NINA RUMAINA
DELIA PUTRI
Di dalam ruangan kerja, Rendy sedang memandang keluar melalui dinding kaca. Jalan raya di bawah sana tampak ramai oleh para pengendara roda dua maupun roda empat. Jam di dinding menunjukkan jika sejam lagi waktunya untuk istirahat makan siang bagi para karyawan ibu kota. Di tangan kanan memegang secangkir kopi. Jam segini seharusnya ia sedang santai, namun ia baru saja mendapat telfon dari Nina sahabatnya yang bertanya mengenai keputusan Rendy sepagi ini yang membuat Nina kesal. Rendy mengatakan jika ia menunggu Nina di ruangan kerjanya jika ingin mendapat penjelasan lebih detailnya.
Tak berapa lama, pintu ruangannya di ketuk sekali lalu terdengar pintu di buka meski Rendy tidak mengatakan apapun dari dalam ruangan. Ia tak memprotes siapa yang tiba, karena ia memang sedang menunggunya.
Wajah Nina sudah tertekuk sambil berjalan menuju ke meja kerja Rendy.
Ia duduk sambil mendengus.
"Perlu nunggu kopi loe habis dulu gak?" tanya Nina memandang ke Rendy yang masih membelakanginya.
Rendy hanya menoleh sambil tersenyum tipis.
"Aku tau pasti kamu tidak akan menerima keputusanku pagi ini."
"Ya pasti... semua orang tau, jika Tino adalah salah satu kacab terbaik kita. Bahkan tahun lalu dia berhasil menjadikan cabang Jaksel menjadi cabang dengan growth terbaik."
Rendy menyeringai lalu berjalan ke meja kerjanya. Sambil duduk, Rendy memberikan dua lembar laporan yang telah ia print kepada Nina. "Sambil di baca, akan aku jelaskan secara singkat."
Nina menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai membaca laporan hasil audit tersebut.
"Pertama dia telah melakukan perputaran dana yang meski jumlahnya sedikit, tapi memelihara benalu sepertinya di perusahaan kita... Hmm sorry, aku orang yang paling tidak setuju."
"Wait." Nina menyela. "Berapa kerugian perusahaan?"
"Untungnya tidak ada... tapi beberapa pihak telah ia rugikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Foreign
RomanceKetika dia di hadapkan pada situasi yang bahkan siapapun tak akan pernah memikirkan akan kejadian tersebut. Namun... Kebahagiaan itu hanya seumur jagung saja, dan siapa yang sangka... Semua kebahagiaan yang ia miliki, berubah menjadi mimpi buruknya.