulu, kalau emang udah saling cinta dan saling sayang, yaudah langsung menikah aja," kesal Syifa.

"Eh, kok lo yang ribet sih?" geram Satya.

"Biarin, suka-suka gue, gue nggak mau lihat sahabat gue digantungin mulu sama lo," sewot Syifa.

"Digantungin gimana? dia kan udah jadi pacar gue," balas Satya.

"Dasar nggak peka," geram Syifa.

"Udah-udah kalian ini malah berantem," lerai Amaliya yang sudah jengah dengan pertengkaran ini.

***
Hari ini, Amaliya, Satya, dan Syifa sudah mulai bekerja di rumah sakit. Mereka bertiga mulai menjalankan tugasnya masing-masing.

Saat ini sedang jam istirahat dan Satya mengajak Amaliya untuk bertemu. Katanya, ada hal penting yang ingin Satya sampaikan.

"Maaf, kamu nunggu lama ya?" tanya Amaliya yang melihat Satya sudah menunggu di depan ruangannya.

"Enggak kok, yuk," ajak Satya yang langsung diangguki kepala oleh Amaliya.

***
"Apa yang ingin kamu sampaikan kepadaku?" tanya Amaliya ketika mereka berdua sudah duduk di dekat jendela yang ada di kedai ice cream tersebut.

"Nanti malam, aku akan berkunjung ke rumahmu, dan kamu harus tampil secantik mungkin, oke," ucap Satya.

"Ha? emang nanti malam ada apa?" tanya Amaliya bingung.

"Udah nggak usah bingung gitu, pokoknya kamu tampil yang cantik aja," balas Satya.

"Emang orang tua aku udah tau?" tanya Amaliya lagi. Satya hanya mengangguk sebagai jawaban.

***
Kini, dirumah Amaliya, sudah ada Fahri, Bella, Rafly, Risa, Satya, dan Amaliya. Semuanya duduk di ruang tamu dengan keadaan hening yang menyelimuti.

"Om, tante, kedatangan saya bersama kedua orang tua saya disini adalah, saya ingin melamar anak om dan tante sebagai pendamping hidup saya," ucap Satya dengan tegas.

Amaliya sukses membulatkan matanya lebar-lebar. Ada apa ini? kenapa dia baru tau sekaran? kenapa tidak ada yang memberitahunya?

"Baik, saya dan istri saya tergantung dengan Amaliya, karena keputusannya ada ditangan Amaliya. Kami hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk Amaliya," ucap Fahri.

"Bagaimana nak? apakah kamu menerima lamaran dari nak Satya?" sambung Fahri menatap Amaliya.

Amaliya memilin ujung dress yang ia kenakan. Dirinya harus menjawab ini semua malam ini juga. Gadis itu menegakkan badannya dan menghembuskan napasnya sejenak.

"Amaliya terima lamaran dari Satya," ucap Amaliya sedikit gugup. Semua yang ada disana menghembuskan napas lega. Satya mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi cincin berwarna silver dari kantung jasnya.

Satya memasangkan cincin itu di jari manis Amaliya yang ternyata pas. Semua yang ada disana tersenyum bahagia.

***
22 Desember || Hari Ibu

Hari ini adalah tepat tanggal 22 Desember yang artinya sekarang adalah Hari Ibu. Semua anak-anak akan mengucapkan 'Selamat Hari Ibu' untuk mamanya masing-masing.

Begitupun Amaliya, gadis itu mulai melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga dimana mamanya berada.

Tangan gadis itu membawa sebuah figura foto yang diatasnya ada tulisan 'Happy Mother's Day, Mama'.

"Happy Mother's Day, Mama," ucap Amaliya ketika sudah duduk disebelah Bella.

"Terima kasih sayang, wah ini bagus banget," ucap Bella menatap figura foto yang diberikan Amaliya.

"Mama suka?" tanya Amaliya.

"Suka banget sayang," ucap Bella.

"Ma, Selamat Hari Ibu, semoga mama sehat selalu, tambah sayang sama Liya, pokoknya yang terbaik Amaliya do'akan untuk mama," ucap Amaliya.

"Iya pasti sayang, terima kasih atas ucapannya, mama sangat senang. Kamu adalah putri satu-satunya yang mama punya, jadi tetaplah menjadi putri kecil mama yang lucu," balas Bella.

Keduanya pun berpelukan seakan melupakan kehadiran Fahri disitu.

"Ekhem, papanya nggak dipeluk?" sindir Fahri. Fahri melangkahkan kakinya menuju tempat anak dan istrinya berada.

"Sini, Liya papa peluk." Amaliya pun memeluk Fahri dengan sayang.

"Inilah yang aku impikan selama ini, mendapat kasih sayang dari kedua orang tuaku. Dan aku akan selalu menyayangi mereka berdua," batin Amaliya.

***
Jangan lupa vote and coment

See you

My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang