Tidak ada apapun yang bisa mematahkan semangat kita selagi tekad yang kuat ada pada diri kita.
_uzumaki_"
Jadi apa hasilnya dok?" Kini dua orang yang berbeda gender itu tengah berada di salah satu rumah sakit di Jakarta.
Setelah melalui beberapa tes dan wawancara, kini di tangan dokter Andi sudah ada hasil pemeriksaan dari Alena.
"Bisa kita berdua," pinta dokter Andi pada Rayan.
"Bisa dok, Len Lo tunggu di luar aja yah nanti gue nyusul,"
Tak mau ambil pusing Lena pun langsung mengiyakan perkataan Rayan.
"Dari yang saya lihat dan hasil pemeriksaan Alena, dia mengalami 'anterogate amnesia'. Dari mulai ia kehilangan jati dirinya tapi tidak dengan kepintarannya," dokter Andi mulai menjelaskan apa yang terjadi pada Lena.
Anterogate amnesia? Apa itu? Ok untuk amnesia dia tau, tapi anterogate?
"Itu penyakit apa yah dok, eh maksudnya apa lebih buruk dari amnesia biasa?" Rayan tidak siap untuk kemungkinan terburuknya, ia juga tidak tau akan mengatakan apa pada Via jika penyakit ini akan menjauhkan mereka dari wanita yang mereka sayangi.
"Anterogate amnesia atau amnesia organic adalah penyakit dimana seseorang kehilangan ingatannya dikarenakan kerusakan pada otak akibat kecelakaan, penyakit, obat, ataupun operasi, pasien yang menderita amnesia organic tidak bisa mengingat informasi baru. Bahkan ia bisa kehilangan jati dirinya,"
Oh tidak, itu lebih buruk dari yang dirinya bayangkan, jadi ia harus bagaimana sekarang ini?
"Apa ingatannya bisa kembali dok?" Ia masih memiliki keyakinan bahwa Alena nya tidak mungkin meninggalkan dirinya dan Via untuk yang kedua kalinya.
"Bisa, ingatannya masih bisa kembali dengan cara menunjukkan apa saja yang ia lupakan, bantu dia untuk mengingat semuanya, dengan begitu ingatannya bisa kembali. Tapi saya sarankan agar kalian tidak terlalu memaksakan ia mengingat apa yang kalian inginkan karena itu bisa berdampak buruk pada kesehatannya,"
Syukurlah, setidaknya ia masih punya harapan untuk mengembalikan Alena seperti dulu walau kemungkinannya kecil.
Setelah selesai dengan sang dokter Rayan langsung pergi menyusul Lena yang sudah menunggu di kantin rumah sakit.
"Hay, maaf yah lama nunggunya," Rayan menggerakkan tangannya untuk mengelus rambut halus itu.
Lena tersipu mendapat perlakuan seperti itu, pipinya sekarang mungkin sudah seperti kepiting rebus.
Rayan terkekeh melihat Lena yang blush-ing, jika seperti ini Lena terlihat lucu, karena jarang-jarang cewe satu ini tersipu seperti itu.
"Lama banget di sana, emang ngomongin apa sih?"
"Bukan apa-apa, cuma bahas perkembangan kesehatan kamu aja ko,"
"Kamu? Ohh jadi sekarang manggilnya aku kamu nih," ucap Lena seraya menggoda Rayan.
"Kenapa? Dulu Lo bilang sama gue sekali-kali pake aku-kamu jangan gue-lo terus,"
"Oh Iyah kah? Gue ga inget,"
"Balik yu, atau mau kemana dulu?"tanya Rayan.
"Kita ke bioskop yu, gue lagi pengen nonton,"
"Ok, " mereka segera berangkat menuju bioskop yang ada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta.
Sesampainya di sana, mereka memesan tiket film yang ingin mereka tonton, setelah mendapat tiket mereka langsung masuk ke dalam bioskop.
Sudah lima belas menit mereka menonton film dan hanya Lena saja yang fokus pada filmnya tidak dengan Rayan, lelaki itu terus memperhatikan gerak-gerik Lena.
Hingga sebuah dering telepon membuat fokus mereka buyar.
"Siapa yang telpon?" Tanya Lena saat tau bukan handphone nya yang berdering.
"Cici, gue keluar dulu yah mau angkat telpon takut penting," bohong Rayan,
"Cici? Adik Lo, Ya udah angkat aja. Gue ga papa ko nonton sendiri," ucap Lena seraya meyakinkan Rayan bahwa dirinya tidak masalah di tinggal sendiri.
"Ok, gue ga bakal lama ko,"
Lena hanya mengangguk dan kembali fokus pada film yang sedang di putar.
"Hallo,"
"Hallo, gimana hasilnya?" Terdengar suara seseorang di seberang sana.
"Buruk, nanti gue jelasin,"
"Oh Iyah, apa?"
"Lo ga denger gue ngomong? Lo lagi ngapain?"
"Di cafenya salsa,"
"Cafe salsa?" Rayan mengulangi kalimat tersebut.
"Iyah, maaf yan gue ga bisa lama-lama telponannya. Nanti gue ke rumah Lo atau Lo sharelock aja, biar gue yang ke sana yah,"
"Ok, nanti gue sharelock,"
Tut. Panggilan terputus.
"Yan," Rayan yang merasa di panggil menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Lena, ko udah keluar? Kan filmnya masih lama?" Dari kapan Lena di situ? Apa dia mendengar percakapannya tadi? Jika iya, itu buruk.
"Filmnya ga seru, jadi gue susul lo aja ke sini,"
"Oh gitu, jadi sekarang mau kemana?"
"Pulang aja deh, gue cape," Lena meregangkan tubuhnya menandakan bahwa ia sangat lelah.
"Ya udah kita pulang,"
Mobil yang mereka tumpangi segera melesat membelah hiruk piruk Jakarta.
"Lo sendiri di rumah via belum pulang, mau gue temenin," ia tidak tega meninggalkan Lena sendirinya di rumah dengan kondisi yang sekarang.
Lena tersenyum manis mendengar nada khawatir dari lelaki di depannya ini."Ga usah, Via sebentar lagi pasti pulang ko,"
"Beneran?" Ia masih tidak yakin untuk melakukan itu.
Lena mengangguk dan tersenyum meyakinkan bahwa ia tidak masalah di rumah sendirian. Lagipula ini rumahnya kan, jadi tidak ada yang perlu ditakuti.
"See you, jaga diri baik-baik,"
Lagi-lagi Lena tersenyum manis mendapat perhatian seperti itu dari lelaki tampan ini.
***
"Jadi gimana?" Tanya seorang gadis cantik,pada lelaki di sampingnya.
"Dia bisa balik lagi kaya dulu, kalau kita bantu dia mengingat apa yang dia lupakan,"
Gadis tersebut menganggukkan kepalanya, tanda ia mengerti dengan apa yang di katakan oleh lelaki di sampingnya.
"Jadi kita mulai darimana?" Tanya sang gadis.
"Kita akan mulai dari tempat dia berjuang," ucap sang lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Completed)
Teen FictionVIA.satu nama yang membuat Alena masih mau bertahan dengan semua kesengsaraan di hidupnya. Tidak punya ayah dan ibu harus membuat Alena harus rela banting tulang untuk biaya hidupnya dan adiknya penasaran dengan hidup Alena?cuss baca...