-5-

19 1 0
                                    

Gemericik air mengalir perlahan membasahi tubuhku ini, rasanya segar sekali...

Setelah selesai, kuraih handuk dan segera berjalan dengan sedikit menjinjitkan kakiku, dingin air yang menyatu dengan lantai membuat menggigil tubuh ini. Kuhempaskan tubuh ini di kasur empuk dihadapanku.

"Ini rumahnya bosku, kok bisa terasa biasa ya? bahkan semua seluk beluk kamar ini serasa sudah ku hafal dengan sangat" Aku bingung, bahkan tadi malam ku usir Bos ku agar tidak menghantarkanku ke dalam kamar ini, padahal aku baru kemari maksudku ke lantai dua ini. Karena memang sudah beberapa kali aku datang kemari, baik itu bos yang membuat acara dan mengundang seluruh pekerja kafe atau aku yang diminta bos datang ke rumah ini untuk mengambilkan berkas yang nantinya aku serahkan ke sekretaris bosku ini.

"tok...tok...tok" pintu kamar ini digetuk seseorang.

"ya, siapa?" tanyaku sambil memperbaiki tali pinggang handuk mandi yang kupakai.

"saya non"suara itu milik Bi Ijah.

"Bi Ijah ya? silahkan masuk saja Bi, pintu tidak dikonci" teriak ku di dalam kamar.

Ceklek...... menampilkan Bi Ijah yang tersenyum sambil membawa nampan berisikan bubur dan obat-obatan.

"non sarapan dulu ya, ini obat nya sudah Bibi siapkan juga" kata Bi Ijah.

"baik Bi, apa aku tidak merepotkan mu Bi?" tanyaku.

" tidak sama sekali non, malah saya senang non sudah sehat" senyumnya.

Aku tersenyum sambil melangkah ke lemari tempat bajuku. Aku memilih rok hitam ketat selutut, dan kemeja putihku yang biasa ku gunakan bekerja di kafe.

"Bi, Bos dimana?"

"Bos siapa non?" tanya Bi Ijah heran.

"Bosku Bi, Tuan" jelasku.

"ohh ma.. maaf Non, " Bi Ijah terlihat kelagapan.

" Tuan di kamarnya, sebentar lagi beliau akan berangkat ke Kafe" terang Bi Ijah.

" kalau begitu aku harus cepat-cepat" gumamku lalu mulai masuk ke dalam ruangan kecil tempat mengganti pakaian.

saat hampir masuk ruangan itu, Bi Ijah kembali bertanya,

" non.... non mau kemana"

"aku mau siap-siap bi, nanti aku telat, gak bisa nebeng di bos, ntar juga aku dihukum kalau sampai telat" kataku.

Bi Ijah bingung, " memangnya non mau kemana? kok telat-telat segala?" Kali ini Bi Ijah terlihat sangat penasaran.

" hahaha,,, ya aku mau kerja lah bi" aku cekikikan melihat ekspresi Bi Ijah yang kelagapan kembali.

" non... non masih lemah, mending non sarapan dan istirahat " kata Bi Ijah.

Tiba -tiba bosku masuk. Dan bertanya apa yang terjadi kok ribut sekali sampai kamar sebelah.

"aku mau siap siap kok ditahan mulu sama Bi Ijah" cemberutku.

Bos terlihat membuang nafas berat.

" mulai sekarang kamu diam disini dan tidak usah bekerja," kata Bos.

"tapi bos.. kan aku gak enak sama bos, masa numpang terus begini" kataku.

"sudah dengarkan saja aku kali ini, kamu harus sembuh, dan ingat berusahalah untuk itu" katanya.

" tapi boss...."

"tidak ada tapi tapian, dan ingat satu hal, berhenti memanggilku bos, cukup Mas Reyhan saja" jelasnya.

MENEBUS DOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang