Ada rasa

12 5 1
                                    

"Thanks yah Vin, udah anterin gue pulang,"

"Sama-sama, btw Lena gimana kabarnya?"tanya Vino.

"Alhamdulillah kondisinya makin membaik, tapi dia belum bisa inget gue," terdengar nada sedih pada kalimat terakhir yang Via ucapkan.

Entah setan darimana, tangan Vino terulur untuk menyentuh rambut gadis di hadapannya itu,"Lo sabar yah, gue yakin Lena pasti balik kaya dulu lagi,"

Via tertegun saat merasakan elusan lembut di kepalanya, ia mendongak dan matanya melihat Vino sedang tersenyum tulus.

"Manis,"gumam Via,

"Apa?" Tanya Vino.

Via menggeleng kuat,"nggak ko, mau mampir dulu?" Tawar Via.

Vino melirik jam tangannya,"next time aja deh, gue harus balik,"

"Ok hati-hatilah yah,"

Mobil Vino sudah menjauh dari pekarangan rumah nya. Oh ya, dimana Alena? Sepertinya rumah sepi sekali?

"Assalamualaikum Via pulang," saat Via masuk keadaan rumah benar-benar sepi.

"Loh, kak Lena mana yah? sepi banget."

Prang!

Via terkejut mendengar sesuatu yang pecah dari arah dapur. Via berlari menuju dapur untuk memastikan apa yang pecah dan siapa yang memecahkannya.

Via tercengang saat mendapati keadaan kakaknya yang sedang menahan rasa sakit, lantas ia bergegas menghampiri Alena,"kak, kakak kenapa?"terlihat wajah yang sangat khawatir dari Via melihat kondisi kakaknya.

Alena masih meringis menahan rasa sakit di kepalanya, rasanya kepalanya mau pecah saja.

Via merogoh saku celananya dan mengambil handphone nya, ia segera menghubungi Rayan. Hanya lelaki itu yang bisa membantunya saat ini.

Sementara Alena, kejadian kejadian dimana seorang gadis tengah bekerja di sebuah cafe dan tertawa bahagia juga saat seorang gadis yang tertabrak sebuah truk karena menyelamatkan seseorang terus saja berputar di kepalanya bak kaset rusak.

"Kak Lena sabar yah, secepatnya kita kerumah sakit," ucap Via saat sudah selesai menelepon.

Butuh waktu dua puluh menit untuk menunggu Rayan datang, dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Setibanya Rayan di rumah Via dan Alena ia langsung berlari menuju dapur. Dan langsung membopong Lena ke mobil. Via mengikuti dari belakang. Mereka bertiga langsung melesat membelah jalanan ibukota dengan kecepatan tinggi. Alena tidak berhenti merintih membuat dua orang di mobil itu menjadi semakin khawatir.

Sekitar dua puluh lima menit akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Rayan dan Via berteriak seperti kesetanan memangil manggil petugas medis di sana. Mereka tidak menghiraukan tatapan tidak suka dari orang-orang yang merasa terganggu oleh tingkah mereka.

Sekitar lima suster menghampiri mereka dan langsung membawa Alena menuju ruang gawat darurat.

Via terus menangis dan menggenggam erat tangan Alena sambil mengikuti langkah para petugas medis.

"Mohon maaf, silahkan tunggu di luar,"

Via melepaskan genggamannya, ia menangis sesenggukan di lantai rumah sakit. Begitu pula Rayan, air mata lelaki tak berhenti keluar melihat orang yang ia cintai mengalami semua ini. Sebelumnya dua gadis itu sudah menderita karena harus kehilangan kedua orangtuanya saat masih kecil, mereka juga harus bisa berjuang menghadapi kerasnya kehidupan ini. Hingga karena kejadian waktu itu beban derita mereka bertambah. Oh Tuhan ia berharap mereka akan bahagia setelah semua cobaan yang kau berikan pada dua gadis ini.

Dari kejauhan Vino yang kebetulan sedang menemani sang bunda cek up melihat dua orang yang ia sangat kenali sedang menangis dan menunggu seseorang di balik pintu itu keluar. Ia memutuskan untuk menghampiri mereka.

Vino menepuk pundak sahabatnya, dan mengangguk seraya tersenyum menyemangati sang sahabat yang sedang dilanda kesedihan itu. Rayan membalas senyuman Vino dan kembali menundukkan kepalanya. Ia sangat bersyukur karena memiliki sahabat seperti Vino karena ia selalu ada saat dirinya sudah maupun senang.

Vino melirik gadis yang terduduk di lantai itu, ia mendekatinya dan membantu gadis itu untuk berdiri.
"Lo kuat Vi, gue tau itu. Jangan kaya gini, itu bakal bikin kakak lo sedih liat adik kesayangannya kaya orang gila duduk di lantai."

Entah keberanian darimana Via tiba-tiba memeluk Vino dan menangis sejadi-jadinya di dada bidang lelaki tersebut. Vino terkejut dengan yang dilakukan Via, tapi tak ayal ia membalas pelukan gadis itu tak kalah erat. Entah perasaan apa ini, rasanya ia nyaman seperti ini, ia nyaman bersama gadis yang ada di pelukannya ini.

Tiga puluh menit berlalu, seorang dokter keluar dari ruang gawat darurat tersebut. Melihat sang dokter sudah keluar ketiga orang yang sedari tadi menunggu sambil menangis langsung menghampiri sang dokter.

"Gimana keadaan dia dok?" Tanya Rayan.

"Keadaannya tidak baik, saya harus bicara dengan keluarganya," ucap dokter tersebut.

"Saya adiknya dok," ucap Via.

"Baiklah mari ikuti saya," Via berjalan mengikuti dokter tersebut untuk membahas apa yang terjadi pada Alena.

"Ehm sus, apa kita boleh masuk?" Tanya Rayan pada salah satu suster di sana.

"Tentu, tapi mohon jangan berisik pasien butuh istirahat,"jawab suster.

"Baik sus, terimakasih," kata Rayan.

Saat mereka masuk, yang mereka lihat adalah seorang gadis cantik yang terbaring lemah dengan banyak alat yang tersambung pada dirinya.

"Cepat sembuh Len, cepet inget kita lagi. Jujur gue lebih suka Lo yang dulu di banding yang sekarang. Walaupun Lo yang sekarang ga nolak gue, tapi gue ga bahagia liat adik Lo menderita kaya gitu. Wake up Lena Lo ga kasian sama Via," Rayan sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, biarkan saja orang orang bilang ia cengeng, nyatanya semua orang pasti akan menangis di saat orang berharga dalam hidupnya menderita.

Vino terenyuh melihat sahabatnya seperti itu, Rayan yang terkenal dingin dan cuek sekarang rasanya semua gelar yang melekat di dirinya menghilang saat ia benar-benar mencintai seseorang. Sedahsyat itukah yang namanya cinta? Rayan bahkan rela menghabiskan uangnya demi pengobatan Alena. Akankah dirinya seperti sahabatnya ini? Berjuang dan berkorban demi yang namanya cinta?

Di lain tempat, di waktu yang sama Via tengah membahas kondisi Alena dengan dokter tadi.

"Kondisinya melemah, sepertinya metode yang kalian lakukan untuk mengembalikan ingatannya mempengaruhi kesehatannya," penjelasan sang dokter membuat Via semakin dilanda rasa bersalah.

"Lalu apa yang harus dilakukan dok?"tanya Via.

"Jangan terlalu memaksakan ia mengingat sesuatu yang ia lupakan karena itu akan berakibat buruk padanya, sebaiknya kalian menunggu ingatan itu kembali dengan sendirinya,"

"Menunggu? Tapi sampai kapan dok? Sampai kapan kakak saya lupain saya?" Lirih Via.

"Itu kuasa Allah, kita hanya perlu bersabar, saya yakin kakak mu segera mengingat kalian semua,"

"Baik dok terimakasih," Via berjalan lunglai keluar dari ruangan dokter tersebut. Sampai kapan ia harus menunggu?

Hayy gess ria balik lagi sama Lena dan Via nih yeyyy🥳🥳🥳

Lena ingat lagi ga yah sama mereka? '(

Pantengin terus ceritanya yah🤪 biar kalian ga ketinggalan kisah mereka:))

And jangan lupa tinggalkan jejak 😇

Salam manis dari aku😬

ALENA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang