-12-

11 1 0
                                    


Reyhan sudah sampai di rumah besar nan mewah ini. Sudah lama ia tak menginjakkan kaki di sini. Sepuluh tahun lamanya, semenjak orang tuanya tak merestuinya untuk merintis usaha di Jakarta.

Ia langkahkan kakinya memasuki halaman rumah masa kecilnya ini.

Dari kecil ia sibuk bolak-balik Jakarta-London karena pekerjaan orang tuanya dan sekalian menjenguk kakek neneknya juga. Tapi, semenjak kakek neneknya meninggal, orang tuanya bahkan enggan balik ke Jakarta. Beda halnya dengan Reyhan, ia memilih membuka usaha sendiri dan memilih tidak tinggal dengan orang tuanya.

Terakhir Reyhan menghubungi orang tuanya yakni enam bulan yang lalu, saat ia meminta restu untuk mendekati Vinia, tapi orang tuanya seakan tak sudi karena menurutnya Vinia sebatas bawahan Reyhan yang sama sekali tak pantas menjadai istri anaknya. Karena itulah Reyhan memutus kontak dengan kedua orang tua dan kerabatnya.

"Nyonya... lihat siapa yang datang?!!!" teriak pembantu rumah yang membukakan pintu untuk Reyhan.

Rose tak segan-segan memeluk Tuan mudanya yang sudah lama tak dia lihat.

"Tuan muda... apa yang membawa Tuan kemari? Tuan masih ingat denganku?" Tanya Rose dengan sangat senang.

"Tentu... sekarang kamu begitu tua Rose." Jawab Reyhan santai.

"Tuan muda... terimakasih sudah mengingatku." Jawab Rose sambil menunduk dan menuntun Reyhan masuk ke dalam rumah.

Terdengar langkah sepatu yang begitu cepat menuruni tangga.

"Rose... kenapa kamu berteriak seperti itu?" Tanya Tuan Rarangga.

Reyhan seperti merasakan kehangatan setelah mendengar suara itu, suara yang begitu ia takuti sedari dulu, suara yang begitu ia kagumi. Yah suara itu milik ayahnya.

Reyhan berbalik dan melihat ayahnya yang terkejut melihatnya, beliau mengucek matanya seakan tak percaya siapa yang beliau lihat, tapi akhirnya beliau menghampiri Reyhan dan memeluk anak semata wayangnya yang kini pulang setelah sekian lama meninggalkannya.

"Anakku, kamu akhirnya pulang nak?" Tanya Ayahnya yang masih tidak percaya.

Reyhan hanya tersenyum,

"Ayah, bolehkah aku istirahat? Aku sangat lelah." Ucap Reyhan pada Ayahnya.

"Kamu boleh istirahat, tapi harus peluk Ibumu dulu." Suara yang anggun itu terdengar.

Ibu Reyhan sudah berdiri di bawah tangga, menatap anaknya yang sudah lama ia rindukan. Matanya berkaca-kaca.

Kemudian beliau berlari memeluk Reyhan.

"Anakku, Ibu rindu nak..." kata beliau yang terdengar sangat bahagia.

________________________________________________________

Hari mulai gelap, Reyhan akan bersiap turun ke bawah untuk makan malam. Ia mengambil jaket dan segera turun.

"Nak... sini nak duduk dekat Ayah" kata Tuan Rarangga dengan tak sabar.

Hidangan di meja begitu penuh dengan segala menu kesukaan Reyhan. Reyhan dengan lahap memakan semuanya. Ibu dan Ayahnya hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Setelah semuanya sudah selesai, Rose segera membersihkan meja dan pergi untuk makan di ruangan lain.

"Rey..." sapa Nyonya Rarangga.

"Maaf kalau Ibu bertanya, apa benar kamu akan tinggal di sini nak?" Tanya Nyonya hati-hati.

Reyhan mengangguk. Kemudian Ayahnya bertanya bagaimana dengan istrinya, tapi Reyhan memilih diam.

MENEBUS DOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang