Tiga orang sedang terdiam di satu ruangan yang serba putih itu, tidak ada yang memulai pembicaraan, mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing sambil memandangi gadis yang terbaring lemah di brankar rumah sakit. Hingga suara isak tangis memecah keheningan yang tercipta sebelumnya. Mereka saling bertatapan, tidak ada yang menangis diantara mereka bertiga, lalu suara tangis siapa itu? Mereka kompak melirik ke arah gadis yang sedang terbaring itu.
Matanya masih terpejam, tapi air mata menetes dari pelupuk matanya. Sepertinya ia sedang bermimpi buruk atau menyedihkan hingga mengigau menangis seperti itu.
"Kak, kak Lena," panggil Via panik.
Dua orang yang duduk di sofa pun bangkit dan berjalan mendekat ke arah brankar, mereka sama-sama melihat apa yang terjadi.
Mata yang tertutup rapat itu bergerak, jari-jari tangannya pun ikut bergerak. Mereka yang menyaksikan itu tersenyum senang, tuan putri mereka menunjukan peningkatan.
"Ayo Len Lo pasti bisa," batin Rayan.
"Ayo kak, pasti bisa," Via membatin.
"Ayo Len, jangan bikin adik lo sedih lagi, karena gue ga bisa liat dia sedih," batin Vino.
Gagal. Mata itu tak terbuka, membuat mereka yang sudah berharap besar harus menghela napas kecewa.
"Coba lagi Len, Lo pasti bisa," gumam Rayan. Lelaki itu mencoba tabah dan tidak menyalahkan keadaan.
Berbeda dengan Via, gadis itu terlihat ingin meneteskan air matanya namun ia tahan sekuat tenaganya. Vino melihat itu, entah sejak kapan dirinya begitu peduli pada gadis disebelahnya ini," Lo yang sabar yah Vi, gue yakin sebentar lagi kakak Lo pasti sadar," ucap Vino menyemangati. Via mengangguk pelan.
"Gue mau ke kantin, kalian mau nitip?" Tanya Vino.
"Gue ngga deh, ga laper juga," jawab Rayan, ia melirik ke arah Via,"Vi Lo makan Sono, gue ga mau Lo sakit gara-gara ga makan,"lanjut Rayan.
"Gue ga laper, makasih," Via masih tidak mengalihkan pandangannya dari Alena. Ia terkejut saat tangan seseorang menariknya keluar.
"Lo harus makan titik, ikut gue sekarang," ucap Vino seraya menarik lengan Via lembut. Via pasrah mengikuti langkah Vino membawanya, jujur ia juga lapar, tapi ia tak enak hati dengan dua lelaki yang selalu membantunya itu.
"Nah Lo duduk sini, biar gue pesenin,"
"Eh, ga usah Vin, gue bisa ko pesen sendiri,"ucap Via tak enak hati.
"Ga papa, Lo sini aja yah awas kalo kemana-mana," setelah mengancam Vino melangkahkan kakinya ke salah satu stand makanan yang ada di kantin rumah sakit.
"Dia ga nanya gue mau pesen apa gitu,"gumam Via.
Sekitar lima menit Via menunggu Vino kembali, dan sekarang lelaki itu sudah duduk di depannya sambil membawa dua piring nasi goreng.
"Ini buat Lo, gue pesenin nasi goreng soalnya Lo belum makan dari kemaren," ucap Vino sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
Via tersenyum dan ikut menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Hati Via merasa bahagia, karena masih ada orang yang peduli pada dirinya setelah apa yang ia lakukan pada mereka dulu. Membayangkan itu membuat bibirnya membuat lengkungan seperti bulan sabit yang indah.
Menyadari Via tidak memakan makanannya Vino berkata," di makan makanannya, jangan senyum terus kaya orang gila,"
Via mengerucutkan bibirnya mendengar kata-kata tidak mengenakan dari bibir lelaki tampan itu. Ia memasukan makanannya dengan kasar ke dalam mulutnya sambil memutar matanya malas.
Vino terkekeh melihat tingkah menggemaskan dari gadis di hadapannya. Ia tau Via itu gadis baik hanya saja ia salah memilih pergaulan dulu, dan ia yakin sekarang Via sudah berubah dan banyak belajar dari kejadian yang terjadi.
Di dalam ruang rawat Alena, Rayan menggenggam erat tangan gadisnya yang terasa semakin dingin hari demi harinya. Terhitung sudah lima hari Alena tidak sadarkan diri sejak kejadian di dapur rumahnya.
"Len, Lo balik kan? Lo ga akan ninggalin gue kan?" Terdengar nada yang sangat menyayat hati dari mulut yang selalu mengucapkan kata-kata manis pada gadis ini," Lo ga akan tega kan ninggalin Via, dia rindu Lo Len. Gue janji, gue ga akan memaksakan apapun lagi, gue ga akan maksa lo buat inget masa lalu lagi, gue cuma mau Lo balik, cukup jalan-jalan di mimpinya," semenjak Lena seperti ini, dirinya menjadi cengeng.
Tangan itu bergerak lagi di genggaman tangannya,"Len, Alena."
Mata indah itu akhirnya terbuka menunjukkan keindahan yang selama ini menghilang. Alena mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netra nya. Mata itu terbuka dengan sempurna, menerbitkan senyuman indah dari Rayan.
"Len udah sadar, gue kangen Lo," lelaki itu langsung memeluk erat gadisnya menumpahkan seluruh rasa rindu yang ia rasakan selama beberapa hari ini.
"Rayan,"panggil Lena lirih
"Yes, i'm here sweety" sahut Rayan sambil terus mengecupi tangan Lena, "ah Iyah gue harus panggil Via sama Vino buat tau kabar baik ini," langkah Rayan terhenti saat Lena mencekal lengannya. Ia menoleh menatap seolah bertanya'kenapa?' seolah mengerti maksud Rayan Lena menggeleng. Rayan tak bisa menolaknya ia kembali duduk di kursi dekat brankar.
"Ada yang sakit ga? Mau gue panggilin dokter," Lena hanya menggeleng.
"Yan, gue mau bilang sesuatu," ucap Lena. Ia kembali teringat dengan mimpinya yang menyeramkan lebih seram dari film horor yang ia sering tonton.
"Apa? Ngomong aja,"
Lena menghela napas berat sebelum berkata," kalau gue udah ga ada, gue mau Lo jagain Via yah, buat dia bahagia,"
"Tunggu ada yang salah di sini, ingatan Lo balik lagi tapi ga- ga, gue harus panggil dokter," Rayan melangkah keluar dan tidak menghiraukan panggilan dari Lena.
Via dan Vino merasa heran kenapa Rayan seperti sedang ketakutan, apa yang terjadi? Ada apa dengan Alena?
Mereka langsung berlari menuju kamar rawat Lena. Jantung mereka berpacu dengan cepat, takut akan sesuatu yang buruk sedang terjadi.
Saat mereka membuka pintu alangkah leganya mereka karena yang mereka khawatirkan tidak terjadi, mereka malah melihat Lena sedang minum dengan tenang."Kak,"panggilan dari Via membuat Alena menoleh.
"Via, sini kakak kangen kamu," ucap Lena sambil merentangkan tangannya meminta di peluk. Tanpa basa-basi Via langsung berlari dan memeluk erat kakaknya. Ia senang kakaknya menyayanginya lagi, ia senang kakaknya yang dulu kembali.
"Aku kangen kakak, aku seneng kakak udah sadar,"
"Kakak juga seneng bisa liat kamu lagi," Lena melihat Vino yang berjalan menaruh buah-buahan ke nakas.
"Gue seneng Lo udah sadar Len, adik sama sahabat gue udah kaya orang gila liat Lo ga sadar," ucapan Vino membuat Lena tersenyum.
Via sangat amat senang kakaknya kembali, tapi kenapa Rayan seperti orang khawatir yah?
Kali ini ria akan double up ok🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Completed)
Teen FictionVIA.satu nama yang membuat Alena masih mau bertahan dengan semua kesengsaraan di hidupnya. Tidak punya ayah dan ibu harus membuat Alena harus rela banting tulang untuk biaya hidupnya dan adiknya penasaran dengan hidup Alena?cuss baca...