-14-

10 1 0
                                    

"Aku tak tahu apa tujuanmu kepadaku, tapi tolong untuk saat ini bersikap baiklah untukku. Aku butuh kamu."_Vinia

Dengan sisa-sisa tenagaku aku berusaha bangkit dan akhirnya aku mendengar deru mobil memasuki pekarangan rumahku.

Aku merasa sangat bahagia akhirnya Reno sudah pulang. Aku tidak akan sendiri lagi sekarang, hatiku merasa lega. Akhirnya aku berlari ke arah Reno dan langsung memeluknya.

Dia terdiam ....

Aku terus saja memeluknya dengan erat, tak peduli dia marah atau tidak yang terpenting aku ingin memeluknya untuk sekarang ini. Kemudian dia melepas pelukanku dengan kasar sampai aku terduduk karena kerasnya dorongan yang aku terima.

Dia mengambil daguku dan mengarahkan wajahku ke arahnya.

"Siapa yang mengizinkanmu keluar rumah?" Tanya Reno begitu dingin.

Aku gugup, aku takut. Aku ingin menjelaskan semuanya tapi aku sudah didorong kembali oleh tangannya yang besar.

Aku mencoba bangkit dan berdiri dengan sisa-sisa tenagaku. Aku mendongak dan memperlihatkan bekas goresan pisau di leherku. Dia sedikit terkejut tapi selanjutnya ekspresi Reno sangat menakutkan.

"Kamu mencoba bunuh diri? Kamu mau membuat aku merasa kasihan?" Tanya Reno yang kali ini lebih dingin.

Dia menyeringai, kemudian dengan sekali hentakan dia menyeretku masuk ke dalam rumah.

"Sakit Ren, tanganku sakit!!!" teriakku sekencang-kencangnya.

Dia melepaskan tanganku saat sudah sampai di dalam rumah. Tanpa aba-aba dia langsung menutup pintu rumah ini dengan sangat keras.

Aku begitu terkejut dan langsung menunduk di hadapannya. Dia mulai mengangkat tangannya untuk menamparku tapi aku langsung terduduk dan memohon ampun kepadanya.

"Aku minta maaf Ren, aku tidak pernah berniat melanggar semua perintahmu, tapi aku dileceh ..." Belum selesai aku sudah menerima tamparan yang begitu kerasnya. Aku terhuyung ke belakang.

"Sakit Ren ..." Ucapku pelan sambil menangis.

"Kamu bilang kamu sakit? Rasa sakitmu saat ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang aku rasakan selama melihatmu!" ucapnya yang sukses membuat hatiku terasa bagai diiris pisau yang sangat tajam.

"Jika kamu merasa sakit saat melihatku, lalu apa tujuanmu menikahiku?" tanyaku.

"Entah!" ucapnya ketus.

Aku memilih diam dan tak membalas ucapannya.

Lalu dia menarikku berdiri dan membawaku ke dalam kamar. Dia menyuruhku memebersihkan lukaku dan segera turun untuk memepersiapkan makan malam. Bahkan dengan kondisiku saat ini dia sama sekali tak ada niat untuk memperhatikanku. Aku ingin sekali memberitahukannya bahwa aku hampir saja dilecehkan orang, tapi situasinya tak cocok. Bahkan aku berpikir, walaupun aku memberitahu kejadian yang sebenarnya, aku tak yakin dia akan peduli.

Aku mencoba membersihkan luka di leherku dengan hati-hati, jika mengingat ucapan Reno tadi hati ini begitu sakit. Rasa sakit di leherku bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa nyeri di dada ini.

Tak terasa air mataku menetes, aku rindu masa laluku, aku rindu rumah mas Reyhan. Mas Reyhan bukanlah kakak kandungku, tapi dia begitu baik kepadaku. Aku rindu mas Reyhan, aku rindu kenangan yang hilang di dalam diriku.

Bahkan sampai saat ini aku sangat yakin ada yang tak beres dengan hidupku, ada yang janggal di dalam hatiku. Aku merasa sangat bersalah, seakan aku telah membuat dosa besar.

Kesalahan apa yang telah aku perbuat? Dan kenangan apa yang hilang dan terbuang?

­­­__

Tak terasa, aku sudah selesai mengobati lukaku, aku menghadap cermin dan melihat pipi kananku membiru, aku menyentuhnya dan aku merasakan rasa panas dan sakit yang luar biasa. Inilah hasil tamparan tangan Reno, aku sudah tak bisa menghitung berapa kali dia menamparku, tapi kali ini tamparannya begitu menyakitkan.

