Aku terlonjak bangun saat seorang dokter sedang memeriksaku.
"dokter, saya ini sakit apa? " tanyaku penasaran.
"bu.... ibu lima hari yang lalu kecelakaan" ucap dokter tersebut dengan lembut.
Aku mengerjap, aku berusaha mengingat semua yang ku lakukan sebelum aku berada di rumah sakit ini, tapi nihil..... tak ada yang ku ingat, malah kepala ini semakin sakit saja.
"jangan terlalu banyak pikiran bu, rileks saja ya, nanti sore ibu sudah boleh pulang"
Aku hanya mengangguk lemak "baik dok, terimakasi"
Sambil merapikan semua alat medisnya , dokter itupun meninggalkan ruangan ini.
Aku termenung, aku heran mengapa aku tak bisa mengingat apapun tentang bagaimana aku bisa kecelakaan dan apa yang sedang kulakukan saat itu.
Tiba-tiba aku meringis,
"ntar sore pulang, terus aku pulang dengan siapa?" cemberutku, ya siapa lagi yang akan membantuku mengurus semua ini, aku hanyalah gadis yatim piatu yang hanya ngontrak di kota ini demi mencari sesuap nasi.
Lama aku melamun, tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka.
"bos" aku langsung merapikan diriku, ku tata sedikit rambut ku yang teramat kusut ini lalu menunduk.
"nanti sore kita pulang" dia membuka suara.
"apa bos tidak keberatan karena saya sudah merepotkan bos?"aku cemas, aku takut dia akan marah.
"memang kamu merepotkan aku kenapa?"
"aku pasti ceroboh saat pergi menghantarkan pesanan online pelanggan, makanya aku kecelakaan, aku pasti ditabrak, aku pasti ceroboh menyebrang sembarangan, maafkan aku bos aku janji lain kali akan lebih hati-hati lagi" aku menangkupkan kedua tanganku sambil terus menunduk, sekedar menatap kemejanya pun rasanya aku malu sekali.
Tak ada jawaban, yang ku dengar adalah suara cekikikan yang ditahan. Aku mendongak, benar saja bos ku ini sedang menertawakanku, aku semakin malu.
"bos.... maafkan aku..........." nada suaraku sedikit merengek, seperti anak kecil yang sedang minta permen.
"sudahlah lupakan" jawabnya masih cekikikan sambil mengelus puncak kepalaku.
"istriku.." dia nampak tegang... lalu tersenyum kembali
"maaf... maksudku vin kamu nanti pulang kerumahku" jelasnya.
Aku terkejut, kenapa aku pulang ke rumahnya bos, waduh ada yang tidak beres nih. Aku terus memikirkan itu semua, lalu kepalaku tiba-tiba sakit sekali.
"aduh..." ringisku sambil memgang kepalaku yang sakit.
"vin, kamu tidak apa-apa? apanya yang sakit?" cerewetnya.
"bos, kenapa harus pulang ke rumah bos? " tanyaku dengan tangan yang masih memegang kepalaku.
Dia nampak bingung, tapi akhirnya menjawab,
"ya tidak apa-apa sih, tapi kamu tenang saja, aku sudah siapkan kamar untukmu, ada pembantu yang akan melengkapi semua kebutuhanmu" jelasnya.
"bagaimana dengan kontrakanku?" aku kembali bertanya.
"tenang saja, aku yang akan mengurus semuanya, aku akan memindahkan semua barang -barangmu ke rumahku, sekarang bersiaplah, sejam lagi Pak Harjo akan segera menjemput kita" jelasnya panjang lebar.
"Pak Harjo siapa?" tanyaku lagi.
"sopirku" ucapnya hati-hati.
"baiklah, sekarang bos keluar dulu nanti kalau aku sudah siap aku panggil" aku tersenyum ke arahnya
Diapun membalas senyumanku dan mengangguk, lalu berjalan keluar.
--------------------------------------------------------------
Reyhan keluar dari kamar Vinia, dia beberapa kali ditatap aneh oleh orang maupun para suster yang lewat , bagaimana tidak? pada saat dia menutup kembali pintu kamar istrinya , dia langsung meninju tembok yang ada di depannya dengan sekuat tenanga. Dia putus asa, semua yang telah ia lewati bersama istrinya dengan begitu mudahnya sirna. Sejak dia mengatakan akan mengurus kepindahan Vinia ke rumahnya , dia sebenarnya menahan tangis, ya begitulah,,,,,,,,padahal barangnyapun sudah sejak dua minggu yang lalu sudah ada di rumah Reyhan, bahkan bajunya pun satu lemari dengan baju Reyhan. Reyhan juga merasa pusing sekali saat ini, Pak Harjo yang dengan sigap mengantarkan Vinia kemanapun ia pergi pun ia tak ingat.
"kasian kamu Pak, tak diingat oleh nyonyamu yang cerewet itu" Reyhan ketawa geli.
"dan kasian kamu Rey, tak diingat oleh cintamu"
Lalu Reyhan mengambil telepon, mengetik nama Bi Ijah, dan menekan call.
"Hallo bi, sudah di sembunyikan apa saja yang menyangkut aku dan Vinia?" tanyanya dengan lemas.
"su.. sudah tuan, tuan yang sabar ya" suara tangis Bi Ijah tak dapat dibendung.
"Sudahlah bi, aku sudah ikhlas, suatu saat istriku pasti mengingatku, kita berusaha berbohong saja sementara waktu ini, demi kesehatannya" ucap Reyhan.
"baik tuan" ucap Bi Ijah.
Reyhan menutup telepon dan kembali merenung.
Tiba-tiba.........
"BOSSSS,,, AKU SUDAH SIIAAPPPP"
Reyhan kaget.... Tapi dia tersenyum.
"Setidaknya nada teriakannya tak berubah" ucapnya lalu masuk ke dalam kamar istrinya.
--------------------------------------------------------------------
"hati-hati pak" ucap bos ke sopirnya yang sedang merapikan kakiku yang sedikit keluar dari mobil. Kakiku masih sedikit sakit sehingga aku tak mampu menggerakkannya dengan mudah.
Saat semua barangku sudah dimasukkan, mobil inipun melaju.
Tapi ada yang aneh, sopir bosku ini beberapa kali kepergok olehku sedang menatapku dari spion depan. Hmmm... kebanyakan sopir yang sering melakukan hal yang sama denganku mukanya pasti terlihat mesum, tapi ini tidak sama sekali, dia menatapku dengan tatapan sedih.
Aku semakin bingung saja dengan semua ini................
20 menit kemudian , kami sampai di rumah bosku.
"selamat datang kembali nyonya" Ucap salah seorang yang sedang berdiri menyambut kami di teras rumah megah ini, dari seragam yang ia pakai pasti dia adalah satpam di rumah ini. Tetapi setelah mengucapkan kalimat tersebut, dia segera mendapatkan pukulan kecil dari wanita paruh baya di sampingnya.
"mmm..mmmm se..selamat datang non" ucapnya kembali.
Aku hanya tersenyum lalu wanita di sebelahnya itu menarik tanganku bersalaman.
"saya Bi Ijah, saya pembantunya Tuan Reyhan, tapi sekarang saya ditugaskan melayani non" senyumnya.
tanganku kembali ditarik oleh satpam tadi
"dan saya Pak Jon non, saya satpam rumah ini" senyumnya juga.
Aku hanya mengangguk dan dibawa masuk oleh bosku.
Aku mengerjap menatap interior rumah ini yang sangat bangus, lalu dibawanya aku dengan pelan oleh bosku menaiki tangga. Lalu berhenti di depan pintu coklat yang menurutku sangat besar.
"ini kamarmu, mari kita masuk" di tariknya tanganku perlahan.
"eh.... bos mesum! aku bisa sendiri, kita belum muhrim bagaimana bos mau ikut ke kamar, nanti bos khilaf" aku tertawa, sukses membuat bosku menatap tajam kearahku.
" baiklah.... baiklah silahkan masuk. semua pakaianmu ada di dalam, jika perlu sesuatu panggil aku di kamar sebelah atau panggil Bi Ijah".
" baiklah bos, terimakasih sudah sangat baik terhadapku" aku tersenyum tulus.
Dia pun tersenyum dan pergi meninggalkan aku yang kemudian menutup pintu kamar perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENEBUS DOSA
RomanceBAGAIMANA RASANYA MENGORBANKAN ORANG YANG BERSAMAMU DEMI MASA LALU? Dan itu tanpa didasari ingatan dan kesadaran penuh dari diri kamu sendiri. Masa lalu adalah hal terindah pada masanya, sekeras apapun kau ingin mengulang, itu takkan membuatmu memb...