16. Sixteen

24.5K 1.1K 83
                                    

Kenzo tidak bisa  terlelap walaupun jam pada dinding kamarnya sudah menunjukan pukul 02.02 dini hari. Pikirannya terus berkelana dan enggan rasanya membiarkan sang empunya beristirahat. Dia memutar badannya memunggungi Kesha, kemudian membalikan lagi badannya mengahadap istrinya yang sudah terlelap sejak jam 10 tadi. Kenzo berusaha mencari posisi ternyamannya.

Karena tidak kunjung merasa ngantuk, Kenzo bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. dia mengambil satu bungkus rokok di laci nakas beserta satu pematik yang terbuat dari logam. Kedua bibir atas dan bawahnya menjepit puntung rokok lalu membakar ujung lainnya.

Kenzo mengesap rokok itu dalam-dalam, dan menghembuskan asap-asap yang menggempul keudara. Jika sudah begini Kenzo bisa sedikit tenang, ia merasa semua pikiran dan masalahnya ikut keluar bersama asap-asap itu. Walaupun Kenzo bukan perokok Aktif, tetapi pada masa-masa seperti ini dia sangat membutuhkan produk yang tidak memiliki label halal itu.

Sekilas Kenzo melirik Ke kesha yang bergerak gelisah, sepertinya Kesha terganggu dengan asap rokok miliknya. Dengan cepat kenzo langsung mematikan rokok itu dan menaruhnya kedalam asbak keramik pada nakas. Kenzo kini memandangi Kesha yang kebetulan menghada kepadanya. Wajah Kesha terlihat sangat damai saat sedang tidur, hidungnya lucu juga kembang kempis seperti orang yang sedang menahan malu.

“Bagaimana bisa aku tidak mencintaimu, kau gadis yang sangat baik dan juga sangat polos. Mungkin aku sudah keterlaluan kepadamu,” Kenzo berbicara sambil terus memperhatikan Kesha yang tidur disana.

“Aku bahkan menganggapmu sama dengan perempuan itu. Perempuan yang membuatku menjadi seberengsek sekarang.” Pikiran Kenzo semakin kacau, rasa sakit, kecewa dan dikhianati kembali lagi membayanginya. Pikiran yang sudah dia kubur dengan susah payah, dengan mudahnya kembali menghantuinya. Walaupun sudah hampir 12 tahun lamanya, rasa sakitnya tetap tidak berubah.

“D-dia tidak mencintaiku, dia hanya ingin hartaku.” Suara Kenzo bergetar, dia ingat. Ingat dengan sangat jelas, perempuan yang 12 tahun silam adalah kekasihnya sedang melakukan ‘hal yang seharusnya hanya dilakukan oleh sepasang kekasih’ di rumahnya sendiri. Mereka juga membicarakan rencana seerti apa untuk memoroti uangnya. Dari situ dia sadar, dia hanya alat untuk kepuasan mereka saja. Semenjak dari hari itu pula Kenzo berubah, sikap friendly hilang menguap begitu saja dia juga  mulai memperlakukan wanita sebagai alat untuk memenuhi kepuasannya. Impas bukan?

“Dan dengan bodohnya… aku membalaskan dendam itu bukan kepada tuannya, aku melukai seluruh wanita. Aku sangat bajingan,” Kenzo menunduk meratapi kesalahannya selama ini, dia tahu dia salah. Tapi salahkan egonya yang terlalu tinggi.

“Ya, kau bodoh, kau bajingan!” kata Kesha tiba-tiba yang sudah bangun semenjak asap rokok memasuki indra penciumannya.

__

Bara meminum wine yang diisi pada gelas kecil dengan sekali tegukan, itu adalah gelas yang keempat. Dia hampir mabuk, kepalanya mencoba mencerna perkataan yang diucapkan oleh Jhon—sahabat Nadia—sore tadi. Hampir tidak ingin percaya, namun dia tidkak menemukan sedikitpun kebohongan dimata pria itu.

Tidak adakah lelucon yang lebih lucu selain mengatakan Nadia akan di jadiakan ajang balas dendam oleh sahabatnya yang lain? Dan Alex sendiri hanya perentara untuk balas dendam sang istri? Apa-apaan itu? Bahkan hingga saat ini Bara tidak menemukan gerak-gerik mencurigakan dari Alex, bahkan mereka bisa dibilang sangat romantic. Tapi apa?

Lagi, bara meneguk wine itu. Pikirannya berkecamuk.

“Jangan sampai telat, kau akan kehilangan Nadia kalau itu terjadi.”

Perkataan terkahir sebelum perpisahan mereka tadi sore terus terngiang-ngiang di dalam pikiran Bara, apa yang harus dilakukan? Bahkan mereka hampir tidak pernah lagi bertemu selama 3 bulan belakangan.

Mafia's Wife [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang