Lima belas (Hilangkan Perih ini)

1K 62 3
                                    

*****

"Perusahaan Kim?" Terdengar suara berat yang sedang mengisi ruangan sepi itu.

"Iya anakku, kau dan Appa nanti yang harus datang di meeting itu" Terang Tuan Cha kepada putranya itu.

"Kapan itu Appa?"

"3 hari lagi"

Pria pemilik nama lengkap Cha Eunwoo itu tampak merenung sejenak. 3 hari lagi? Sejujurnya ia telah berencana akan mengunjungi rumah Narin 3 hari lagi setelah ia dan teman-temannya telah mendatangi rumah mantan kekasihnya itu. Akan tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk menolak ajakan Appanya karena Eunwoo termasuk seorang anak yang sangat penurut dengan perkataan orang tuanya apalagi Appanya.

Apakah kini harapannya untuk bisa bertemu dengan gadis yang ia cintai itu harus sirna lagi?

"Hm baiklah Appa, kalau begitu aku kembali ke ruang kerjaku dulu" Eunwoo langsung pamit setelah memberikan jawabannya.

Memang sejak ia telah resmi lulus dari sekolahnya, Eunwoo telah diangkat menjadi Direktur di perusahaan Appanya, meskipun demikian Appanya tetap mengharuskan Eunwoo melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat menyanding gelarnya sebagai Direktur perusahaan Cha itu.

"Apakah kita tidak akan pernah bisa bertemu lagi Narin?" Gumam lirih Eunwoo sambil memandang selembar foto kecil ditangannya.

"Kenapa kau pergi dariku tanpa mengucapkan salam perpisahan sedikitpun? Kau tau Narin, kau adalah gadis yang selalu aku ceritakan kepada Appa, aku berharap suatu hari nanti kau akan jadi milikku selamanya" Mata coklat Eunwoo tidak hentinya menatap foto yang memperlihatkan seorang gadis yang tengah tersenyum dengan sangat manis.

Di ruangan yang terbilang cukup luas itu terasa sangat sempit untuk Eunwoo yang kini hanya bisa menahan gejolak di dalam dadanya, ia hanya bisa memegangi dadanya yang terasa nyeri, seharusnya ia melakukan pekerjaannya tetapi pikirannya membuat ia memikirkan gadis yang belum tentu memikirkannya itu.

"Ah sakit" pekik Eunwoo sambil tangannya meremas kemeja yang menempel di tubuhnya.

-Apakah seperti ini perihnya kehilangan seseorang yang dicintai?-

*****

Taehyung mengamati wajah Narin yang terlihat pucat itu, tubuh ramping di hadapannya masih terlihat sangat lemas bahkan mata yang selalu menatapnya dengan penuh makna masih dengan setia tertutup.

Perlahan Taehyung meraih tangan putih nan halus itu, ia menggenggamnya tanpa ada balasan dari si pemiliknya. Dengan perasaan ragu Taehyung mulai mengusap rambut Narin dengan lembut.

"Apa kau sangat terluka kepadaku?" Tanya Taehyung pelan kepada gadis yang masih belum sadarkan diri itu.

"Apa aku sudah terlalu banyak menyakitimu?"

"Narin aku membencimu tapi semakin lama aku mengucapkan itu, aku semakin ragu dengan diriku"

Jimin yang ternyata sedari tadi mengamati Taehyung dan Narin dari kejauhan, sedikit terkejut mendengar penuturan Taehyung.

"Taehyung-ah kau bukan membencinya tapi kau mencintainya" Jimin bergumam seakan-akan ia menjawab pernyataan Taehyung.

Sesaat Jimin merasa tidak terima dengan kenyataan yang ia ketahui itu, ia tidak tau persis dengan dirinya tapi melihat Taehyung yang menggenggam tangan Narin, membuat hatinya seperti disayat dengan pisau yang sangat tajam.

Jimin terluka.

"Aku mencintaimu, Narin" lirih pedihnya sangat menusuk batinnya.

Pikirannya mengacau.

Hatinya perih.

Jimin meremas dadanya, ia mengerjap. Tidak, ia tidak tahan melihat Taehyung bersama Narin, langkahnya membawa ia berjalan mundur menjauhi klinik itu dengan membawa perasaan hancur dihatinya.

- Hanya orang yang kita cintai lah yang dapat melukai tanpa menyentuh sedikitpun -

*****

My Terrible Husband [KTH] *NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang