Tujuh

1K 61 1
                                    

****
19.30

"Appa memberitahuku bahwa kau akan bekerja di perusahaan kami" Taehyung membuka pembicaraan.

Narin yang sedang membaca sebuah majalah pun menatap Taehyung.

"Benarkah? Pekerjaan apa yang akan aku dapatkan?"

"Kau akan menjadi sekretaris Jimin"

Mendengar hal itu Narin sedikit tidak menyangka, setau dia menjadi sekretaris adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah memiliki gelar saja.

"Aku tidak memiliki keahlian apapun dalam pekerjaan itu"

"Jimin akan mengajarkan segalanya kepadamu, ini perintah Appa ku kau turuti saja"

Narin nampak berpikir.

"Kenapa aku tidak menjadi sekretarismu saja?"

Taehyung tertawa remeh mendengar pernyataan Narin.

"Aku sudah memiliki sekretaris yang jauh lebih berpendidikan daripada dirimu, aku tidak bisa membiarkan sembarang orang menjadi sekretarisku"

"Jadi maksudmu aku tidak layak?!" Narin mulai memanas lagi.

"Iya tentu saja, kau memang tidak layak aku juga tidak mengerti mengapa Appa memberikan pekerjaan itu kepadamu"

Ingin Narin meluapkan emosinya sekarang tapi ia tertahan, ia tidak ingin ada pertengkaran lagi antara dirinya dan Taehyung. Ia hanya ingin melakukan tugasnya dengan baik sampai waktu itu datang. Narin pun mencoba menenangkan dirinya dan berusaha untuk tidak terpancing oleh perkataan Taehyung.

"Kau benar, aku memang tidak layak untuk pekerjaan itu. Jadi sampaikan kepada Appa mu dia bisa memperkerjakan aku sebagai staff biasa saja"

Taehyung tertegun, ada apa dengan gadis itu? Mengapa ia tidak mengeluarkan amarah nya ketika Taehyung telah menjatuhkannya seperti itu.

"Kau benar-benar bodoh? Bagaimana pikiran orang lain nanti? Istri dari Kim Taehyung hanya bekerja sebagai staff? Appa ku tentu tidak akan menyetujuinya"

"Kau harus ingat apapun yang kau lakukan sekarang tentu itu semua akan menyangkut kepadaku, aku tidak ingin tujuanku hancur hanya karena dirimu" tambah Taehyung.

"Aku ada disini sekarang untuk membantumu mewujudkan impian mu bukan? jadi tidak mungkin aku akan menghancurkan tujuanmu itu"

"Kalau begitu turuti saja semua yang diperintahkan kepadamu" Kini Taehyung telah berdiri dari meja kerjanya.

Narin terdiam, ia terduduk di ujung ranjangnya. Narin pun menundukkan kepalanya, ternyata ia sedang menangis. Melihat Narin yang menangis Taehyung merasa tidak mengerti dan ia berjalan menuju ke Narin.

"Kenapa kau menangis? Kau keberatan dengan perintah Appa ku?" Tanya Taehyung yang telah berdiri dihadapan Narin.

"A..aku hanya merindukan eommaku" ucap narin pelan.

Taehyung terdiam sejenak, pandangannya menatap jendela apartement mereka.

"Kau bukan anak kecil lagi, berhenti menangis seperti itu"

Narin mendongak dan berdiri, kini Narin dan Taehyung sedang berhadapan dengan jarak yang lumayan dekat.

"Aku merindukan eomma ku, apa itu seperti anak kecil bagimu?"

"Iya, itu sangat kekanak-kanakan"

"Apa kau tidak pernah merindukan eomma mu?"

Pertanyaan Narin bak pedang yang menghunus hati Taehyung. Sakit, itu yang ia rasakan.

My Terrible Husband [KTH] *NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang