Cek typo. Tinggalkan jejak yah readers.
Menunggu, diri ini sudah lelah untuk menunggu, sudah terlalu lama diriku menunggu. Untuk apa ku menunggu sesuatu yang seharusnya tidak ku tunggu. Ku Menangis setiap hari hanya karena menunggu.
_melodi_
H
ari ini via memutuskan untuk pergi ke sekolah, ia tidak ingin absennya kotor karena terlalu sering membolos demi menemani Alena di rumah sakit.
Tidak ada yang berubah saat via di sekolah, mungkin ada, salsa dan Rere tidak lagi bersamanya kini.
Via merasa ada yang aneh, kenapa setiap ia lewat murid yang lainnya berbisik-bisik.
Dan sialnya kini koridor sedang ramai di karenakan sedang jam istirahat.
Saat sedang sibuk memikirkan apa yang teman sekolahnya bicarakan tiba-tiba jalan via di hadang oleh beberapa siswi, yang sepertinya satu angkatan dengannya.Dan ia mengenal salah satu dari mereka, Lolita kakak kelas mereka yang terkenal tukang bully. Jika salsa dan Rere terkenal karena kekayaan dan kecantikan mereka, kakak kelasnya ini terkenal karena sikap urakannya dan juga sifat tidak takut siapapun. Omongan yang pedas selalu keluar di kala ia membully adik kelasnya atau teman seangkatannya.
"Eh ada pembunuh nih," loli menatap via remeh.
"Maksud lo apa?" Jawab via dengan sorot mata marah.
"Wih biasa aja tuh mata mau gue colok"ucap salah satu anteknya loli,
Via memutar mata malas, sepertinya ini yang orang-orang bicarakan sedari tadi. Pembunuh? Tau apa mereka tentang kejadian waktu itu.
"Lo ga tau apa-apa, jadi mending Lo diem"via menatap loli dengan tajam.
Loli tertawa meremehkan, ia melipat tangannya di depan dada"ga tau apa-apa yah? Dina sini"
Siswi yang bernama Dina itupun mendekati loli dan memberikan handphone miliknya.
Loli mengutak-atik handphone tersebut, dan manggut-manggut saat sedang menonton video di hp Dina.
"Nih hp lo" setelah mengembalikan hp milik Dina, loli kembali menatap via dengan seringainya.
"Lo tau siapa gue? Lolita saraswatichandra, ga ada yang gue ga tau"
Via mengernyitkan keningnya, lalu apa urusannya dengan dirinya?
"Gue tau kalo Lo mau Alena putus sama Rayan, dan Rayan ga mau putus Lo lari ke tengah jalan pas saat sebuah truk lewat right?" Loli kembali tersenyum meremehkan.
Via tercengang bagaimana ia bisa tau, bukankah hanya ada Rayan dan vino saja di taman waktu itu, tapi kenapa temannya loli bisa tau?
Melihat diamnya via, loli tau satu kebenaran bahwa itu benar. Padahal ia hanya menebak dari apa yang ia dengar, dan tidak ada video apapun di handphone tadi.
"Jadi bener kan? Lo itu pembunuh,"loli berkata dengan menekankan kata 'pembunuh'.
"Lo ga tau apa-apa, awas gue mau pergi"
Loli tidak membiarkan via pergi begitu saja, ia masih ingin bermain-main dengan adik kelasnya satu ini.
"Mau kemana sih buru-buru banget gue kan belum selesai ngomong nya"
"Ga ada yang perlu di selesain di sini awas," via mencoba menghindari loli tapi sayang nya antek-antek sialannya si loli menghalanginya.
"Mau Lo ap—"belum selesai via bicara seseorang sudah memotong nya.
Bukan loli, atau anteknya.Bukan juga pangeran sang kakak. Itu orang yang tidak lagi bersamanya, bukan orang tuanya.
Loli berdecih."Cih, Lo ga usah ikut campur"
"Kita ga ikut campur ko, kita ada urusan sama via, jadi mending Lo semua pergi"seseorang itu bicara tanpa rasa takut sedikitpun, tidak seperti murid lainnya yang hanya menonton tidak mau membantu via sedari tadi.
"Gue belum selesai sama dia, kalo Lo mau dia tunggu gue selesai, baru Lo bisa bawa dia"tukas loli.
"Gue ga suka nunggu, jadi ayo via"
Loli membelalakan matanya saat dua perempuan itu menyeret via menjauh darinya."Ok kali ini Lo gue lepasin via, tapi lain waktu gue ga akan lepasin lo. Ayo balik"
"Kalian mau apa sih?" Via bosan ia hanya ingin ke kelasnya sekarang, pulang lalu menemani kakaknya di rumah sakit.
"Mau kita ga banyak ko cuma mau kasih Lo sesuatu"ucap salah seorang dari mereka.
"Hadiah? Hahaha lagi lawak Lo? Maaf gue ga ada waktu buat itu"
Oh ayolah, ini lama sekali. Ia ingin ke kelas. Kenapa bel masuk belum juga berbunyi.
"Lo yak—"
Kringggg!
Akhirnya yang ia tunggu-tunggu dari tadi datang juga. Dengan ini ia bisa pergi.
"Misi gue mau kek kelas"
"Eh tunggu dulu"ucap seseorang.
Via tidak menghiraukan nya ia terus berjalan menjauh Tanpa menoleh kebelakang.
"Udahlah nanti aja, toh dia ga bakal kemana-mana"
Salah satu dari siswi itu mengangguk tanda setuju dengan yang di katakan temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Completed)
Teen FictionVIA.satu nama yang membuat Alena masih mau bertahan dengan semua kesengsaraan di hidupnya. Tidak punya ayah dan ibu harus membuat Alena harus rela banting tulang untuk biaya hidupnya dan adiknya penasaran dengan hidup Alena?cuss baca...