-17-

11 1 0
                                    

Telepon Reno bordering, dengan segera ia mengangkatnya.

Aku masih asik dengan kegiatan memasakku, hari ini aku akan membuat mie goreng kesukaan suamiku.

"Reno, telepon dari siapa?" tanyaku.

Tapi ia enggan menjawab, ia sibuk membolak-balik kertas yang ada di hadapannya. Aku menarik nafas dalam-dalam dan segera menghembuskannya perlahan. Aku sudah terbiasa dengan sikap Reno yang cuek terhadapku.

"Ada yang harus aku bicarakan denganmu, ke kamar sekarang juga!" ucapnya dingin.

Aku dengan cepat membersihkan tanganku dan berjalan menuju kamar, kalau lambat pasti aku akan kena marah.

"Kamu cinta sama aku?" katanya dengan tatapan yang tak bisa aku tebak.

Aku mengangguk ....

"Jika aku mengatakan yang sebenarnya apa kamu akan tetap cinta kepadaku?" katanya yang kali ini nada bicaranya seperti menekan diriku.

Aku mengangguk kembali ....

"Kamu dan Mas Reyhan sebelumnya sudah menikah, kalian sepasang suami istri" katanya yang membuat diriku sangat terkejut.

Aku membelalakkan mataku tak percaya apa yang dikatakan oleh Reno.

Reno menjelaskan kepadaku kalau Mas Reyhan membiarkan aku menikah dengannya karena dia sudah tidak sanggup lagi mengurusku yang sedang sakit. Biaya pengobatanku yang amat mahal membuat ia putus asa mempertahankan hubungan kami.

Aku menggigil merasa dingin, hawa kamar ini seketika merasuki diriku. Ternyata sekejam ini Mas Reyhan kepadaku. Pantas saja ia buru-buru meminta diriku menikah dengan Reno. Terlebih semenjak menikah dengan Reno, tak pernah sekalipun ia menghubungi diriku.

"Sekarang dia meminta bantuanku untuk bercerai denganmu, besok aku akan berangkat ke London untuk mengurus berkas, kamu akan segera bercerai dengannya" kata Reno meyakinkanku.

Aku tak percaya ternyata Reno telah berbuat baik kepadaku, ia menyelamatkanku dari nerakanya Mas Reyhan. Walaupun dia tahu kalau aku telah bersuami, dia tetap menikahiku.

"Jadi selama ini aku hilang ingatan?" tanyaku pelan.

"Iya, tapi kamu hanya melupakan kenanganmu bersama Mas Reyhan saja" jawabnya yang membuatku lega. Setidaknya aku merasa beruntung telah melupakan kenangan bersama manusia buruk sepertinya. Aku bingung, kenapa dulu diriku bersedia menjadi istrinya?

Reno menghampiriku, dan memelukku. Aku merasa gugup, sudah lama rasanya aku tak pernah merasakan kehangatan ini. Aku membalas pelukan Reno dengan sangat erat, berharap dia tak akan melepaskan ini dari diriku.

"Terimakasih, aku mencintaimu" kataku yang hampir menangis.

Dia hanya mengusap rambutku pelan dan berlalu keluar kamar. Aku terdiam menatap tubuh itu pergi, lalu dia berbalik menatapku ...

"Kamu masak makanan kesukaanku kan?" Tanya Reno,

Aku tersenyum lebar dan segera berlari mendahuluinya untuk menyajikan mie goreng yang sudah kubuat tadi di atas meja makan.

Aku sangat bahagia malam ini, untuk pertama kalinya dalam pernikahanku, Reno tersenyum kepadaku. Aku hanya bisa senyum sendiri melihatnya makan dengan lahap sekarang.

----------------------------------------------------------------------

Hari yang cerah, sarapan sudah tertata rapi di meja makan. Hari ini suamiku akan berangkat ke London untuk mengurus perceraianku dengan Mas Reyhan.

Aku mengucapkan selamat jalan kepada suamiku sembari mencium punggung tangannya. Dia hanya memberikan senyuman tipis lalu pergi meninggalkan aku yang berdiri di pintu.

Setelah mobil Reno sudah hilang dari pandangan, aku segera ke kamar untuk menyiapkan perjalananku. Yap, aku akan pergi ke Jakarta, ke rumah Mas Reyhan. Entah apa yang akan dikatakan Bi Ijah, Pak harjo dan Pak Jon nanti saat melihatku, sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka.

Dengan tertatih aku berjalan keluar rumah dengan tas kecil bertengger di punggungku. Aku akan pergi sebentar, malam hari aku sudah ada di rumah. Aku takut jika ada orang yang mengetahui aku keluar rumah dan memberitahukannya pada Reno.

---------------------------------------------------------

"Nona!!!" teriak Pak Jon yang melihatku berjalan dengan tertatih menuju gerbang rumah ini. Dia segera membukakan gerbang untukku dan segera membantuku berjalan.

Kakiku memang sedang sakit. Jangan tanya karena apa, pastinya karena suamiku. Dia menendangku dengan sangat keras saat aku keluar ke halaman rumah untuk bersih-bersih. Tapi tak apa, itu tandanya dia sayang kepadaku, dia tak ingin melihatku keluar rumah karena ia tak mau melihatku terlalu lelah dan pastinya terhindar dari bahaya yang bisa datang kapan saja.

Terlihat Bi Ijah berlari ke arahku dan segera memelukku.

"Nona, kamu sedirian? Mana Den Reno?" tanya Bi Ijah.

Aku menjawab Reno sedang tugas ke luar negeri, dengan senang Bi Ijah mengajakku masuk dan memepersilahkanku untuk duduk di ruang tamu.

"Bibi ambilkan teh ya" katanya yang dengan cepat aku anggukan.

Aku melihatnya pergi ke arah dapur yang disampingnya ada sebuah pintu. Seingatku aku tidak pernah sekalipun masuk kedalam ruangan itu.

Aku memperhatikan sekelilingku, tak ada orang. Akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Betapa terkejutnya aku, di sana terdapat foto aku dan Mas Reyhan yang jumlahnya sangat banyak. Dari foto tunangan, pernikahan, resepsi sampai foto kemesraanku di rumah ini.

Aku ternganga, ternyata memang benar aku pernah menikah dengannya.

"Nona ..." suara Bi Ijah terdengar bergetar di belakangku.

Aku berbalik menghadap Bi Ijah dan memancarkan senyuman tipis. Kemudian aku berteriak dengan sekencang-kencangnya.

"Kenapa aku harus menikahi Tuan kalian!!!" aku berteriak sambil terduduk, kakiku mati rasa.

Bi Ijah dengan sigap membantuku berdiri, tapi aku menepis tangannya. Dia akhirnya hanya diam menunduk di hadapanku. Berani-beraninya mereka menyembunyikan ini semua dariku. Bi Ijah dengan seketika terduduk memohon ampun kepadaku.

"Nona, aku minta maaf. Kami merahasiakannya karena Nona sedang sakit" katanya yang semakin membuatku murka.

"Aku tidak sudi menjadi istri Tuan kalian!!!" teriakku kembali. Kali ini Pak Harjo dan Pak Jon sudah terduduk di depanku, mereka memohon ampun kepadaku.

"Nona, Tuan sangat mencintai Nona" kata Pak Jon dengan ekspresi memelas kearahku.

Aku tertawa sambil memegang dadaku yang terasa sesak, bisa-bisanya dia mengatakan kalau Mas Reyhan mencintaiku, jelas-jelas ia sudah membuangku.

"Hanya Reno yang mencintaiku, kalau memang benar dia mencintaiku kenapa dia membiarkan aku menikah dengan orang lain?" kataku yang sudah terisak karena rasa sakit hatiku.

Aku tidak mencintainya, hanya rasa benci yang ada sekarang. Cintaku hanya pada Reno sejak dulu. Aku hanya tidak terima dia menikahkanku dengan orang lain hanya karena dia tidak sanggup merawatku.

Semuanya menggeleng mendengar perkataanku, seolah-olah Reno yang salah karena mengatakan itu kepadaku. Aku semakin tak mengerti, aku benci tapi dada ini sesak seakan menolak perkataan mulutku ini kalau aku membencinya.

Aku berdiri perlahan ....

"Aku akan bercerai dengan Mas Reyhan" kataku yang membuat mereka di depanku tersentak, tapi mereka menunduk kembali.

"Terimakasih selama ini sudah sangat baik kepadaku, walau aku tak ingat hal apa saja yang sudah kalian lakukan untukku" kataku lalu berlalu meninggalkan rumah ini.

Hatiku sangat sakit, sakit sekali. Seperti ada yang salah disini, ada yang tidak benar dengan tingkahku ini. Tapi aku tak tahu itu apa, apakah dulu aku sempat mencintai Mas Reyhan? Pasti tidak! Cintaku hanya untuk Reno, dari dulu hingga sekarang hanya Reno yang ada dihatiku. Tak akan ku biarkan manusia licik itu bersemayam dihatiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENEBUS DOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang