Senang rasanya jika orang yang kau sayang kembali menyayangi mu.
_Via Olivia_
Setelah kejadian di cafe Alena harus beristirahat selama beberapa hari, mereka tidak menyangka bahwa hal itu membuat Alena sampai seperti sekarang ini."Shh," terdengar rintihan dari seseorang.
"Kak, kakak udah bangun?" Tany koa Via, dari semalam ia menemani Lena istirahat, sampai-sampai ia harus tertidur di kursi kayu yang keras.
Entah kenapa hati Lena terasa perih saat melihat gadis yang selalu menjaganya ini harus sampai tidak tidur semalaman, ia tau karena kantung mata yang menghitam menghiasi matanya. Tapi kenapa? Bukannya dia ga peduli sama gadis itu? Lalu perasaan apa ini? Kenapa rasanya sakit sekali?
Via mengibaskan tangannya di depan wajah Lena membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. "Kak, are you ok?" Tanya Via lagi.
"Ga papa ko," jawab Lena singkat.
"Kakak butuh apa? Biar aku ambilin?"
Lena menggeleng."Ya udah kalau gitu. Kakak ga papakan di rumah sendiri dulu?"
"Emang kamu mau kemana?"
"Aku ada kerja kelompok, jadi ga apakan?" Bohong. Via berbohong, ia sama sekali tidak ada kerja kelompok apapun dari sekolahnya dan hari inipun sekolahnya sedang libur karena ada wabah virus. Ia harus menepati janjinya untuk bekerja di cafe Salsa selama sebulan tanpa upah. Itu bukan masalah baginya.
Lena mengangguk setuju. " Kalau gitu aku berangkat yah kak, kakak hati-hati di rumah," pamit Via.
Mata Lena tak lepas menatap kepergian Via.***
"Sampe juga Lo," baru saja Via tiba, langsung di hadiahi tatapan sinis Salsa, Via jadi menyesal sekarang karena pernah jadi temannya dan kenapa Rere tuh betah banget temenan sama Mak lampir ini? Oh Iyah mereka kan sama aja.
Via tidak menghiraukan perkataan bos laknatnya ini, lebih baik ia segera bekerja lalu pulang dari pada harus melayani ucapan tak bermutunya Salsa." Apa yang harus gue kerjain?" Tanya Via to the point.
Salsa tersenyum sinis, pegawai barunya ini melunjak, untung saja ia tidak menggajinya," kayanya ga sabar banget sih, oh ya pertama lo ga boleh pake kata gue lo, kalau ngomong sama gue yah, panggil gue bos."
Via memutar mata malas, "Iyah, bos,"jawabnya malas.
Salsa tersenyum senang melihat mantan temannya ini menderita. Kalian boleh mengatakan bahwa dirinya jahat, biarkan saja ia tidak peduli.
"Ok sekarang Lo ikut gue," Via mengikuti kemana Salsa membawanya. Hingga mereka tiba di dapur, lebih tepatnya ini seperti tempat cuci piring.
"Lo cuci semua itu, abis itu lo bersihin meja-meja yang kotor, ngerti?" Setelah memberitahu tugas yang harus Via kerjakan Salsa melenggang pergi meninggalkan Via dengan pekerjaannya.
"Kalau aja gue ga tau yang namanya terimakasih," Via menggerutu sambil mengepalkan tangannya membentuk sebuah tinju yang di arahkan pada Salsa yang sudah keluar, seakan-akan Salsa akan merasakan sakit dari tinjunya itu. Ia menghela napas berat untuk meredam emosinya, setelah merasa lebih baik barulah ia memulai untuk mengerjakan pekerjaannya.
Setelah hampir setengah jam Via baru bisa menyelesaikan pekerjaan yang di berikan, sekarang ia harus membersihkan meja-meja yang kotor. Ini sungguh melelahkan, dia salut pada kakaknya yang harus tiap hari melakukan hal seperti ini.
Via memakai sesuatu agar bajunya tidak kotor saat membersihkan meja-meja. Oh astaga, ia baru sadar jika pelanggan cafe ini jorok jorok, lihat saja, tumpahan makanan dan minuman di setiap meja. Sudah lima meja yang ia bersihkan dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 15.30 itu artinya ia sudah bekerja sekitar dua jam lebih dan sudah waktunya ia pulang ke rumah.
Via merapikan peralatan yang ia gunakan saat bekerja terlebih dahulu. Baru saja ia akan melangkah meninggalkan cafe suara seseorang membuat langkahnya berhenti.
"Mau kemana heh?" Salsa melipat kedua tangannya di bawah dada.
"Pulang. Inikan udah jam pulang cafe lo- eh-bos," sungguh Via muak jika harus terus menyebut Salsa bos.
"Kecuali Lo baru boleh pulang kalau Lo udah sapu dan pel lantai," Salsa sama sekali tidak peduli melihat raut kelelahan Via, toh perjanjiannya Via akan menjadi babunya bukan? Bukankah tugas seorang babu menuruti semua perintah majikannya?
Mata Via membelalak, yang benar saja ia sudah lelah sekali dan sekarang ia belum boleh pulang dan harus membersihkan lantai? Sekali lagi Via menyesal pernah berteman dengan gadis ini. Ingin menolak, tapi ia sudah membuat perjanjian yang tidak bisa diingkarinya dan sekarang berakhir ia mengerjakan apa yang Salsa katakan dengan terpaksa.
"Tuh di situ belum bersih,"
"Duh yang bener dong ngepel nya, gitu aja ga bisa,"
Sudah lima belas menit Via membersihkan lantai dan sudah lima belas menit pula Salsa terus berkomentar.
"Udah, gue mau pulang," ketus Via.
Salsa mengedarkan pandangannya,"ok bersih, sekarang Lo boleh pulang."
Akhirnya yang ia tunggu-tunggu tiba juga, ia ingin segera sampai di rumah dan istirahat sepuasnya.
"Via," merasa di panggil Via membalikkan badannya.
"Vino? Lo ngapain di sini?" Tanya Via saat sudah mengetahui orang yang memanggilnya.
Bukannya menjawab pertanyaan Via laki-laki itu malah menjawab dengan jawaban berbeda,"ini jalan umum,"
Benar juga yang laki-laki ini katakan," ya udah gue duluan yah,"
"Eh tunggu," tanpa sadar Vino mencekal lengan Via sehingga gadis itu menghentikan langkahnya.
"Apa?" Tanyanya.
"Mau bareng? Gue sekalian lewat sana," karena lelah tanpa pikir panjang Via mengiyakan ajakan Vino.
Gimana ceritanya?Duh makin ga jelas yah? Maklum author masih amatir 😭
Jangan lupa tinggalkan jejak yah:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Completed)
Teen FictionVIA.satu nama yang membuat Alena masih mau bertahan dengan semua kesengsaraan di hidupnya. Tidak punya ayah dan ibu harus membuat Alena harus rela banting tulang untuk biaya hidupnya dan adiknya penasaran dengan hidup Alena?cuss baca...