-3-

31 1 0
                                    

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Ku dengar bunyi aneh dari sisi kananku, kulihat ada yang sedang tertidur di tangan kananku sambil mendengkur halus.

"Ini siapa?"

Aku bingung, sekelilingku penuh dengan warna putih, tak ada warna selain putih di ruangan ini,

dan aku akhirnya bisa menemukan warna selain putih dari laki-laki muda yang sedang tertidur di lenganku, rambutnya terlihat agak sedikit berantakan, aku meraih kepalanya , niatku ingin merapikan rambutnya karena aku tak suka melihat helai rambut itu hanya karena sedikit berantakan.

Kuusap perlahan rambut laki-laki ini, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan menggosok matanya perlahan.

"Vin?" panggilnya.

Aku bingung, tapi ku jawab

"ya?" dengan suaraku yang agak serak.

"kamu sudah bangun sayang, Alhamdulillah Ya Allah, kau selamatkan dia " sembari memelukku dengan erat dan mulai meneteskan air mata.

Aku bingung dalam pelukannya, sebenarnya aku ini kenapa?

Dan ku beranikan diri melepas pelukannya, aku menatap matanya,

"kamu siapa" tanyaku tiba-tiba.

Mimiknya sedikit terkejut, tapi cuma sebentar, kemudian tersenyum.

"kamu masih harus istirahat sayang, tidurlah" ucapnya lembut.

Aku semakin bingung. "sayang" panggilnya ke aku yang membuat kepalaku terasa ingin pecah.

Setelah ku menatapnya agak lama, aku sedikit ingat.

"b...bos" panggilku pelan dan agak sedikit sungkan.

Dia yang sedang memegang gelas ingin minum langsung menjatuhkan gelas tersebut.

Suara pecahan gelas yang melengking dengan diikuti air matanya yang jatuh dengan deras.

"iya Vin, tidurlah" ucapnya sedikit cepat dan segera membelakangiku.

Walaupun sekarang dia sedang membelakangiku, tapi jelas ku lihat tangannya perlahan mengusap mukanya dengan kasar, ku dengar nafasnya berbunyi dengan sangat berat, seperti orang yang sedang menahan emosi.

"aku keluar sebentar, aku akan memanggil petugas untuk membereskan semua, istirahatlah" ucapnya sembari melangkah ke pintu tanpa memandangku.

"i..iya b...bos" ucapku gugup karena masih terkejut oleh suara gelas yang pecah tersebut.

Kali ini dia menoleh, kulihat matanya berkaca-kaca, lalu dengan cepat menarik daun pintu dan keluar dari ruangan ini.

Aku terpaku, aku sedikit pusing memikirkan kenapa aku bisa di ruangan ini, kenapa kepalaku di perban, kenapa tanganku diinfus, kenapa aku memakai piyama biru khas pasien rumah sakit, kenapa bos ada disini, dan...... kenapa bos memanggilku dengan sebutan "sayang". kepalaku rasanya ingin pecah sekarang.

kuusir pikiran itu, "mungkin aku salah dengar" gumamku lalu menarik selimut dan mulai memejamkan mata.

-----------------------------------------------------------

"dok, mengapa bisa istriku tidak mengenaliku' ucap Reyhan sambil menangis.Dokter menatapnya iba, "sabar pak" tenang Dokter tersebut sambil mengusap pundak Reyhan.

"tapi kenapa dia memanggilku bos , dok?" teriaknya.

Dokter itu mengernyit, "bos?" tanyanya

"iya dok, dia memanggilku bos" jelas Reyhan.

"sebentar, ini agak aneh. Sebelum pak Reyhan menikah dengan bu Vinia , apa hubungan bapak dengannya?" tanya Dokter.

"saya bos di cafe tempat istri saya bekerja, tepatnya 5 bulan lalu, sebelum saya melamar dan menikahinya seminggu ini". jelas Reyhan kembali.

Dokter tersebut merenung, sambil memeriksa komputer di depannya yang menampilkan hasil ronsen kepala Vinia, dia mulai melihat dengan teliti.

" pak, memang istri bapak mengalami amnesia, tapi ini beda pak, istri bapak tidak sepenuhnya amnesia" jelasnya langsung menatap Reyhan.

" maksud dokter?" Reyhan mulai bingung.

" istri bapak amnesia, tetapi dia hanya melupakan kehidupannya 5 bulan terakhir ini, dia tidak mengingat moment yang pernah dia lakukan selama 5 bulan ini, yang artinya ingatannya terhenti sampai bapak melamarnya, dia tidak ingat ada hubungan dengan bapak, dia tidak ingat kalau dia punya ikatan dengan bapak, dia tidak ingat bahwa bapak adalah suaminya, dia tidak ingat kalau dia adalah seorang istri, dia hanya mengingat kalau bapak adalah bosnya"

Deg....................................

Dunia Reyhan seakan berhenti...

Dia menangis, entah berapa kali dia menangis sejak 5 hari yang lalu sampai hari ini, seharusnya ia akan merasa bahagia karena istrinya telah siuman, tapi sekarang  hidupnya seakan telah hancur.

"lalu saya harus bagaimana dok" tanya Reyhan.

"nikmati alurnya pak, jangan paksa bu Vinia mengingat semuanya, berhubung keadaanya yang memerlukan waktu lama untuk pulih"

Reyhan hanya mengangguk dan perlahan berdiri dari korsi dan berjalan menuju pintu .

Reyhan menangis sejadi-jadinya di lorong ini, dia mengingat bagaimana dia berjuang mendapatkan hati istrinya, dia mengingat bagaimana istrinya pura-pura bahagia dengannya, dia tau selama ini ada seseorang yang ditunggu Vinia, tapi dia menghargai usaha Vinia untuk mulai mencintainya dengan tulus , seperti yang dia lakukan pada Vinia.

"Vin.... aku akan membuatmu sembuh, aku akan selalu berada di sisimu"

" aku cinta kamu Vin" ucapnya pelan lalu tertidur di bangku panjang ujung lorong rumah sakit ini.


MENEBUS DOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang