Live in Hindia Belanda

2.7K 129 45
                                    

         C I N T A   D I   L A N G I T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

         C I N T A   D I   L A N G I T

H I N D I A               B E L A N D A


Djawa , 1940

Gadis pribumi itu keluar dari gubuknya, sembari membawa bakul penuh pakaian kotor. Hanya mengenakan kain batik lusuh untuk menutupi tubuh sintalnya, kulitnya bewarna kuning Langsat sebab ayahnya keturunan pribumi dan China, sedangkan ibunya wanita Djawa, pribumi asli. Surai hitam tebalnya ia sanggul tinggi membuat beberapa helaian anak surainya berterbangan bebas di terpa angin.

"Lasmi, yen wis rampung, enggal mulih nduk, mbebayani¹."

" Nggih mbok,  Lasmi jemput Kirana dulu ya, Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam."

Lasmi pun melangkahkan kakinya ke gubuk Kirana yang hanya berselang beberapa gubuk dari gubuknya.

Wajar memang bila masyarakat di desa Cempaka hanya menetap dan berlindung dari panas matahari dan dinginnya hujan di gubuk reyot dan rapuh, sebab memang desa ini terkenal desa yang miskin karena seluruh tanah petani, yang seharusnya digunakan untuk menanam padi, dialihkan untuk menanam tebu, atas perintah, pemerintah Hindia Belanda.

Di desa ini pun penjagaan nya cukup ketat, tak heran bila banyak serdadu Belanda berseliweran kesanaa kemari, untuk melakukan patroli atau hanya sekedar modus ingin menggodai gadis gadis desa.

" Kirana, ayo loh cepetan. Udah hampir pagi, bahaya nanti ada Londo," ucap Lasmi tak sabaran dari luar gubuk Kirana, sembari membenarkan letak bakul yang di pikulnya di pinggang kiri.

" Nggih, udah siap. Ayo!," Ucap Kirana kemudian melangkahkan kakinya keluar gubuk.

Di desa ini terdapat sumber air utama yaitu sungai, digunakan untuk seluruh kebutuhan hidup masyarakat di desa Cempaka. Ntah untuk kebutuhan rumah tangga, pengairan sawah, ladang dan sebagainya, dan yang pasti untuk mencuci pakaian. Saat matahari mulai naik, biasanya para Londo itu telah keluar dari markas mereka untuk melakukan patroli. Tak jarang banyak Londo yang haus akan belaian seorang wanita, iseng duduk di pinggiran sungai. Untuk melihat aktivitas gadis gadis desa.

Mangkanya banyak orang tua yang mewanti wanti anaknya agar tak ber lama lama di sungai, karena takut bila bertemu serdadu Belanda dan akan di perkosa disana.

" Hey, Lasmi Kirana. Kok tumben kalian kesiangan, biasanya paling awal datang," ucap salah satu gadis desa menyambut kedatangan dua sejoli itu di pinggiran sungai.

"Iya, nih. Kirana kesiangan mangkanya telat hehehe," ucap Lasmi mengeles, yang disambut pelototan tidak terima dari orang yang menjadi kambing hitamnya.

" Eh cangkemmu itu, enak sekali mengkambing hitamkan orang. Tidak Parti, kami kesiangan karena Lasmi telat bangun, lama aku menunggu dia sampai harus melakukan pekerjaan rumah yang lain terlebih dahulu," ujar Kirana membela diri, membuat Lasmi menjuihkan bibir.

Cinta Di Langit Hindia BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang