Budayakan vote dan comment ok
_🥳🥳🥳_Via menggeliat dalam tidurnya, badannya terasa remuk setiap hari harus tidur di sofa. Sebenarnya Lena menawarinya untuk tidur bersama di brankar Lena, tapi ia menolak dengan alasan takut menyenggol tangan Lena yang sedang di infus. Dengan kesadaran yang masih setengah, Via tersenyum melihat kakaknya tidur dengan damai, wajah kakaknya kini begitu pucat, bibir yang dulunya selalu tersenyum indah, kini terlihat pucat pasi, mata yang dulunya memancarkan kedamaian kini terlihat begitu sayu.
Via menghampiri Lena yang masih terlelap, ia menyentuh kening kakaknya dan mengelusnya pelan takut membangunkan sang kakak,"dingin,"Via b bergumam saat merasakan kening Lena begitu dingin, seperti... Ah, ia tidak mau berpikiran buruk dulu, mungkin kakaknya sedang kedinginan karena AC rumah sakit ini. Via berjalan untuk mengambil remot AC, ia bermaksud untuk menaikan suhu AC agar tidak terlalu dingin.
Kling!!
Ada notif yang masuk ke handphonenya, terdapat nama Rayan di layar handphonenya.
From: Rayan
Vi, maaf yah hari ini jaga sendiri, gue harus ke Bandung buat acara papah.
Via
Iyah gpp, Yan.Rayan
Gue sebenernya ga mau, tapi papan maksa. Sorry yah Vi🙏
Via
IyahLena belum juga bangun padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Via mencoba membangunkan kakaknya yang sampai sekarang belum bangun juga. Padahal, kakaknya itu sangat rajin bangun subuh. Tapi sekarang, dia belum juga membuka matanya atau menunjukkan pergerakan apapun. Tunggu, kakaknya belum bergerak sama sekali dari tidurnya. Kini pikiran buruk mulai bersarang di pikiran Via, ia mencoba mengguncangkan tubuh Lena agar gadis itu terbangun, akan tetapi, usahanya sia-sia, Lena tidak terusik sedikitpun atau lebih tepatnya tubuh gadis itu kini tak merespon apapun.
Tubuh itu kaku, dingin dan semakin pucat. Via sudah tidak bisa menahan tangisnya, matanya sudah berderai air mata. Ia takut, sangat takut akan apa yang ia pikirkan sekarang. "Kak, bangun kak," dirinya masih mengguncang tubuh Lena,"kak, ga lucu ah bercanda nya. KAK BANGUN," Via seperti kehilangan akal sehatnya ketika Lena tidak meresponnya sama sekali. Ia terus berteriak agar Lena bangun dan melupakan sesuatu yang penting, jika sekarang ia sedang di rumah sakit. Hingga ketukan pintu dari seseorang menyadarkan dirinya, seorang lelaki tampan masuk dengan muka bingungnya.
"Via, kenapa?" Tanyanya.
"Kak Lena Vin, dia ga mau bangun. Padahal ini udah jam sepuluh,"ucap Via, air mata masih mengalir dengan deras dari pelupuk matanya.
Vino masih bingung dengan yang dikatakan Via, jadi ia putuskan untuk memeriksa Lena sendiri.
Deg! Jantungnya seperti berhenti bekerja. Tidak ada denyut nadi, tidak ada hembusan napas, suhu tubuhnya juga sangat dingin,"Lo tunggu sini, biar gue panggil dokter."
Vino berlari mencari dokter atau petugas medis yang ada untuk memeriksa Lena. Ketemu! Ia menemukan dokter Andi. Dokter Andi langsung mengikuti langkah Vino.
Dokter Andi memeriksa Lena dengan seksama, beliau mengembuskan napas berat,"maaf saya tidak bisa menolongnya," dokter Andi tertunduk, ia juga merasa kesedihan yang dirasakan kedua remaja ini.
Vino melirik Via, gadis itu terdiam dengan pandangan kosong ke arah kakaknya. Gadis itu tidak menangis, ia terdiam membisu. Jika kita melihatnya, kita pasti bisa merasakan kesedihan yang gadis itu rasakan. Rasa sakit ketika seseorang yang sangat kita sayangi, pelindung kita, penguat diri kita, cahaya hidup kita. Saat ini tidak ada yang Via rasakan lagi selain rasa sakit yang amat besar. Dirinya seperti di bunuh secara perlahan.
"Terimakasih dok, saya akan urus kepulangan almarhum," ucap Vino.
Setelah dokter Andi keluar, Vino langsung menarik Via kedalam pelukannya dan mengusap pelan punggung Via, saat itu pula tangis Via pecah, ia menumpahkan segala rasa sakit kedalam air mata yang membasahi pipinya dan baju lelaki yang memeluknya. Vino makin mengeratkan pelukannya, berharap bisa sedikit meringankan beban yang gadis itu rasakan.
Vino melonggarkan pelukannya saat Via sudah mulai tenang," gua akan urus administrasinya dan semua untuk mengantar Lena ke tempat peristirahatan terakhir."
Via hanya mengangguk, ia juga tidak tega jika membiarkan kakaknya seperti itu lebih lama lagi. Mungkin Tuhan memberinya karma atas apa yang ia lakukan dulu pada kakaknya. Dan, karma itu sukses membuat dirinya hancur berantakan.
Skip.
Acara pemakaman sudah selesai beberapa jam yang lalu, syukurlah semuanya berjalan lancar. Sang adik juga hanya menangis selayaknya.
It's never ending. Suara notifikasi dari handphone Vino, tertera nama 'Bayan' dilayar handphonenya. Oh Gosh! Ia lupa mengabari sahabatnya itu karena terlalu fokus pada Via. Sekarang ia bingung harus bilang apa pada sahabatnya.
"Hallo,"
"Hallo Vin, kenapa baru di angkat sih. Kenapa Lo ga bilang kalau Lena udah ga ada hah! Harusnya Lo bilang Vin! Lo tau Lena itu cinta gue," tanpa melihat Vino tau sahabatnya marah besar padanya.
"Sorry Yan, gue ga maksud rahasiain ini dari Lo. Gue terlalu fokus buat nenangin Via, gue minta maaf," ucap vino. Terdengar helaan napas di seberang telepon.
"Ok, gue ngerti, bilang sama Via maaf gue ga bisa anter Lena untuk terakhir kalinya," Rayan menangis, Vino bisa mendengar suara isakan lelaki itu dari balik telepon.
Telepon ditutup sepihak oleh Rayan.Vino menghampiri Via yang sedang melamun di sofa rumahnya.
"Vi, gue janji bakal jadi pelindung Lo mulai sekarang, gue bakal jadi bulan buat malam gelap lo,"Via tidak mengerti apa yang dikatakan Vino,"bulan?" Ulangnya.
Vino mengangguk dan mengambil posisi di samping Via," gue ga akan bisa jadi matahari di hidup Lo, jadi gue akan jadi bulan untuk nemenin Lo di saat Lo susah dan sendiri," Vino tersenyum semanis mungkin.
Via ikut tersenyum mendengar kata-kata Vino. Hatinya yang mendingin sedikit menghangat karena kata-kata lelaki disampingnya.
Ini ending yah!!🥳🥳
Maaf bila feel-nya kurang dapet 🙏
Mimin masih belajar banget:)MIMIN RIA JUGA MAU MINTA MAAF LAHIR DAN BATIN🙏
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
1441 HIJRIAH 🥳SEMOGA SEMUA STAY HEALTHY
DENGAN STAY AT HOME🏘️Btw, Mimin mau bikin epilog nya di next part, yeyyyy🥳🥳🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Completed)
Teen FictionVIA.satu nama yang membuat Alena masih mau bertahan dengan semua kesengsaraan di hidupnya. Tidak punya ayah dan ibu harus membuat Alena harus rela banting tulang untuk biaya hidupnya dan adiknya penasaran dengan hidup Alena?cuss baca...