Aku berusaha kuat dan menghapus air mataku, kemudian aku ke dapur untuk mempersiapkan makan malam.

__

"Maaf mengganggumu, makan malamnya sudah siap." Ucapku sambil menunduk ke arah Reno yang kelihatannya sedang serius dengan layar laptopnya.

Dia menoleh dan mengangguk, kemudian pergi ke arah meja makan, aku berjalan di belakangnya.

"Kamu mau lauk apa? Biar aku ambilkan." Kataku dengan senyuman manis.

Aku melihatnya melotot ke arah pipi kananku tapi sebentar saja ekspresinya kembali datar seperti semula. Kemudian dia makan dengan sangat lahap. Aku memperhatikannya dengan senyuman yang selalu bertengger di wajahku. Tak bisa ku pungkiri, walaupun sikapnya sangat tak bisa aku tebak, tapi aku begitu mencintai suamiku ini.

"Ren, aku mencintaimu." Ucapku perlahan dengan senyuman manis.

Tapi dia seakan pura-pura tak mendengar ucapanku, tapi aku tak ambil hati.

"Aku tak tahu apa tujuanmu kepadaku, tapi tolong untuk saat ini bersikap baiklah untukku. Aku butuh kamu." Kataku dalam hati sambil memegangi dadaku yang begitu sakit. Aku meringis karena rasa nyeri yang begitu dalam pada hati ini, mataku mulai berkaca-kaca.

Reno mulai memperhatikanku, dan aku mencoba mengatur nafasku dan mulai tersenyum kembali, kemudian Reno melanjutkan makan malamnya dengan tenang tanpa menoleh ke arahku kembali.

"Tadi ada paket?" Tanya Reno tiba-tiba.

Aku mengangguk ....

"Itu stok bahan makanan selama seminggu, habis bereskan ini kamu tata bahan makanan itu di dalam kulkas." Katanya sambil mengusap rambutku lalu pergi ke kamar untuk istirahat.

Aku merasakan kehangatan yang cukup membuat rasa sakit hatiku mereda. Aku melanjutkan kegiatanku dengan semangat.

__

"Selamat tidur sayang." Ucapku lembut lalu menyelimuti tubuh Reno yang sudah tertidur pulas dengan berkas yang menumpuk di sampingnya.

Aku merasa aku sangat mencintai laki-laki yang ada di hadapanku ini, tapi aku masih merasa bersalah, apa karena aku membuat suamiku sakit hati atau ada orang lain yang tersakiti.

Hampir sebulan aku hanya bisa berkelana di dalam rumah ini seorang diri, tanpa perhatian dan kepedulian dari suamiku. Tapi aku harus bertahan untuk menjadi istri yang baik.

Kemudian aku dikejutkan dengan suara deringan telepon rumah, aku melirik suamiku yang tertidur pulas lalu keluar untuk mengangkat telepon.

"Hallo ..." sapaku.

Tak ada jawaban, yang aku dengar hanya suara hembusan nafas yang semakin lama semakin berat.

"Hallo, ini siapa?" kataku kembali.

Tapi lagi-lagi aku hanya bisa mendengar suara nafas yang kemudian diiringi suara tangis perlahan. Aku terkejut karena ini suara seorang wanita. Aku berusaha tenang dan mencoba bertanya kembali tapi tetap tak ada jawaban.

"Mas Reno ada?" kata wanita ini dengan suara yang bergetar, ini pasti karena dia dalam keadaan menangis.

"Suamiku sudah tidur, ada yang bisa aku bantu?" kataku dengan lembut. Tapi telepon langsung ditutup.

Aku heran, kenapa bisa seorang wanita mencari suamiku larut malam gini. Tapi aku harus berpikir positif, mungkin dia adalah wanita malam yang sering dikencani suamiku atau bisa saja klien yang sedang membutuhkan pertolongan suamiku.

Aku mencoba menghubunginya kembali tapi tak ada jawaban. Walaupun aku terus saja mencoba menenangkan pikiranku, tapi aku merasa ada yang janggal, aku merasa ada masalah tersembunyi di balik suara parau wanita tadi. Tapi untuk saat ini aku harus kembali ke kamar untuk istirahat, besok aku harus menyiapkan sarapan pagi untuk suamiku dan sekalian membahas telepon tadi dengannya.

MENEBUS DOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang