10. Ten

25.2K 1.1K 26
                                    

Kesha membuka matanya pelan saat merasa tidak nyaman. Kelopak mata Kesha mengerjap dan menyesuaikan pengcahayaan yang masuk.

Gelap. Pengap.

Itulah yang Kesha tangkap pertama kali saat matanya sudah terbuka sempurna. Kesha melontarkan padangannya keseluruh penjuru ruang, ini bukan kamarnya. Dia berada dimana sekarang?

Ruangan ini sangat asing bagi Kesha, ini sempit dan minim cahaya, udara juga sangat terbatas mebuat Kesha sedikit engap. Bahkan hanya cahaya bulan saja yang masuk menerangi ruangan itu.

Kesha juga tersadar, dia bukan sedang berbaring tapi terduduk di kursi kayu yang kumuh dengan tali melilit dirinya di sandaran kursi tersebut. Apa-apaan ini? Apakah Kesha di culik? Siapa pelakunya.

Kesha mengingat-ngingat apa yang sudah terjadi. Terakhir kali Kesha sedang berada di kamar bersama Nadia dan Kenzo tiba-tiba menelpon dan mengajaknya menikah. Apa boleh kita simpulkan kalau pelakunya adalah Kenzo? Lantas siapa lagi kalau bukan dia? Kesha tidak memiliki musuh sebelumnya. Sekarangpun tidak, hanya si Kenzo saja yang menjadi pengacau di hidupnya saat ini.

Suara-suara aneh mulai terdengar di telinga Kesha, dia mulai ketakutan. dia merasa seperti ada yang berjalan di plapon sana, Kesha bergidik. Dia sangat takut dengan tikus, cicak dan kecoa. Terlebih lagi dengan kecoa terbang. Itu sangat menyeramkan.

Krieettt

Pintu berderit pelan dan berangsur terbuka. Semakin lama pintu itu terbuka semakin lebar dan menampakkan sosok hitam besar. Oh tidak, itu hanya seseorang dengan pakaian serba hitam. Siapa dia?

"Sudah bangun, tuan putri?" tanya orang itu datar, suaranya pelan tapi mampu membuat bulu kuduk Kesha berdiri, orang itu menyerigai hingga Kesha kesulitan menelan salivanya. Dia Kenzo.

"Apa lagi maumu hah?!" tanya Kesha setengah membentak. Sebenarnya dia sangat takut sehingga menaikan beberapa oktaf suaranya agar rasa gugupnya tak terlihat. Bukankah itu ide yang bagus? Ya seharusnya begitu.

"Hey, mulutmu sudah berani sekali ya?" Kenzo menunduk dan mengapit dagu tirus Kesha dengan ibu jari dan telunjuknya. "Kau sepertinya--

Cih

"Berani sekali kau," Kenzo mendorong dagu Kesha kasar kemudian menyeka wajahnya yang diludahi Kesha denga lengan atas bagian luar. Matanya menatap Kesha nyalang.

Plakk

Satu tamparan melayang dan mendarat manis di pipi putih Kesha yang kini sedikit memiting akibat dari tamparan keras tersebut.

"Itu akibat dari sikap kurang ajarmu!" hardik Kenzo marah, dia memandang Kesha remeh. "Lain kali berpikirlah sebelum bertindak," ingatnya kemudian.

Kesha menunduk. Oh seperti ini rupanya di tampar. Lumayan juga rasanya, jadi ini kah yang dirasakan Nadia selama ini. Jangan kira Kesha tidak tahu menahu masalah pasangan aneh itu.

"Apa maumu?" tanya Kesha dingin, dia sedikitpun tidak ingin melihat wajah Kenzo. Demi apapun dia pertama kali yang menaparnya, sebelumnya tidak pernah ada yang menamparnyan. Bahkan Arvin pun tidak pernah.

Klek

Tidak tau sejak kapan Kenzo sudah memegang pistol dan mnegisi dengan peluru di depan mata Kesha membuat Kesha keringat dingin.

"Padahal aku ingin bermain sedikit lama, tapi kau malah menanyai pertanyaan itu sekarang. Ya mau di apa inilah mauku," Kenzo tersenyum lebar dan mengarahkan pistolnya ke kepala Kesha. Tepat di dahi, di pertengahan, di antara mata kiri dan kanan. "Pesan terakhir?" tanyanya, Kesha hanya diam mematung seperti sudah pasrah.

Mafia's Wife [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang