hari ke 1

60 29 25
                                    

Cek typo.

"Hay Rayyan"sapa via.

"Oh Hay via"sahut Rayyan

"Pulang sekolah boleh bareng ga?"tanya via.

"Eum sorry yah Vi gue pulang sama Lena hari ini"tolak rayan.

"Kalo besok gimana?"tanya via lagi.

"Besok gue ada tanding basket ga bisa dan besoknya lagi gue harus nganter Lena ke tempat kerjanya dan besoknya lagi gue tetep ga bisa pulang sama Lo" jawab Rayyan dan langsung meninggalkan via yang menganga di tempatnya mendengar jawaban dari dirinya.

Via menghentakkan kakinya kesal sambil terus mengumpat.

"Ishh kesel banget sih gue sama tuh cowo, kalo bukan karena tantangan itu mana mau gue deketin cowo kaya dia" saat sedang asik megumpati cowo yang meninggalkan nya tadi tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya pelan.

"Via, kamu kenapa? Dari tadi kakak liat kamu kaya kesel banget"

Yah benar orang yang tadi menepuk pundak via adalah kakaknya sendiri Alena.

"Aku itu kesel karena kakak"jawab via.

"Loh ko karena kakak sih?"Lena tidak mengerti dengan yang di katakan adiknya itu. Ia baru saja sampai dan via kesal karena dirinya?

"Kakak tuh coba deh jangan egois kakak itu egois tau ga" setelah mengatakan itu via langsung pergi meninggalkan kakaknya.

"Dia kenapa sih?"

Ok, nanti ia akan tanyakan di rumah saja, karena ia harus segera masuk ke kelasnya.

Saat pelajaran berlangsung Lena benar-benar tidak fokus dengan yang gurunya sedang terangkan di depan, ia terus saja melamun memikirkan apa yang via ucapkan tadi pagi, hingga sebuah spidol mendarat di keningnya.

Takk!

"Aww, siapa sih yang lempar gue pake spidol ganggu aja"gerutu Lena, ia masih belum sadar jika satu kelas sedang memperhatikan dirinya.

Putri, teman sebangku Lena meringis mendengar gerutuan Lena.
"Len, itu yang ngelempar pak Wahyu"bisik putri.

Seketika Lena membulatkan matanya mendengar yang putri ucapkan.
Dengan cepat ia menoleh ke depan dan benar saja guru di depannya ini sedang melotot ke arahnya.

"Alena kalo kamu mau melamun mending keluar saja dari kelas saya"ucap sang guru garang

Mati sudah dirinya, guru di depannya ini terkenal sangat baik tapi juga sangat tegas.

"Eh maaf pak saya ga bakal melamun lagi ko pak"bujuk Lena.

"Maaf-maaf saya bosan dengan kata maaf Lena, sekarang keluar dari kelas saya"

Lena menghela napasnya pelan, ini sungguh hari sial untuk dirinya.

Lena melangkahkan kakinya keluar kelas tak mau gurunya itu bertambah marah padanya.

"Pak saya izin ke toilet"ucap Rayyan.

"Baiklah jangan lama-lama"

"Baik pak"

Di luar Lena hanya berjalan tak tau arah, ia sungguh bingung ini pertama kalinya ia di usir dari kelas.

Tiba-tiba Lena menjentikkan jarinya saat ia mendapat ide.

"Mending gue ke kantin aja makan? Eh ngga ngga gue harus hemat, via pengen beli handphone baru lagi katanya."Lena kembali menghela napas pelan.

Hingga tepukan di pundaknya membuat ia menoleh untuk tau siapa yang menepuk pundak nya.

"Eh Rayyan ko Lo ada di sini?"tanya Lena saat tau bahwa Rayyan yang melakukan itu.

"Gue pengen nemenin lo"jawab Rayyan seraya tersenyum manis.

Lena sempat tertegun melihat senyum manis yang biasa ia lihat.

"Lo kenapa sih Len? Jangan bilang Lo mulai suka sama si Rayyan?"Lena berdialog sendiri dengan batinnya.

Merasa ada yang aneh dengan perempuan di depannya ini Rayyan mengibaskan tangannya pelan di depan wajah Lena.
"Len Lo ga papakan? Masih waras kan?"tanya Rayyan.

"Eh, jahat banget Lo nanya nya gitu"

Rayyan kembali tersenyum saat melihat Lena kembali normal.loh emang tadi Lena abnormal yah? Entah.

"Tapi nanti Lo di marahin sama pak Wahyu loh" bukannya Lena tidak mau di temani oleh dia, tapi Lena real karena takut cowo itu di marahi guru.

"Ngga bakal, gue izin ke toilet tadi"jawab Rayyan dengan cengiran khasnya.

"Ok deh"

"So kita mau kemana sekarang?"

"Gue juga bingung dari tadi mau kemana"

"Gimana kalo kita ke roof top aja?"usul Rayyan.

"Ok deh ayo"

Saat mereka baru saja ingin melangkah ke roof top seseorang langsung datang.

"Yan pulang gue bareng lo ya"ucap siswi tadi.

"Via kan gue udah bilang gue ga bisa, gue harus nganter Lena kerja"tolak Rayyan untuk kesekian kalinya.

Ok sekarang Lena paham kenapa adiknya itu marah padanya tadi pagi, jadi karena masalah ini.

"Udah yu len" ajak Rayyan, ia sungguh muak dengan wanita satu ini.

"Lo duluan deh yan, gue mau ke toilet dulu bentar, nanti gue nyusul" Lena ingin bicara empat mata dengan adiknya.

Rayyan pun setuju dengan yang di katakan oleh Lena, ia langsung menuju ke roof top duluan.

"Jadi ini alasan kamu marah sama kakak tadi pagi?"tanya Lena.

Via tidak menjawab ia hanya diam mendengar yang di katakan oleh kakaknya.

"Ok, kalo kamu mau pulang bareng sama Rayyan nanti kakak bilang sama dia biar dia mau pulang sama kamu"ucap Lena.

"Ok, kalo gitu kak Lena harus bisa buat Rayyan pulang sama via"jawab via.

Lena menganggukkan kepalanya tanda ia paham dengan yang di katakan oleh adiknya.

Via langsung pergi meninggalkan Lena. Lena juga langsung ke roof top untuk menemui Rayyan.

"Hay, maaf lama yah"sapa Lena saat melihat Rayan sedang berdiri melihat sekolahnya dari pinggiran roof top.

Rayan menoleh saat mendengar suara yang ia kenal.
"Ga papa ko, buat Lo mah apa sih yang ngga"

Lena mendekat ke arah Rayan. Tidak ada pembicaraan di antara mereka hanya suara burung saja yang terdengar.
Hingga suara dari salah satu dari mereka memecah keheningan yang tercipta sebelumnya.

"Len, gue mau ngomong sesuatu sama lo"

"Apa?"tanya Lena tapi pandangan nya masih fokus pada pemandangan sekolahnya.

"Lo-lo mau ga jadi pacar gue?" Tanya Rayyan.

Lena tidak terkejut mendengar apa yang di katakan oleh lelaki di sampingnya ini. Karena lelaki ini bukan sekali atau dua kali mengutarakan perasaannya secara tidak langsung.

Bukannya Lena ga peka sebelum-sebelumnya, tapi Lena hanya belum yakin dengan perasaan nya sendiri.


"Nanti gue jawab deh yah"jawab Lena sambil tersenyum.

Melindungi itu Rayan harus menghela napas. Di tolak lagi deh dia. Eh, tapikan Lena belum bilang 'ngga' yah. Itu berarti ia masih punya kesempatan bukan?

Ayo Rayyan di terima apa di tolak sama Lena?

ALENA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang