"Aku mau nanya, emang bener ya papa ku nggak menginginkan kehadiran ku di dunia ini?" tanya Amaliya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Satya dan Syifa yang mendapat pertanyaan seperti itu pun bingung harus menjawab apa, karena mereka juga tidak tahu. Sepertinya masalah semakin rumit saja.
"Siapa yang bilang gitu sama lo Li?" tanya Syifa dengan nada yang tersirat sedikit emosi.
"Nyokap gue, nyokap gue yang bilang kalo papa gue nggak menginginkan kehadiran gue Syif," ucap Amaliya dengan bibir yang sudah bergetar menahan isak tangis yang akan keluar kapan saja.
Syifa yang mendengarnya sontak membulatkan mata tak percaya begitu pun dengan Satya, mereka berdua tak habis pikir, bagaimana bisa tante Bella setega itu. Mereka tahu, kalo tante Bella memang tidak menyukai Amaliya, namun kenapa perlakuannya seperti ini.
"Li, dengerin aku, emang kamu tahu siapa papa kandung kamu? Enggak kan, nah bagaimana bisa kamu menyimpulkan seperti itu," ucap Satya berusaha menenangkan Amaliya.
"Ta-tapi Sat---"
Ucapan Amaliya terhenti ketika jari telunjuk Satya mendarat manis di depan bibir mungilnya.
"Li, gue ada ide, gimana kalo kita cari tau sama sama tentang keberadaan bokap lo, biar lo juga bisa ketemu dan bertatap muka sama bokap lo, gimana?" ajak Syifa.
"Emang lo mau bantuin gue Syif?" tanya balik Amaliya.
"Yaiyalah gue mau bantuin lo, kan gue sahabat lo, suka duka kita rasain sama-sama," ucap Syifa sembari memeluk Amaliya dengan sayang.
Amaliya yang dipeluk Syifa pun langsung membalas pelukannya dengan erat seraya menggumamkan kata terima kasih kepada Syifa. Satya yang melihat Amaliya pun juga ikut merasa bahagia, setidaknya gadis kecilnya itu bisa tersenyum lepas lagi.
"Ekhem" dehem Satya karena merasa sedari tadi dicuekin.
Kedua perempuan yang saling berpelukan tadi pun melepas pelukan satu sama lain ketika mendengar suara deheman tersebut, dan seketika tawa mereka pecah ketika melihat Satya seperti orang merajuk saja.
***
Sekarang ini, Amaliya sudah ada di tempat kerjanya, yaitu di toko buku. Dirinya juga ditemani Thalita yang juga bekerja di toko ini."Li, bagaimana kondisimu? Apakah sudah lebih baik?" tanya Thalita yang sudah selesai melayani pembeli.
"Sudah kok Tha, badanku juga sudah enakan, makanya aku sudah berangkat bekerja," balas Amaliya.
"Eh iya, kamu mau beli makanan tidak?" tanya Thalita lagi.
"Ehm, boleh juga, emang kamu mau beli makanan?" tanya balik Amaliya.
"Iya nih Li, kalau kamu mau, kamu bisa nitip ke aku," ucap Thalita.
"Oke deh, ini uangnya," ucap Amaliya seraya mengeluarkan uang dari kantung celana levisnya.
Thalita pun menerima uang tersebut dan bertanya makanan apa yang diinginkan oleh Amaliya.
"Kamu mau makanan apa Li?" tanya Thalita.
"Ehm, nasi goreng aja," balas Amaliya.
Thalita hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dan mulai melangkahkan kakinya ke tempat makanan yang ada di seberang sana, sementara Amaliya kini sedang mengecek ponselnya.
Saat bermain ponsel, tiba-tiba saja ada nada dering masuk ke ponsel Amaliya dan buru-buru dirinya mengangkatnya.
"Hallo Syif, kenapa nelfon?" tanya Amaliya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [COMPLETED]
Teen FictionJika disuruh memilih Amaliya Zahra lebih baik tidak sama sekali terlahir kedunia ini. Terlahir sebagai anak haram yang tak pernah diharapkan oleh pihak manapun membuatnya haus akan yang namanya kasih sayang. Anak dari hasil pemerkosaan yang dialami...