Dua belas

1K 65 1
                                    

Taehyung mengamati Narin yang mengobati tangannya. Kini mereka hanya berdua di ruangan Taehyung. Jimin dan Irene telah meninggalkan ruangan itu begitu mereka melihat Taehyung yang sudah cukup tenang di pelukan Narin.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Narin sambil tangannya sibuk membalutkan perban ke tangan Taehyung.

"Kenapa kau disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Narin, taehyung malah berbalik memberikan pertanyaan kepada Narin.

"Aku tidak ingin melihatmu melukai dirimu sendiri" jawab Narin yang masih fokus mengobati tangan Taehyung.

Debaran aneh menghujam dadanya, ia seperti memberontak tapi begitu hangat ia rasakan. Seumur hidupnya ia tidak pernah memiliki debaran seperti itu di dirinya. Jantungnya seperti tak terkendali, berdebar begitu cepat mendengar penuturan gadis dengan surai panjang itu.

Mengapa gadis itu datang ke kehidupannya dengan membawa banyak hal ke dalam hidupnya. Hal yang mungkin tidak ia sadari atau hal yang mungkin belum pernah ia rasakan.

"Kau tau, aku sangat membencimu" Taehyung menarik tangannya dari tangan Narin.

Narin mendongak menatap Taehyung. Mendengar Taehyung mengatakan hal itu berkali-kali padanya, ternyata telah membuat ia tidak terkejut sama sekali. Ia benar-benar paham bahwa pria dihadapannya itu akan selalu membencinya, tapi itu tidak menjadi masalah untuknya. Kebencian di dalam diri Taehyung untuknya tidak akan menggoyahkan dirinya untuk berhenti melakukan Tugasnya.

"Kau boleh membenciku, tapi kau tidak boleh menyakiti dirimu sendiri"

Narin beranjak dari tempatnya semula, ia pun membereskan sisa obat dan kain perban, ia mengembalikannya ke dalam lemari kecil P3K milik Taehyung.

Narin hendak melangkah meninggalkan ruangan serba putih itu, akan tetapi tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Ah iya sau lagi, terima kasih kau telah membiarkan karyawan mu untuk bekerja lagi, terima kasih karena ternyata kau bisa mengalahkan egomu sendiri" ucap Narin kepada Taehyung yang kini tidak menatapnya sama sekali.

Narin hanya menghela napas sebentar kemudian ia melangkah berbalik meninggalkan Taehyung dan ruangannya itu.

"Kenapa bisa ada pria menyebalkan seperti dia di dunia ini?" Gerutu Narin pelan.

*****

Narin mengetuk pintu ruangan Jimin, dan kemudian ia memasukinya dengan pelan.

Didalam sana Jimin hanya menatap Narin dengan perasaan kecewa. Tapi kenapa ia memiliki perasaan kecewa? Mengapa ia kecewa setelah melihat apa yang dilakukan Narin kepada Taehyung? Siapa dia? Siapa dia hingga ia bisa dengan lancang memiliki perasaan seperti itu?

"Maaf mengganggu, saya ingin memberikan berkas yang sudah saya rekap semuanya" Ucap Narin dengan berjalan mendekat ke arah Jimin.

"Letakkan saja di meja ku" jawab Jimin dan segera memainkan komputer yang semula tidak disentuhnya sama sekali.

"Baik Tuan" Narin menunduk segera meletakkan berkasnya itu dan segera melangkah mundur hendak meninggalkan ruangan itu.

Alih-alih Jimin sedang fokus ke layar monitor di depannya, padahal ia sedang berperang dengan pikiran dan hatinya. Ia hanya merutuki dirinya sendiri hingga akhirnya ia sudah tidak tahan.

Jimin berdecak kesal, dia pun beranjak dari kursi nyamannya itu dan segera menghampiri Narin yang akan meninggalkan ruangannya.

"Narin" Jimin meraih dengan cepat lengan Narin dan membawa Narin menghadapnya.

Narin menatap Jimin dengan tidak megerti sama sekali.

"A..ada apa Tuan?" Tanya Narin dengan mencoba menjauhi Jimin begitu dirinya sadar posisinya kini sangatlah dekat dengan Jimin.

My Terrible Husband [KTH] *NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang