Hatiku sedang dikuasai oleh rasa sakit hati, makanya diriku sempat ingin melakukan hal konyol seperti tadi🌻🍁
***
"Apa yang kamu lakukan Li?" tanya Satya, tersirat rasa khawatir dalam nada bicaranya."A-aku ingin mengakhiri hidupku saja, ti-tidak ada yang menginginkan kehadiranku di dunia ini, ja-jadi untuk apa aku hidup," lirih Amaliya dengan bibir bergetar.
Penjelasan Amaliya tentu membuat Satya mengusap kasar wajahnya frustasi, bagaimana bisa Amaliya ingin melakukan hal konyol seperti tadi.
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, hm? Apa kamu tidak memikirkan perasaan ku nantinya?" tanya Satya lagi. Satya harus berhati-hati dalam bertanya kepada Amaliya disaat kondisi emosional Amaliya sedang tidak stabil seperti ini.
Satya menebak, pasti telah terjadi sesuatu kepada gadis-nya hingga menyebabkannya seperti ini.
Satya pun akhirnya memapah Amaliya untuk singgah sebentar di salah satu cafe yang dekat di daerah ini.
***
Tenang. Satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaan cafe yang sedang disinggahi oleh Satya dan Amaliya saat ini. Mereka berdua duduk di dekat jendela sehingga bisa melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang.Tak lama, ada seorang waiters datang menghampiri mereka untuk menanyakan pesanan mereka.
"Hai kak, mau pesan apa? Adakah yang bisa saya bantu?" tanya waiters itu.
"Saya pesan coffe panasnya 2 ya," balas Satya.
"Baiklah, silahkan ditunggu," kata waiters itu sebelum berlalu pergi.
Pandangan Satya pun menghadap sepenuhnya pada raga sang kekasih. Terlihat disana, Amaliya sedang menundukkan wajahnya, menyembunyikan kristal-kristal bening itu yang mulai turun dengan apik membahasi pipinya.
Satya mulai menarik dagu Amaliya agar kedua netra Amaliya menatap dirinya.
"Ada apa, hm?" desak Satya ketika Amaliya tak kunjung menjawab sedari di jembatan hingga sampai ke cafe ini pun Amaliya tetap diam tak berkutik.
Setelah sepersekian detik, akhirnya Amaliya membuka suaranya,
"Ak-aku ta---"
Ucapan Amaliya terpotong karena seorang waiters yang tadi, menghampiri meja mereka seraya membawa nampan berisikan pesanan Satya tadi.
"Ini kak pesanannya," ucap waiters tadi seraya meletakkan dua cangkir coffe panas di meja Satya dan Amaliya.
"Terima kasih," ucap Satya.
"Sama-sama," balas waiters tersebut, kemudian berlalu pergi.
"Yasudah, lanjutkan ucapanmu tadi," perintah Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [COMPLETED]
Novela JuvenilJika disuruh memilih Amaliya Zahra lebih baik tidak sama sekali terlahir kedunia ini. Terlahir sebagai anak haram yang tak pernah diharapkan oleh pihak manapun membuatnya haus akan yang namanya kasih sayang. Anak dari hasil pemerkosaan yang dialami...